Beranda / Romansa / Secret Twin Baby / Prolog: Mama, Bagaimana Bayi Bisa Lahir?

Share

Secret Twin Baby
Secret Twin Baby
Penulis: Your Highness

Prolog: Mama, Bagaimana Bayi Bisa Lahir?

Penulis: Your Highness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Singapura

Nadhima berbaring bersama kedua anaknya di atas tempat tidur. Entah ada apa si kembar ingin ditemani sampai tertidur. Hal yang tak biasa sebab biasanya Apollo dan Artemis, putra dan putri kembarnya itu selalu tidur sendiri.

"Mama," panggil Artemis yang sedang telentang menatap langit-langit gelap kamar yang ditempeli bintang tiruan. Cahaya-cahaya samar dari bintang tersebut membuat kamar anak tak terlalu gelap.

"Kenapa, Sayang?" Nadhima bergeser menghadap putri kecilnya yang baru berumur tujuh tahun. Tangan wanita muda itu terulur sampai menyentuh sang putra yang berbaring di sisi lain anak perempuannya.

Mata bulat Artemis bergeser dari bintang-bintang tiruan ke ibunya. "Bagaimana bayi bisa lahir ke dunia ini?"

"Apa?" Nadhima tidak siap dengan pertanyaan itu. Orang tua mana yang sanggup menjelaskan proses tak senonoh tersebut ke anak tujuh tahun.

"Ck, kenapa kau selalu menanyakan hal yang tidak penting." Apollo berbaring memunggungi saudari kembarnya, membuat tangan Nadhima yang berada di atas perutnya bergeser jatuh.

"Aku kan hanya bertanya," amuk Artemis. "Tidak apa-apa kan, Mama?" tanyanya meminta dukungan.

"Iya." Nadhima tampak kebingungan. Memikirkan jawaban yang aman. "Jadi bayi bisa ada karena... burung bangau---"

"Jadi benar burung bangau yang membawa bayi masuk ke cerobong asap dan memberikannya pada orang tua yang ingin anak?" Mata Artemis berbinar-binar.

Nadhima mengangguk pasrah sembari bersyukur. Dia sendiri tidak yakin apa burung bangau dalam dongeng memasukkan bayi dari cerobong asap. "Benar."

"Tapi rumah kita tidak ada cerobong asapnya? Jadi dari mana burung bangau masuk rumah kita?"

Nadhima menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Ia tak bisa menolak menjawab saat mata sang putri penuh harap menunggu jawabannya.

"Karena tidak ada cerobong asap, burung membawanya ke depan pintu dan mengetuk pintu dengan paruhnya."

"Oh... Apa kami juga dibawa burung bangau?"

Nadhima merasa hatinya teremas. "Iya."

"Kalau begitu dari mana burung bangau mendapat bayi?"

Nadhima tergoda untuk menepok jidat lalu meninggalkan anak-anaknya. Namun... "Jadi... hmm... Burung bangau terbang ke surga dan membawa bayi turun ke bumi."

Saat dewasa nanti anak-anak ini pasti mengerti mengapa Nadhima menjawab seperti ini. "Kalian berdua turun dari surga untuk menjadi anak mama." Nadhima tersenyum yang dibalas Artemis dengan tak kalah lebarnya.

"Bohong." Suara tersebut berasal dari Apollo yang sejak tadi terdiam. Dia berbalik dan tidur telentang kembali, kemudian melirik sang ibu. "Mama kira kami anak kecil. Burung bangau pembawa bayi itu tidak ada. Mana mungkin ada burung yang mengerti membawa bayi dengan paruhnya dan menaruhnya di rumah yang tepat. Lagi pula burung bangau itu sebesar apa sampai kuat membawa bayi yang setidaknya berbobot tiga kilogram. Hal itu sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa kau tertipu kisah klise begitu, Artemis." Apollo menatap saudarinya sambil menggeleng. "Mama pasti mengira karena kami masih kecil pasti belum paham tentang cinta."

Nadhima hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar kata cinta dari anak tujuh tahun.

"Apa maksud kamu, Apollo?" Kedua anaknya memang bukan anak biasa. Apollo mendapat skor 180 pada tes IQ dan memiliki kecerdasan emosi yang baik juga untuk anak seusianya. Meski terbilang sangat muda Apollo sudah mulai mempelajari buku-buku untuk anak sekolah menengah. Nadhima tak merasa heran saat melihat Jenseits von Gut und Böse milik Friedrich Nietzsche berada di meja belajar putranya.

