Share

5. Ketakutan

last update Last Updated: 2021-09-05 22:06:19

"Ibu saya kenapa dok? kenapa dengan ibu saya?" air matanya terus keluar dengan deras, perasaannya tidak enak.

Ririn mengusap-usap punggung Zahra. "Tenang Ra." ia pun sama ikut sedih. Tapi, ia tidak menunjukkan ekspresinya. 

"Ibu anda kekurangan banyak darah, sehingga perlu memerlukan banyak darah. Tapi, di rumah sakit ini untuk stok golongan darah o sedang tidak ada." jelas dokter.

Zahra menghapus air matanya kasar. "Saya dok, saya. Golongan darah saya o dok." 

"Baik kalau begitu ikut saya, saya periksa dulu." ucapnya.

Zahra mengangguk, ia langsung mengikuti dokter tersebut.

Zahra tersenyum melihat ibunya yang berada di sampingnya, untungnya golongan darahnya sama, sehingga ia dapat membantu ibunya. 

"Cepat sembuh bu." 

---o0o---

Zahra setia menemani ibunya yang masih belum siuman, ia terus memandangi wajah ibunya. Perlahan ia mengecup kening Rita lama, lalu tersenyum. 

Sekarang hatinya tenang, ia lega kalau ibunya sudah baik-baik saja. Tangannya memegang tangan ibunya, perlahan ia mengusap-usap lembut, matanya tidak henti-hentinya memandangi ibunya. 

Baru kali ini ia dekat sekali dengan ibunya sendiri, bahkan ia terus mencium Rita. 

"Ra." Zahra berbalik, perlahan melepaskan genggamannya.

"Ada apa Rin?" tanyanya.

"Lo liat sendiri aja di depan. Di sini biar gue yang jaga ibu lo." ucapnya. Zahra mengangguk pelan, sebelum keluar ia mengusap rambut ibunya.

"Zahra pamit keluar dulu ya bu." sambil tersenyum, lalu langsung menuju keluar.

---o0o---

Zahra mengerutkan keningnya bingung. "Leo, Caca?" tanyanya.

Zahra melihat tangan Caca yang memeluk lengan Leo, lalu ia menatap Leo. "Ada apa?" tanyanya.

"Sakit?" tanyanya datar.

"Bukan. Ibu aku yang sakit." jawabnya.

"Emangnya lo mampu bayar administrasi ibu lo?" tanya Caca pedas, itu membuat Zahra sakit mendengar perkataan Caca barusan.

Zahra tersenyum. "Insyaallah mampu."

Caca menatap Zahra tidak suka. "Dengan cara?" 

Zahra menghela napas sebar. "Dengan cara berkerja." 

Caca tertawa, ia memperhatikan Zahra dari atas sampai bawah. "Kerja? Oh gue tau, pasti lo kerjanya sebagai pelacur ya?" tuduhnya, lalu kembali tertawa.

Zahra mengepalkan tangannya kuat, matanya memanas, bahkan air matanya perlahan turun. Lalu ia mendekat, menatap Caca marah. "Jangan asal tuduh, aku bukan seperti itu!" ia melayangkan tangannya untuk menampar pipi Caca. Namun sayangnya Leo sudah lebih dulu menahan tangan Zahra, ia menatap Zahra dingin.

"Jangan sentuh pipi mulus cewek gue, singkirin tangan kotor lo itu!" lalu menghempaskan tangan Zahra.

Zahra menatap Leo tidak percaya, air matanya terus keluar dengan deras. Mendengar perkataan Leo barusan, membuat hatinya teriris dan itu membuat Caca tersenyum lebar.

"Jaga ucapan kamu Leo, aku tau aku—"

"Zahra." Zahra berbalik menatap Ririn.

"Ibu lo Ra, ibu lo—"

"Ibu kenapa Rin, ibu aku kenapa?" Zahra langsung memotong ucapan Ririn dan segera langsung berlari karena mendengar teriak dari ruang rawat ibunya.

"IBU!" Zahra langsung memeluk Rita erat, ia  

menangis melihat ibunya yang terus mengamuk.

"DOKTER, DOKTER!" Zahra terus berteriak memanggil dokter.

