Happy Reading*****Tepat pukul lima sore setelah menyelesaikan meeting, Andrian terpaksa pulang bersama Lita. Walau harus ada drama, tetapi lelaki itu tetap memenuhi tugasnya sebagai seorang suami. Namun, setelah sang istri terlelap lelaki itu kembali ke rumah Nina. Hari-hari berikutnya pun demikian.Walau jatah menginap bersama istri kedua, tetapi setelah melaksanakan tugas dan memberi nafkah biologis. Andrian selalu pulang ke rumah Nina. Dia merasa lebih tenang berada di rumah istri pertamanya bersama dengan anak-anak.Jangan tanya bagaimana tanggapan sang istri kedua. Selalu marah tak jelas, ujung-ujungnya meminta tambahan uang belanja. Andrian tak keberatan dengan semua itu asal di bisa tenang. Sifat Lita dan Nina memang sangat jauh berbeda. Namun, begitu Andrian tak ambil pusing.Seperti saat ini, Andrian sengaja tetap berada di kamarnya hingga salat Magrib menjelang. Setelahnya, dia mulai membaca kitab suci. Hal yang kini selalu diusahakan walau cuma membaca satu ayat saja den
Happy Reading*****Semburat jingga menemani percakapan dua orang berlainan jenis di sebuah restoran rooftop yang terkenal. Letak restoran yang berada di atas sebuah hotel menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung. Dua orang berlainan jenis itu tak lain adalah Tari dan Bramantio. saat ini keduanya tengah makan malam di resto itu. Duduk berhadapan seperti ini, membuat jantung si gadis berlompatan. Tari berusaha menetralkan degup jantungnya ketika mata sang manajer HRD menatap intens nyaris tanpa berkedip. "Lihatnya jangan gitu, Pak. Jadi risih tahu," pinta Tari yang malu ditatap sedemikian rupa oleh Bramantio."Masak gitu aja malu, Tar." Si lelaki tersenyum. Ingin sekali menggenggam tangan wanita pujaannya saat ini. Namun, yakin keinginan itu pasti ditolak oleh Tari. Akhirnya, Bramantio, hanya bisa menatap dan mengagumi sang pujaan. "Tahu tidak kalau kamu itu cantik banget, Tar. Siapa pun yang menatapmu pasti tidak akan bosan, termasuk aku.""Gombal, ih, Pak."Bramantio me
Happy Reading****Sementara di tempat lain, Andrian baru saja memarkirkan kendaraan roda empatnya di halaman rumah sang istri kedua. Lelaki itu turun dengan suasana hati kacau. Andrian masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia cuma memanggil Lita dengan sedikit teriakan."Apa, sih, Pa. Ini rumah bukan hutan, teriak-teriak saja." Lita keluar dari ruang tengah menuju ruang tamu. Walau mulutnya mengatakan keberatan atas tindakan sang suami, tetapi tubuh perempuan itu merespon lain. Dia malah merentangkan tangan dan langsung memeluk lelakinya."Sudah siap? Ayo berangkat. Papa nggak mau kemalaman." Belum sempat masuk ke rumah sepenuhnya, Andrian sudah akan keluar lagi. Tubuhnya begitu tegang dengan pelukan sang istri.Lita mengurai pelukan dan mendongakkan kepala. Lalu, menatap manja. "Nggak pengen main dulu sebelum keluar? Satu ronde mungkin? Kita lakukan dengan cepat.""Papa lagi nggak mood buat main. Ayo berangkat." Andrian berbalik dan berjalan terlebih dahulu ke arah mobilnya.