Meski tak sepintar Apollo, Artemis diberkati bakat melukis yang luar biasa. Di umur empat tahun Nadhima sudah memasukkan Artemis ke akademi seni rupa. Kemampuannya berkembang sangat cepat. Di umurnya yang sekarang bukan hal yang sulit bagi Artemis untuk menggambar sebuah sketsa wajah manusia dengan sangat mirip. Ia pun telah mahir melukis di kanvas dengan cat minyak dan akrilik. Malah baru-baru ini lukisan Artemis ditawari untuk dipajang di pameran milik Mrs. Leong.

"Mama tak berpikir aku tidak tahu, kan?"

Mata Nadhima memelotot. Kini dia terduduk di tempat tidur. "Kau tak seharusnya membaca buku seperti itu di umurmu sekarang, Nak. Meski rasa penasaranmu sangat besar, hindari buku seperti itu untuk sekarang."

Anak kembarnya ikut duduk di atas tempat tidur.

"Aku tak membacanya, Miss Harisson yang memberi tahuku."

Nadhima semakin terperangah. Bagaimana bisa perawan tua yang kolot tersebut menceritakan hal tak senonoh pada anak kecil. Meski reproduksi termasuk ilmu yang penting, Nadhima tak setuju anaknya tahu secepat ini.

"Katanya pasangan yang saling mencintailah yang bisa memiliki bayi." Wajah Nadhima memerah. Ia ingin menghentikan kalimat anak laki-lakinya, tapi Apollo terlanjur melanjutkan. "Pasangan tidur---"

"Astaga, Apollo! Bagaimana bisa kau berkata begitu di depan adikmu! Kau tidak boleh mengatakannya. Pokoknya lupakan apa yang dikatakan Miss Harisson. Dia hanya bercanda."

Apollo kebingungan. Dia sangat yakin dirinya benar sebelumnya. "Apa yang salah dengan berpelukan? Aku tak tahu berpelukan adalah kata-kata yang dilarang. Bukankah Mama memeluk kami setiap hari sampai membuat orang jengah."

"Maksudnya?" Nadhima bertanya lebih lanjut. "Apa yang dikatakan Miss Harisson padamu?"

"Katanya tadi tak boleh mengatakan---"

"Katakan anak muda!"

Apollo mendengus sebal. "Anak muda" adalah pertanda kata-kata ibunya tak bisa dibandah lagi. "Miss Harisson berkata bayi lahir karena pasangan sangat mencintai satu sama lain. Mereka berpelukan karena saling menyayangi dan wanita akan hamil. Lalu bayi mereka lahir."

Oh.

"Apa itu salah? Kalau salah dan kata-kata Mama tentang bayi dibawa burung bangau itu benar, lantas kenapa wanita hamil? Apa isi perut mereka kalau bukan bayi?"

"Ah iya, benar. Wanita kan bisa hamil." Artemis sepertinya baru menyadari perihal wanita yang hamil bayi. "Jadi mana yang benar, Mama?

"Yang dikatakan Apollo tidak salah," jawab Nadhima sambil berdeham.

"Tadi Mama bilang Miss Harisson cuma bercanda dan harus---"

Nadhima menutup mulut anak perempuannya. Nadhima sangat bangga dengan anak-anaknya yang sangat berbakat. Namun ia merasa bisa langsung menua sepuluh tahun setiap pertanyan ajaib mereka muncul.

"Tidak. Mama salah. Miss Harisson benar." Satu hal yang selalu diajarkan Nadhima pada anak-anaknya sejak dulu adalah jangan pernah malu mengaku salah. Dia pun selalu memberi contoh dengan mengakui kesalahannya sendiri. Lagi pula tidak ada salahnya membuat mereka mempercayai hal ini sekarang.

"Tapi---" Mulut Apollo juga dibungkam.

"Ini sudah lewat jam tidur kalian." Nadhima membaringkan anak-anaknya. "Kalian harus tidur sekarang. Jangan membuat alasan untuk terlambat bangun besok pagi." Ia menyelimuti dan memeluk anak kembarnya, lalu mulai menepuk-nepuk keduanya agar tertidur.