Dan Ririn langsung keluar memanggil dokter, yang belum datang juga.

Leo dan Caca hanya diam, mereka hanya menonton tanpa membantu Zahra yang terus menenangkan ibunya.

"HAHAHAHA." Rita mengacak-acak rambutnya, ia terus tertawa dan ia terus memberontak.

Zahra terus memeluk ibunya erat. "Ibu Zahra mohon jangan kaya gini, hiks..." ia tidak kuat melihat ibunya seperti itu.

"Permisi. Biar saya periksa." ucap dokter yang baru saja datang dengan suster dan Ririn.

Rita terus memberontak, bahkan ia tidak segan-segannya menghempaskan alat pemeriksa yang dokter itu pegang. 

"Tolong semuanya keluar dulu." perintah dokter, lalu mereka langsung keluar dan kini hanya tersisa dokter, suster dan Rita yang sedang ditangani.

"Sus tolong suntikan." pinta dokter itu.  

Suster itu mengangguk, lalu mengambil suntikan yang ia bawa dan memberikannya pada dokter.

Dokter itu langsung menyuntik Rita, hingga Rita tidak lagi memberontak, lalu matanya perlahan tertutup.

---o0o---

Zahra terus menangis, ia takut ibunya terjadi apa-apa. Zahra sangat menyayangi ibunya, ia lera mati-matian untuk terus menjaga ibunya, ia takut ibunya akan pergi seperti waktu dulu. 

Dulu Rita dengan teganya pergi meninggalkan Zahra waktu usianya berumur sepuluh tahun, ia sama sekali tidak peduli pada anaknya. Rita meninggalkan Zahra ketika Zahra sedang tertidur pulas, bahkan ia sempat menyesal karena seharusnya ia membuang anak yang sama sekali ia tidak inginkan.

"Ibu?" Zahra bangun dari tidurnya, ia meraba-raba di sebelahnya dan ternyata...

Kosong.

"Ibu hiks...hiks...Zahra takut." Zahra terus menangis sambil memeluk boneka kesayangan, matanya melihat lemari yang terbuka sedikit, lalu dengan penasaran ia langsung membuka lemari itu.

Kosong.

Ke mana semua baju ibunya?

Jantungnya berdetak lebih cepat, ia terus menangis. Ibunya pergi meninggalkan dirinya.....

Sendiri.

Zahra langsung berlari keluar, ia mencari ibunya yang entah pergi ke mana. Ia sangat takut jika ibunya benar-benar pergi, Zahra belum siap untuk itu.

"Ibu di mana? Zahra takut bu, hiks....hiks...Ayah tolong Zahra. Zahra takut sendirian, hiks... hiks..." selama diperjalanan Zahra terus menangis.

Dan suatu ketika ibunya datang kembali, di usianya yang sudah dua belas tahun dan itu membuat Zahra senang dan sangat berterima kasih pada Allah yang telah mengabulkan doa-doanya selama ini.

"Aku takut Rin. Aku takut ibu ninggalin aku kaya dulu lagi, hiks...hiks..." Zahra memeluk Ririn, ia menangis di pelukan Ririn.

Ririn meneteskan air matanya, ia ikut sedih. Zahra begitu kuat menghadapi cobaan yang Allah berikan, dia tidak pernah mengeluh. Di saat umurnya yang masih kecil, dia kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Ririn pun bingung dengan sikap ibunya Zahra, yang selalu bersikap kasar pada anaknya dan bahkan tidak menganggap Zahra anaknya. 

Caca memutar bola mata malas melihat Zahra yang terus-terusan menangis, dia gampang sekali menangis. "Gitu aja cengeng!" ejeknya. 

Leo menoleh, ia menatap Caca tajam. "Jaga mulut lo!"