Happy Reading*****'Nggak mungkin, dia ada di sini. Tari itu adalah tipe perempuan sederhana. Dia lebih suka menghabiskan waktu di rumah dan mengaji.' Pikiran dan kata hati Andrian terus bertarung. Namun, keyakinannya pada sifat sang sekretaris memenangkan semua.Andrian menarik garis bibir ke atas, mengingat Tari membuat suasana hatinya berubah. Mengenyahkan pikiran-pikiran buruk tadi, lelaki itu menggenggam tangan sang istri dengan mesra. Sepanjang perjalanan menuju restoran, Andrian tak henti-hentinya menebar senyum. Seringai kemenangan tampak menghiasi wajah Lita. Rona pipinya semakin memerah saat sang suami begitu posesif melingkarkan tangan pada pinggangnya. Sikap lelaki itu cepat sekali berubah, dia bahkan sudah kembali menjadi pria romantis menurut Lita."Terima kasih, Pa. Kamu yang terbaik," ucap Lita. "Sama-sama," jawab Andrian begitu menggemaskan di mata sang istri muda.Jika tak ingat di tempat umum, maka perempuan itu sudah habis melumat bibir sang suami. Sayangnya, Lit
Happy Reading*****Pasangan itu berjalan sendiri-sendiri tak semesra tadi, ketika mereka baru menginjakkan kaki di tempat ini. Baru masuk area restoran, sapaan dan senyuman diberikan dari para pelayan resto. Sikap ramah dari para pelayan restoran dapat berubah suasana hati si lelaki."Pa, aku mau ke toilet dulu," kata Lita, "cari meja duluan aja nggak papa, kok."Andrian menoleh ke belakang, menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan pada istrinya. Namun, baru satu langkah sang istri menjauh, lelaki itu sudah memanggilnya. "Pakai ini sebelum banyak orang melihatmu dengan buas." Kembali, Andrian membuka jaket yang dikenakan dan menyerahkan pada Lita.Kali ini, Lita tak lagi protes. Malas jika harus kembali berdebat padahal dengan pakaian yang seperti dikenakannya sekarang, perempuan itu merasa dikagumi. Dia seperti seorang artis yang lewat di atas karpet merah. Namun, demi menjaga kemarahan Andrian, Lita terpaksa menuruti.Andrian berdiri di salah satu pojok yang tak jauh dari ka
Happy Reading*****Andrian berdiri dengan wajah memerah, tepat di depan Tio yang sedang tersenyum. Jelas niat sang manajer bukan mengejek, tetapi beramah-tamah dengan kehadiran si bos. Sedangkan Andrian malah menunjukkan raut wajah yang berbeda. Tak peduli jika reaksi kedua pasangan itu aneh saat mendengar pertanyaan dengan nada marah-marah tadi. Lebih gilanya lagi, buket mawar yang berada di genggaman Tari. Di lemparkan begitu saja oleh Andrian. "Kalian sedang apa di sini? Kenapa diam saja? Apa pertanyaanku kurang keras, hah?!" Sekali lagi, Andrian mengulang pertanyaannya.Sang penyanyi sudah pergi dan kembali ke panggung. Beberapa pengunjung mulai berbisik-bisik. Tari menarik napas panjang. Sungguh sangat memalukan perbuatan si bos yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Dia mulai berpikir keras mengapa Andrian sampai marah seperti ini."Tanya dengan nada rendah, bisa, kan, Pak?" ujar Tari sangat lirih. Jangan sampai menimbulkan keributan dan membuat mereka menjadi gunjingan semu
Happy Reading*****Melihat kerusuhan yang dibuat oleh keempat orang dewasa itu, pihak pengelola restoran mendekati meja yang dipesan oleh Bramantio. Mereka sedikit memberi peringatan agar tak membuat gaduh restoran sehingga pengunjung lain merasa terganggu. Andrian mencibir peringatan dari pihak restoran.Bramantio berjanji tidak akan membuat kegaduhan lagi. Dia mengangguk mengerti, lelaki itu juga meminta maaf atas segala kekacauan yang sempat terjadi. Sungguh, bukan keinginannya seperti ini. Malam ini dia berencana makan malam romantis berdua dengan sang gadis pujaan yang sudah memporak-porandakan hati dan pikirannya. Namun, oleh karena ulah Andrian, dia harus gagal mengungkapkan isi hati sekaligus melamar sang kekasih.Sementara itu, Andrian sudah memegang erat pergelangan tangan Tari. Tanpa menunggu jawaban dari sang sekretaris, dia membawanya keluar dari restoran meninggalkan sang manajer HRD. Andrian juga mengajak Lita pulang. Dia mencengkeram erat tangan kiri Tari agar mau men
Happy Reading*****Entah setan apa yang menempel pada tubuh Andrian saat ini. Lelaki itu suka sekali berteriak dan mengamuk. Satu hal lagi, dari mana dia tahu jika Tari akan menghubungi Bramantio. Sang sekretaris benar-benar pusing hari ini dengan kelakuan bosnya."Apa, sih, kamu Pa. Dari tadi marah aja. Bisa tidak kalau ngomong jangan membentak. Sakit telingaku mendengarnya," protes Lita. Malam ini, Andrian sungguh sangat menyebalkan. Sang istri muda mulai jengah dengan sikapnya.Namun, Andrian tidak mengindahkan perkataan sang istri. Dia menatap tajam pada Tari dari kaca di depannya. Amarah lelaki itu kembali muncul saat melihat sang sekretaris bermain ponsel. Jemari perempuan itu terlihat lincah mengetikkan sesuatu di layar.Perkataan yang terlontar dari Andrian memang cuma dugaan saja tadi. Dia, hanya menebak bahwa Tari sedang mencoba menghubungi Bramantio."Berikan ponselmu, Tar! Cepat!" perintah Andrian. "Untuk apa, Pak?" Jawaban Tari makin membuat wajah Andrian seram karena m