Nadhima tak pernah mengerti jalan takdir. Saat mengingat hari itu, yang terlintas hanya kenangan buruk. Namun sebab semua kemalangan dan kesalahan yang ia alami, kedua buah hati yang sedang tertidur di pelukannya ini bisa hadir dalam hidupnya.

Haruskah Nadhima bersyukur untuk hari itu...

***

Gak pernah nyangka bakal nulis cerita dengan tema ini. 😄

Happy reading, guys.

Sincerely,

Dark Peppermint

Komen (2)
goodnovel comment avatar
christy tenda
Bgs bnget ceritanya ......
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Secret Twin Baby   1. Cinta Untuk Putri Konglomerat dan Kebencian Untuk Anak Haram

    Jakarta, Indonesia 7 tahun lalu... "Liat matanya, Van! Dia melototin elo tuh." Satu tamparan di pipi membuat kepala Nadhima terlontar ke samping. "Masih berani elo natap gue, pel*c*r!" Gadis itu, Vanilla berdiri sambil bersedekap. Di depannya Nadhima duduk bersimpuh. Rambutnya acak-acakkan, seragamnya kotor dan terkoyak di beberapa bagian. Kaki-kaki dan tangannya lemah, kepalanya menunduk bekas menerima tamparan. "Dia emang sama kayak mamanya," ucap Geya jijik. Disepaknya punggung Nadhima hingga gadis itu tersungkur. Ketiga gadis lain tertawa. "Geya, kaki lo kena najis. Harus lo bersihin tuh," sindir Yami dengan tawa mengikik. Nadhima berusaha duduk kembali. Rambut panjangnya riap ke depan. Samar-samar setitik bulir menetes mencapai dagu. "Lo bener. Sekarang sepatu gue jadi kotor." Geya pun mengelap telapak sepatunya ke punggung Nadhima. Mereka berempat tertawa kembali. "Ya ampun, Nadhima, lo c

  • Secret Twin Baby   2. Ibu yang Tidak Menginginkanmu

    Satu demi satu goresan tinta memperjelas sebuah sketsa gambar. Nadhima duduk menangkup dagu di kursi meja belajarnya. Sejak dibawa ke rumah sakit universitas-nya tadi Nadhima sudah mendapat beberapa perawatan. Ia sempat pingsan dan hanya samar-samar melihat orang yang datang menyelamatkannya. Saat terbangun luka-lukanya telah selesai diobati. Hanya ada perawat yang ia temukan. Namun yang tak disangka-sangka peristiwa yang ia alami menarik begitu banyak perhatian. Anak-anak yang menonton siaran langsungnya mengunggah kembali video tersebut. Kini video itu sudah menjadi konsumsi nasional. Semua orang dapat melihatnya dengan jelas. Entah ia harus bersyukur atau tidak Vanilla dan teman-temannya dicerca banyak orang, sebab sebagai bayarannya ia jadi dikenal luas publik. Dikenal sebagai anak pel*c*r yang di-bully temannya sendiri. Suara gedoran berkali-kali memenuhi seisi kamar. Sontak tangan Nadhima berhenti menggambar. "Nadhima, buka pintunya!" Lagi, ora

  • Secret Twin Baby   3. Harapan Untuk Hidup Baru

    "Kamu boleh pergi," ucap Renata, ibu Vanilla, pada pelayan yang membawakan teh. Gadis itu menunduk hormat lalu pergi meninggalkan mereka. "Ini rumah pribadi saya, jadi kamu bisa tenang." Dengan satu gerakan tenang wanita itu mengangkat cangkir teh. "Ayo, diminum. Gak saya taruh racun kok." Nadhima meminum tehnya setelah melihat Renata melakukan hal serupa. Setelah membalas pesan dari Renata tadi wanita itu langsung mengirim orang untuk menjemputnya. "Kamu pasti sudah bisa menebak apa yang mau saya bicarakan," ucap Renata setelah meletakkan cangkir teh. "Perihal masalah saya dengan putri Anda sepertinya." Nadhima mengedikkan bahu sambil melengos. "Baguslah kalau kamu tahu. Jadi saya gak perlu berlama-lama." Renata menarik sebuah map dari samping tubuhnya dan melemparkan benda tersebut ke atas meja. "Buka," perintahnya. Nadhima melirik wanita itu sekilas. Nadhima datang kemari dengan memberanikan diri. Dia siap jika harus dicaci-maki atau dilemp