Related chapters

  • Segalanya untukmu ibu   6. Gosip

    Ceklek! "Keluarga saudari pasien." panggil dokter. Zahra langsung menghapus air matanya cepat, lalu menghampiri dokter tersebut. "Iyah dok, bagaimana keadaan ibu saya dok?" tanyanya cemas. Dokter tersebut menghela napas. "Mari ikut keruangan saya sebentar, ada yang ingin saya bicarakan mengenai ibu anda." Zahra menganggukkan, lalu mereka langsung menuju ruangan tersebut. "Apa ibu anda pernah mengalami gangguan mental sebelumnya?" tanya dokter tersebut. Zahra mengangguk. "Pernah dok, dulu ibu saya terkenal gangguan mental ringan." "Jadi begini. Ibu anda mengalami gangguan mental kembali. Gangguan mental ibu anda itu parah dari sebelumnya, saya berharap anda harus extra sabar menghadapi ibu anda. Karena untuk sembuh, kemungkinan akan lama." jelas dokter panjang lebar. "Gangguan mental kembali?" perlahan air ma

    Last Updated : 2021-11-22
  • Segalanya untukmu ibu   Prolog

    "Happy birthday." Zahra tersenyum lebar, ia masih setia memberikan kadonya pada Caca. Namun sayangnya, Caca hanya diam, menatap Zahra dan kado itu datar.Zahra masih setia memegangi kadonya, ia terus tersenyum pada Caca tulus dari hatinya."Buat gue?" tanya Caca. Caca melihat kado itu tidak suka. Zahra tersenyum, lalu mengangguk. "Iyah." Caca memutar bola mata malas, ia mengambil kado pemberian Zahra jijik. Caca menatap Zahra remeh, ia memegangi kado itu sangat tidak suka. "Ini? buat gue?" lalu membuang kado tersebut tepat di hadapan Zahra,"Sorry, gak level!"

    Last Updated : 2021-09-03
  • Segalanya untukmu ibu   1. Zahra stroy

    "Orang gila.""Orang gila.""Orang gila.""Orang gila.""Saya bukan orang gila! hahahaha." ibu itu tertawa sendiri, ia mengacak-acak rambutnya. Membuat anak kecil yang mengelilingi ibu itu tambah senang untuk mengejeknya."Orang gila, orang gila.""Hahaha orang gila.""Saya bukan gila!" ibu itu marah, dia mengejar-ngejar banyak anak kecil yang mengejeknya, membuat anak kecil itu semakin senang untuk mengejeknya.

    Last Updated : 2021-09-03
  • Segalanya untukmu ibu   2. Senang sesaat

    Zahra terbangun dari tidurnya, ia melihat disekelilingnya, setelah itu ia memegang keningnya, lalu jalan menuju cermin. Alangkah bahagianya ia, saat ia melihat luka yang ada di keningnya yang sudah di tutupi oleh hansaplats.Hatinya sangat senang, ia sudah tahu siapa yang mengobati lukanya. Baru kali ini Zahra senang atas perlakuan ibunya yang mengobati keningnya, itu sangat berarti untuk Zahra. Dengan perasaan senangnya dan senyumannya terukir sempurna, ia segera mencari keberadaan ibunya.Zahra tersenyum senang saat melihat ibunya sedang menonton televisi. Zahra langsung menghampiri ibunya sedikit berlari dan....Hap!Zahra memeluk ibunya dari samping, membuat Rita kaget. Zahra masih setia memeluk Rita, ia sangat senang.Rita menatap Zahra tajam. Namun, Zahra tidak peduli, bahkan ia membunyikan wajahnya pada perut Rita dan itu membuat Rita semakin kesal.&nbs

    Last Updated : 2021-09-03
  • Segalanya untukmu ibu   3. Hujan deras

    "Leo?" gumam Zahra pelan saat melihat Leo yang tidak jauh dari hadapannya.Dengan buru-buru ia menghampiri Leo. "Leo." ucapnya saat sudah di hadapan Leo.Leo menaikan satu alisnya, ia menunggu kelanjutan Zahra."Zahra ikut pulang bareng Leo yah." ucapnya sambil tersenyum lebar.Leo menatap Zahra datar enggan untuk menjawab, lalu pergi dari hadapan Zahra."Ehh Leo, Leo. Tunggu." ucapnya sambil menahan pergelangan tangan Leo. Leo berbalik, ia menatap Zahra malas.Zahra langsung melepaskan tangan Leo. "Zahra ikut yah." mohonnya."Gak!" ucapnya datar."Kenapa?" tanyanya."Karena gue males." ucapnya, membuat Zahra menghela napas kasar, selalu saja begitu.Leo pergi dari hadapan Zahra. Namun, kembali menghampiri Zahra, membuat Zahra kembali tersenyum lebar."Ayo." ucapnya datar, lalu berbalik da

