Happy Reading****Sementara di tempat lain, Andrian baru saja memarkirkan kendaraan roda empatnya di halaman rumah sang istri kedua. Lelaki itu turun dengan suasana hati kacau. Andrian masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia cuma memanggil Lita dengan sedikit teriakan."Apa, sih, Pa. Ini rumah bukan hutan, teriak-teriak saja." Lita keluar dari ruang tengah menuju ruang tamu. Walau mulutnya mengatakan keberatan atas tindakan sang suami, tetapi tubuh perempuan itu merespon lain. Dia malah merentangkan tangan dan langsung memeluk lelakinya."Sudah siap? Ayo berangkat. Papa nggak mau kemalaman." Belum sempat masuk ke rumah sepenuhnya, Andrian sudah akan keluar lagi. Tubuhnya begitu tegang dengan pelukan sang istri.Lita mengurai pelukan dan mendongakkan kepala. Lalu, menatap manja. "Nggak pengen main dulu sebelum keluar? Satu ronde mungkin? Kita lakukan dengan cepat.""Papa lagi nggak mood buat main. Ayo berangkat." Andrian berbalik dan berjalan terlebih dahulu ke arah mobilnya.
Happy Reading*****'Nggak mungkin, dia ada di sini. Tari itu adalah tipe perempuan sederhana. Dia lebih suka menghabiskan waktu di rumah dan mengaji.' Pikiran dan kata hati Andrian terus bertarung. Namun, keyakinannya pada sifat sang sekretaris memenangkan semua.Andrian menarik garis bibir ke atas, mengingat Tari membuat suasana hatinya berubah. Mengenyahkan pikiran-pikiran buruk tadi, lelaki itu menggenggam tangan sang istri dengan mesra. Sepanjang perjalanan menuju restoran, Andrian tak henti-hentinya menebar senyum. Seringai kemenangan tampak menghiasi wajah Lita. Rona pipinya semakin memerah saat sang suami begitu posesif melingkarkan tangan pada pinggangnya. Sikap lelaki itu cepat sekali berubah, dia bahkan sudah kembali menjadi pria romantis menurut Lita."Terima kasih, Pa. Kamu yang terbaik," ucap Lita. "Sama-sama," jawab Andrian begitu menggemaskan di mata sang istri muda.Jika tak ingat di tempat umum, maka perempuan itu sudah habis melumat bibir sang suami. Sayangnya, Lit
Happy Reading*****Pasangan itu berjalan sendiri-sendiri tak semesra tadi, ketika mereka baru menginjakkan kaki di tempat ini. Baru masuk area restoran, sapaan dan senyuman diberikan dari para pelayan resto. Sikap ramah dari para pelayan restoran dapat berubah suasana hati si lelaki."Pa, aku mau ke toilet dulu," kata Lita, "cari meja duluan aja nggak papa, kok."Andrian menoleh ke belakang, menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan pada istrinya. Namun, baru satu langkah sang istri menjauh, lelaki itu sudah memanggilnya. "Pakai ini sebelum banyak orang melihatmu dengan buas." Kembali, Andrian membuka jaket yang dikenakan dan menyerahkan pada Lita.Kali ini, Lita tak lagi protes. Malas jika harus kembali berdebat padahal dengan pakaian yang seperti dikenakannya sekarang, perempuan itu merasa dikagumi. Dia seperti seorang artis yang lewat di atas karpet merah. Namun, demi menjaga kemarahan Andrian, Lita terpaksa menuruti.Andrian berdiri di salah satu pojok yang tak jauh dari ka
Happy Reading*****Andrian berdiri dengan wajah memerah, tepat di depan Tio yang sedang tersenyum. Jelas niat sang manajer bukan mengejek, tetapi beramah-tamah dengan kehadiran si bos. Sedangkan Andrian malah menunjukkan raut wajah yang berbeda. Tak peduli jika reaksi kedua pasangan itu aneh saat mendengar pertanyaan dengan nada marah-marah tadi. Lebih gilanya lagi, buket mawar yang berada di genggaman Tari. Di lemparkan begitu saja oleh Andrian. "Kalian sedang apa di sini? Kenapa diam saja? Apa pertanyaanku kurang keras, hah?!" Sekali lagi, Andrian mengulang pertanyaannya.Sang penyanyi sudah pergi dan kembali ke panggung. Beberapa pengunjung mulai berbisik-bisik. Tari menarik napas panjang. Sungguh sangat memalukan perbuatan si bos yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Dia mulai berpikir keras mengapa Andrian sampai marah seperti ini."Tanya dengan nada rendah, bisa, kan, Pak?" ujar Tari sangat lirih. Jangan sampai menimbulkan keributan dan membuat mereka menjadi gunjingan semu