  • Secret Twin Baby   4. Putri Tidur Berleher Indah

    London, Inggris Kiram tersenyum melihat seorang wanita yang ia pesan telah tiba. Sepertinya wanita itu mengalami perjalanan yang kurang mulus. Rambut dan pakaiannya basah karena hujan yang turun di luar. Wanita itu jelas bukan untuknya. Kiram lebih memilih wanita Eropa pirang dibanding si cantik berambut gelap yang sedang berdiri di meja resepsionis. Saat langkahnya semakin dekat dengan wanita itu senyumnya semakin mengembang. Wanita itu benar-benar tipe temannya. Tubuh tidak terlalu tinggi juga tak pendek. Namun berlekuk di beberapa bagian yang pas. Kulitnya putih gading. Wajah oval dengan garis yang halus. Bibirnya tipis dengan warna merah gelap. Hidungnya mungil dan meruncing. Mata sehitam malam yang berkilat-kilat, tampak hidup dan tajam menantang. Serta surainya yang tak kalah hitam, jatuh lurus hingga ke pinggang. Wanita dengan perpaduan hitam dan putih, kekuatan dan kelembutan. Namun yang paling membuat si wanita sempurna untuk

  • Secret Twin Baby   5. Dia Bukan Wanita Bayaran

    London, Inggris "Akh, kenapa ini?" Nadhima bangun dengan kepala seperti akan pecah. Tubuhnya berat dan bergoyang-goyang ingin tumbang. Matanya terbuka sedikit dan melihat sekeliling. Perlahan ia ingat semalam menginap di sebuah kamar yang bagus. Pandangan Nadhima turun dan ia terkaget. "Ini..." Selimut yang ia kenakan telah jatuh hingga ke pinggang, mempertontonkan bagian depan tubuhnya yang tak menggunakan apa-apa. Mendadak Nadhima diserang rasa takut. Dia tak ingat melepas pakaiannya. Atau mengapa tubuhnya dipenuhi bekas merah yang aneh. Dengan sisa tenaga yang masih dipunya Nadhima turun dari ranjang. Ia seketika kaku melihat tubuhnya di cermin. Sebuah pemikiran buruk terlintas di kepalanya. Enggak mungkin. Lekas ia mencari kopernya dan memakai pakaiannya. Di tengah aksinya mengenakan baju Nadhima mendengar suara air dari kamar mandi. "Orang itu masih di sini." Matanya membelalak. Secepat kilat Nadhima menarik bara

  • Secret Twin Baby   6. Kehancuran dan Harapan

    Singapura Dua bulan kemudian... Setelah terbangun di atas ranjang bersama pria asing, satu-satunya tujuan Nadhima saat itu adalah bandara. Ia langsung meninggalkan tempat terkutuk itu. Sungguh lucu. Nadhima datang ke London untuk bersenang-senang dan melupakan semua masalah yang ia hadapi di Indonesia. Namun apa yang ia dapat di sana? Seharusnya ia tak mengabaikan sedikit keanehan yang ia rasakan. Seharusnya ia langsung pergi begitu resepsionis hotel itu mengatakan tak ada lagi kamar yang tersisa. Hanya karena takut tidur di jalanan dan terlena dengan kamar yang mewah Nadhima mengabaikan segalanya. Nadhima memang belum pernah berpacaran sebelum ini. Namun ia tahu apa yang terjadi di antara pria dan wanita dewasa. Tak satu dua kali ibunya membawa laki-laki asing ke rumah mereka. Tak jarang pula kedua insan di kamar ibunya tak mempedulikan sekitar. Desahan dan teriakan terdengar di seisi rumah. Nadhima benci sekali mendengarnya