    Last Updated : 2021-09-03
  • Segalanya untukmu ibu   4. Ibu

    "Ririn." panggil Leo membuat Ririn langsung berbalik."Zahra mana?" tanyanya langsung to the point.Ririn memutar bola mata malas, lalu menghela napas kasar. "Lo kan pacarnya, kenapa nanyanya sama gue?" Ririn sengaja berkata seperti itu, agar Leo sadar.Leo hanya menatap Ririn datar, lalu pergi dari hadapan Ririn. Melihat Leo seperti itu membuat Ririn mendumel kesal, Ririn heran pada Zahra yang sampai sekarang bertahan dengan Leo, apa yang ia pertahankan? jika sikap Leo-nya aja seperti itu, ia benar-benar tidak habis pikir.Ririn mengacuhkan bahunya, setelah itu kembali jalan menuju kelas.Leo duduk di kursi kantin, ia mengaduk-aduk minumannya tidak selera. Entah kenapa ia merasa ada yang hilang, ia pun bingung dengan dirinya sendiri. Yang selalu memikirkan.....Zahra.Leo menghela napas kasar, ia menyederhanakan punggungnya pada kursi. I

    Last Updated : 2021-09-03

Latest chapter

  • Segalanya untukmu ibu   6. Gosip

    Ceklek! "Keluarga saudari pasien." panggil dokter. Zahra langsung menghapus air matanya cepat, lalu menghampiri dokter tersebut. "Iyah dok, bagaimana keadaan ibu saya dok?" tanyanya cemas. Dokter tersebut menghela napas. "Mari ikut keruangan saya sebentar, ada yang ingin saya bicarakan mengenai ibu anda." Zahra menganggukkan, lalu mereka langsung menuju ruangan tersebut. "Apa ibu anda pernah mengalami gangguan mental sebelumnya?" tanya dokter tersebut. Zahra mengangguk. "Pernah dok, dulu ibu saya terkenal gangguan mental ringan." "Jadi begini. Ibu anda mengalami gangguan mental kembali. Gangguan mental ibu anda itu parah dari sebelumnya, saya berharap anda harus extra sabar menghadapi ibu anda. Karena untuk sembuh, kemungkinan akan lama." jelas dokter panjang lebar. "Gangguan mental kembali?" perlahan air ma

  • Segalanya untukmu ibu   5. Ketakutan

    "Ibu saya kenapa dok? kenapa dengan ibu saya?" air matanya terus keluar dengan deras, perasaannya tidak enak.Ririn mengusap-usap punggung Zahra. "Tenang Ra." ia pun sama ikut sedih. Tapi, ia tidak menunjukkan ekspresinya."Ibu anda kekurangan banyak darah, sehingga perlu memerlukan banyak darah. Tapi, di rumah sakit ini untuk stok golongan darah o sedang tidak ada." jelas dokter.Zahra menghapus air matanya kasar. "Saya dok, saya. Golongan darah saya o dok.""Baik kalau begitu ikut saya, saya periksa dulu." ucapnya.Zahra mengangguk, ia langsung mengikuti dokter tersebut.Zahra tersenyum melihat ibunya yang berada di sampingnya, untungnya golongan darahnya sama, sehingga ia dapat membantu ibunya."Cepat sembuh bu."---o0o---Zahra setia menemani ibunya yang masih belum siu

  • Segalanya untukmu ibu   4. Ibu

    "Ririn." panggil Leo membuat Ririn langsung berbalik."Zahra mana?" tanyanya langsung to the point.Ririn memutar bola mata malas, lalu menghela napas kasar. "Lo kan pacarnya, kenapa nanyanya sama gue?" Ririn sengaja berkata seperti itu, agar Leo sadar.Leo hanya menatap Ririn datar, lalu pergi dari hadapan Ririn. Melihat Leo seperti itu membuat Ririn mendumel kesal, Ririn heran pada Zahra yang sampai sekarang bertahan dengan Leo, apa yang ia pertahankan? jika sikap Leo-nya aja seperti itu, ia benar-benar tidak habis pikir.Ririn mengacuhkan bahunya, setelah itu kembali jalan menuju kelas.Leo duduk di kursi kantin, ia mengaduk-aduk minumannya tidak selera. Entah kenapa ia merasa ada yang hilang, ia pun bingung dengan dirinya sendiri. Yang selalu memikirkan.....Zahra.Leo menghela napas kasar, ia menyederhanakan punggungnya pada kursi. I