Happy Reading*****Melihat kerusuhan yang dibuat oleh keempat orang dewasa itu, pihak pengelola restoran mendekati meja yang dipesan oleh Bramantio. Mereka sedikit memberi peringatan agar tak membuat gaduh restoran sehingga pengunjung lain merasa terganggu. Andrian mencibir peringatan dari pihak restoran.Bramantio berjanji tidak akan membuat kegaduhan lagi. Dia mengangguk mengerti, lelaki itu juga meminta maaf atas segala kekacauan yang sempat terjadi. Sungguh, bukan keinginannya seperti ini. Malam ini dia berencana makan malam romantis berdua dengan sang gadis pujaan yang sudah memporak-porandakan hati dan pikirannya. Namun, oleh karena ulah Andrian, dia harus gagal mengungkapkan isi hati sekaligus melamar sang kekasih.Sementara itu, Andrian sudah memegang erat pergelangan tangan Tari. Tanpa menunggu jawaban dari sang sekretaris, dia membawanya keluar dari restoran meninggalkan sang manajer HRD. Andrian juga mengajak Lita pulang. Dia mencengkeram erat tangan kiri Tari agar mau men
Happy Reading*****Entah setan apa yang menempel pada tubuh Andrian saat ini. Lelaki itu suka sekali berteriak dan mengamuk. Satu hal lagi, dari mana dia tahu jika Tari akan menghubungi Bramantio. Sang sekretaris benar-benar pusing hari ini dengan kelakuan bosnya."Apa, sih, kamu Pa. Dari tadi marah aja. Bisa tidak kalau ngomong jangan membentak. Sakit telingaku mendengarnya," protes Lita. Malam ini, Andrian sungguh sangat menyebalkan. Sang istri muda mulai jengah dengan sikapnya.Namun, Andrian tidak mengindahkan perkataan sang istri. Dia menatap tajam pada Tari dari kaca di depannya. Amarah lelaki itu kembali muncul saat melihat sang sekretaris bermain ponsel. Jemari perempuan itu terlihat lincah mengetikkan sesuatu di layar.Perkataan yang terlontar dari Andrian memang cuma dugaan saja tadi. Dia, hanya menebak bahwa Tari sedang mencoba menghubungi Bramantio."Berikan ponselmu, Tar! Cepat!" perintah Andrian. "Untuk apa, Pak?" Jawaban Tari makin membuat wajah Andrian seram karena m
Happy Reading*****Kembali, tangan Andrian menggandeng tangan sang sekretaris. Tidak merasa risih sama sekali walau tatapan sang istri penuh amarah. Terbersit di hati Lita untuk mengadukan perihal sikap suaminya pada sang istri pertama.'Mungkin nanti, aku bakalan ngasih tahu si wanita bodoh itu bahwa suaminya berselingkuh.' Lita tertawa dalam hati. Membayangkan kemarahan Nina pada Tari saat nanti dia bercerita. Lita juga akan bersorak jika nanti dua perempuan itu ribut. Si ibu hamil itupun tersenyum bahagia.Sementara Kita tengah membayangkan pertengkaran antara Nina dan sang sektretaris. Tari tengah berusaha keras melepaskan genggaman Andrian. Sang gadis sama sekali tidak menyukai interaksi fisik yang dilakukan lelaki itu."Pak, tolonglah lepaskan tangan saya. Di tempat umum seperti ini tidak baik melakukan hal begini," kata Tari penuh permohonan."Kanapa tidak baik?" tanya Andrian, "lihat itu, mereka saja saling berpegangan tangan. Kenapa aku nggak boleh?" Si bos menunjuk seorang
Happy Reading*****Lita melengos dan meninggalkan suaminya. Berjalan ke arah kasir dengan kemarahan penuh. Sementara Andrian, lelaki itu dengan santai mendekati Tari. Duduk di sebelah gadis itu."Capek nggak nungguin? Sabar, ya, Tar. Lita emang lama kalau belanja, tapi sekarang dia sedang antri di kasir," kata Andrian lembut. Tari menggeser posisi duduknya hingga menghadap si bos. Lalu, dia berkata, "Kenapa Bapak mempersulit hidup saya? Bapak tidak melihat mata Bu Lita penuh kebencian saat memandang saya?"Andrian menggerakkan kepala dan menatap ke arah sang istri yang sedang mengantri. "Lita nggak seperti itu. Jangan terlalu perasa, Tar. Kedua istriku nggak akan pernah saling membenci.""Bapak yakin?" Tari menatap tak percaya. Begitu tinggi percaya diri Andrian bahwa kedua istrinya tidak akan saling membenci karena cemburu, sedangkan dia pernah melihat tangisan Nina di rooftop kantor. "Sangat yakin, Nina bahkan dengan senang hati merestui setiap pernikahanku dengan perempuan-perem