  • Secret Twin Baby   7. Si Kembar

    “Kedua janin Anda sehat. Semua organnya tumbuh dengan baik.” Nadhima mengangguk mendengar penjelasan sang dokter mengenai struktur kepala, otak, wajah, dan juga kondisi jantung dan diafragma bayi-bayinya. Benar, bayi-bayi. Saat pertama kali mengetahui diirinya hamil usia kehamilan Nadhima sudah memasuki sepuluh minggu. Saat itu juga Nadhima melakukan USG dan melihat dua titik kecil yang sekarang sudah bertumbuh menyerupai bayi yang sempurna. Nadhima mendengarkan lagi saat sang dokter mulai menjelaskan kondisi ginjal, kandung kemih, serta struktur tulang-tulang bayi-bayinya. “Berat keduanya juga normal. Sekitar 350 gram untuk masing-masing bayi. Jumlah air ketuban Anda juga normal. Namun posisi plasenta Anda menghalangi jalan lahir. Kita akan tunggu perkembangannya di trimester ketiga nanti. Biasanya kondisi ini akan normal dengan sendirinya.” Dokter Lilian tersenyum. “Sekarang kita lihat jenis kelaminnya.” Inilah yang Nadhima tunggu-tunggu. Sejak bulan keempat ia sud

  • Secret Twin Baby   8. Kembalinya Sang Pewaris Tahta

    Jakarta, Indonesia Tujuh tahun kemudian... “Kak, boleh ya? Di pemakaman Om Deni aku gak bisa ketemu sama Kak Diras. Dia sibuk banget. Boleh ikut, ya? Please, kalau enggak gimana aku bisa deketin dia coba.” Vanilla mengikuti Valentino, kakak laki-lakinya, ke mana pun laki-laki itu pergi. Valentino yang berdiri di depan lemarinya menoleh pada sang adik. “Kamu masih juga suka sama dia?” “Iya. Masih suka banget,” jawab Vanilla bersemangat. “Dia kan udah pergi selama tujuh tahun, masa belum move on juga?” tanyanya sekali lagi, memastikan. Vanilla mencebikkan bibirnya dengan imut. “Emangnya siapa cowok yang bisa gantiin Kak Diras? Gak ada cowok yang seganteng dan sekeren Kak Diras.” Valentino tertawa lalu mengacak rambut adiknya. “Iya, dan gak ada yang sekaya dia juga ya.” “Ihhh, aku gak peduli dia kaya atau enggak. Pokoknya aku mau Kak Diras!” Vanilla memang segigih itu kal

Bab terbaru

  • Secret Twin Baby   34. Sahabat

    "Parah banget ya lo. Apa gue ini masih teman lo." Ucapan penuh drama itu keluar dari mulut Kiram yang baru saja menerobos masuk kantor Diras. "Bisa-bisanya lo nikah di Indonesia sampe bulan madu di sana tapi gue gak tahu apa-apa. Nikah loh, Ras, nikah. Lo nikah dan gue jangankan diundang, dikasi tau juga kagak." Wajah Kiram berubah semakin patah hati. "Lo manusia terparah. Kayaknya gue bukan benar-benar teman lo." Setelah berkata begitu pria itu berbalik dan bersiap meninggalkan Diras."Gue kan udah ngasi tahu elo," ucap Diras santai dari kursi kerjanya. Kiram berbalik lagi."Kapan lo ngasi tau gue, ha? Gak mungkin gue gak ingat kalo elo ngasi tahu gue informasi sepenting ini.""Lo gak ingat malam itu?"Kiram berusaha mengingat-ngingat sesuatu. Tapi malam yang paling ia ingat adalah malam-malam dia dengan gadis-gadis cantiknya. Dia tak ingat satu pun malam dengan Diras."Gak usah ngarang deh lo. Sementang udah kepojok. Malam apa emangnya?""

  • Secret Twin Baby   33. Ancaman Vanilla

    Seharian ini sangat menyenangkan. Setelah melihat matahari terbit mereka pergi mencari sarapan, kemudian naik kapal untuk melihat lautan biru dan pulau-pulau di sekeliling. Waktu memang terasa begitu cepat berlalu saat kau merasa bahagia. Tiba-tiba hari sudah menjelang malam dan waktu untuk beristirahat pun tiba. Sama seperti hari sebelumnya Apollo dan Artemis pun susah sekali untuk diajak mengakhiri hari ini. Apa lagi saat tahu besok mereka tak akan ada di sini lagi. Setelah melakukan banyak bujukan sepasang anak kembar itu akhirnya tertidur di kamar mereka. Membuat Nadhima dan Diras bisa kembali ke kamar mereka sendiri juga.Begitu keduanya selesai mandi, Diras mengajak Nadhima duduk berdua di atas kasur.“Ada hal penting yang mau aku bicarain sama kamu,” mulai Diras. Membuat Nadhima diliputi rasa cemas yang aneh.“Apa itu?” sahutnya.“Kayaknya berita pernikahan kita udah tersebar di kalangan atas.”Sontak deba

  • Secret Twin Baby   32. Siapa Istri Diras Effendy?