  • Segalanya untukmu ibu   3. Hujan deras

    "Leo?" gumam Zahra pelan saat melihat Leo yang tidak jauh dari hadapannya.Dengan buru-buru ia menghampiri Leo. "Leo." ucapnya saat sudah di hadapan Leo.Leo menaikan satu alisnya, ia menunggu kelanjutan Zahra."Zahra ikut pulang bareng Leo yah." ucapnya sambil tersenyum lebar.Leo menatap Zahra datar enggan untuk menjawab, lalu pergi dari hadapan Zahra."Ehh Leo, Leo. Tunggu." ucapnya sambil menahan pergelangan tangan Leo. Leo berbalik, ia menatap Zahra malas.Zahra langsung melepaskan tangan Leo. "Zahra ikut yah." mohonnya."Gak!" ucapnya datar."Kenapa?" tanyanya."Karena gue males." ucapnya, membuat Zahra menghela napas kasar, selalu saja begitu.Leo pergi dari hadapan Zahra. Namun, kembali menghampiri Zahra, membuat Zahra kembali tersenyum lebar."Ayo." ucapnya datar, lalu berbalik da

  • Segalanya untukmu ibu   2. Senang sesaat

    Zahra terbangun dari tidurnya, ia melihat disekelilingnya, setelah itu ia memegang keningnya, lalu jalan menuju cermin. Alangkah bahagianya ia, saat ia melihat luka yang ada di keningnya yang sudah di tutupi oleh hansaplats.Hatinya sangat senang, ia sudah tahu siapa yang mengobati lukanya. Baru kali ini Zahra senang atas perlakuan ibunya yang mengobati keningnya, itu sangat berarti untuk Zahra. Dengan perasaan senangnya dan senyumannya terukir sempurna, ia segera mencari keberadaan ibunya.Zahra tersenyum senang saat melihat ibunya sedang menonton televisi. Zahra langsung menghampiri ibunya sedikit berlari dan....Hap!Zahra memeluk ibunya dari samping, membuat Rita kaget. Zahra masih setia memeluk Rita, ia sangat senang.Rita menatap Zahra tajam. Namun, Zahra tidak peduli, bahkan ia membunyikan wajahnya pada perut Rita dan itu membuat Rita semakin kesal.&nbs

  • Segalanya untukmu ibu   1. Zahra stroy

    "Orang gila.""Orang gila.""Orang gila.""Orang gila.""Saya bukan orang gila! hahahaha." ibu itu tertawa sendiri, ia mengacak-acak rambutnya. Membuat anak kecil yang mengelilingi ibu itu tambah senang untuk mengejeknya."Orang gila, orang gila.""Hahaha orang gila.""Saya bukan gila!" ibu itu marah, dia mengejar-ngejar banyak anak kecil yang mengejeknya, membuat anak kecil itu semakin senang untuk mengejeknya.

  • Segalanya untukmu ibu   Prolog

    "Happy birthday." Zahra tersenyum lebar, ia masih setia memberikan kadonya pada Caca. Namun sayangnya, Caca hanya diam, menatap Zahra dan kado itu datar.Zahra masih setia memegangi kadonya, ia terus tersenyum pada Caca tulus dari hatinya."Buat gue?" tanya Caca. Caca melihat kado itu tidak suka. Zahra tersenyum, lalu mengangguk. "Iyah." Caca memutar bola mata malas, ia mengambil kado pemberian Zahra jijik. Caca menatap Zahra remeh, ia memegangi kado itu sangat tidak suka. "Ini? buat gue?" lalu membuang kado tersebut tepat di hadapan Zahra,"Sorry, gak level!"

DMCA.com Protection Status