    Seperti janjinya kemarin Diras mengajak Nadhima dan anak-anaknya ke pantai untuk menyaksikan matahari terbit. Awalnya Apollo dan Artemis agak susah disuruh bangun. Namun begitu mendengar kata "sunrise" dan "pantai" mereka lekas bangun dan bersiap-siap."Papa-papa apa aku juga boleh punya kamera kayak Om itu?"Mereka berempat duduk di pinggir pantai. Tak jauh dari tempat mereka berada seorang pria sedang sibuk memasang kamera pada tripod-nya."Memangnya Artemis bisa pakai kamera?" tanya Diras.Wajah gadis itu berubah cemberut. Bibirnya mencebik menggemaskan. "Enggak bisa sih."Diras tersenyum. "Kalau Artemis mau nanti Papa belikan.""Benar?""Iya.""Tapi aku gak bisa pakainya." Gadis itu memasang tampang takut dan cemas."Kan Artemis bisa belajar. Nanti Papa yang ajari."Semangat gadis mungil itu yang sempat sirna kembali lagi. "Papa bisa pakai kamera?""Bisa dong. Nanti Papa ajarin semuanya.""Apa Papa udah punya kamera di rumah?""Punya. Tapi Papa bakal belikan kamera sendiri buat Ar

  • Secret Twin Baby   31. Liburan Bersama Keluarga

    "Miss kami akan pergi ke Pulau Seribu!" teriak Artemis pada sebuah tablet yang dipegangnya. Miss Harisson yang berada dalam sambungan video call dengan mereka tertawa. "Oh, itu bagus sekali Sayang. Kau harus mengirimiku foto-foto liburan kalian nanti." Artemis tersenyum sangat lebar. "Tentu saja aku akan mengirimnya padamu. Sayang sekali kau tidak mau ikut dengan kami." Seperti kata Artemis hari ini mereka berempat pergi ke Pulau Seribu. Diras memutuskan untuk menyetir mobil seorang diri dengan alasan ini adalah liburan keluarga. Nadhima yang duduk di kursi penumpang depan melirik putrinya yang bersemangat di kursi belakang. "Wanita tua sepertiku tidak cocok berjalan-jalan jauh. Tulang-tulangku tak sekuat dulu lagi." Apollo yang duduk di samping Artemis di kursi belakang mendengus. "Semua orang tahu tulang-tulangmu masih sangat kuat, Miss. Kau selalu menggunakan alasan yang jelas diketahui semua orang bahwa itu adalah kebohongan." Miss Harisson tertawa. "Apollo tak seharusnya k

  • Secret Twin Baby   30. Pernikahan

    Nadhima tidak begitu yakin dengan semua yang telah terjadi beberapa hari ini. Semuanya terasa sangat tidak nyata. Tapi keributan yang dibuat oleh Miss Harisson menyadarkannya kalau semuanya memang terjadi."Sempurna. Kau harus memilih yang satu ini. Kurasa ini yang terbaik dari semua gaun sebelumnya." Dia tersenyum sangat lebar melihatku yang mengenakan sebuah gaun pengantin putih sederhana."Aku benar-benar tak membutuhkan ini, Miss. Kami hanya menikah di kantor urusan agama. Tak akan ada pesta. Tak akan ada tamu. Aku tak perlu mengenakan gaun seperti ini."Wanita tua itu melambaikan tangannya. "Omong kosong. Tentu saja kau membutuhkan gaun pengantin di acara pernikahanmu. Tak peduli kau menikah di mana, kau tetap membutuhkan pakaian yang layak. Kau hanya menikah sekali. Apa salahnya mempersiapkan sesuatu yang cantik untuk kau kenakan."Nadhima tahu jika perempuan biasanya menginginkan sesuatu yang spesial untuk hari pernikahannya, termasuk gaun. Mereka akan mempersiapkan segalanya d

  • Secret Twin Baby   29. Memberitahu Anak-anak

    "Ah... Om!" Artemis berlari dan langsung menubruk tubuh Diras. Mereka berdua tertawa. Kemudian Diras menggendong Artemis. "Kalian udah makan?""Belum. Miss Harisson baru saja mau mengajak kami makan di luar.""Bagus. Om bawa makanan kesukaan Artemis.""Yey.""Dia bersemangat sekali. Ayo, masukklah," ucap Miss Harisson yang tadi membukakan pintu."Di mana Apollo?" tanya Nadhima."Sedang pergi ke kamarnya.""Mama sudah pulang?" Apollo baru saja muncul. "Oh, ada Om? Ada apa lagi ini?""Kami bawakan kalian roti. Kita akan makan bersama." Nadhima melirik Diras sambil tersenyum kaku.Selepas itu mereka makan bersama. Semua orang hanya berbicara seadanya. Cuma Artemis yang berceloteh ceria tentang ini dan itu.Saat berkumpul di ruang duduk, Miss Harisson duduk dengan Artemis dan Apollo. Sementara itu Nadhima dan

  • Secret Twin Baby   Bab 28. Menjawab Tawaran Pernikahan

    Nadhima dan Diras kembali bertemu di kafe hari itu.“Maaf saya merepotkan. Kamu pasti susah harus bolak-balik Jakarta-Singapura.”“Gak masalah. Ini kan urusan penting. Lagi pula kantor cabang kami ada di sini. Aku bisa ngurus semuanya dari sini.”“Aku?” cicit Nadhima.Air muka Diras tampak tak mengerti. “Kamu kenapa?”“Bukan. Bukan apa-apa,” jawab Nadhima cepat-cepat. Ini bukan saat yang tepat untuk mempermasalahkan cara menyebut diri sendiri di antara mereka berdua.“Jadi apa keputusan kamu? Maaf, kalau terkesan buru-buru. Jujur aku penasaran banget sama jawaban kamu selama beberapa hari ini.”Serangan gugup dialami Nadhima saat sadar cara bicara Diras benar-benar berubah lebih santai. Bukan hanya salah sebut semata.“Aku—“ Nadhima memejamkan mata. Merasa konyol sebab dirinya ikut-ikutan bicara lebih santai. Saat tawa geli

  • Secret Twin Baby   Bab 27. Kesempatan Untuk Bahagia

    “Jadi apa yang dia katakan padamu?” tanya Miss Harisson begitu Nadhima kembali.“Seperti yang sudah kau tahu, Miss.”Wanita tua itu duduk di kursi, yang kemudian juga diikuti oleh Nadhima. “Maafkan aku. Aku tak bisa mendadak memberitahumu yang sebenarnya. Itu urusan kalian. Jadi pria itu juga tahu?”“Dia diam-diam mencari tahu tentang kami. Dan mendapat informasi Apollo melakukan tes DNA.”“Oh, Sayang. Aku benar-benar minta maaf. Entah apa yang ada di pikiran wanita tua ini sampai membantu anak itu melakukan hal ini.”“Tak perlu merasa bersalah, Miss. Jika kau tak mau, Apollo punya seribu satu cara untuk mencapai tujuannya. Jika tak ada kejadian ini, kebenaran pun tak akan terungkap. Tapi bukan berarti aku senang mendengar anakku yang mencari tahu sendiri.”“Jadi apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?”“Dia... menawarkan pernikahan.”

  • Secret Twin Baby   Bab 26. Mendekat Lebih Jauh

    "Saya minta maaf." Kepala Nadhima mendongak. Melihat pada sesosok laki-laki yang kini terlihat pilu. "Kenapa kamu minta maaf?" "Karena baru berhasil menemukan kamu sekarang." Jantung Nadhima bertalu cepat. Jadi benar Diras mencarinya selama tujuh tahun ini. Kata-kata maaf Diras malah membuat perasaan Nadhima makin kacau. Jika Diras bersikap acuh tak acuh atau malahan sombong, sekarang dia pasti bisa menyalahkan pria ini dan dapat dengan tegas menyuruhnya untuk tak mengganggu keluarganya lagi. "Apa kamu marah sama saya?" Diras memejamkan mata lalu memijat pelipisnya. "Kamu pasti kaget banget. Kalau belum siap cerita sekarang--" "Enggak. Saya siap kok." Jika harus menunggu Nadhima tak akan tenang. Selama apa pun menunggu dia tak akan pernah siap. Lebih baik masalah ini diselesaikan sesegera mungkin. "Saya cuma bingung harus gimana. Kamu... Sebenarnya

DMCA.com Protection Status