Elea menahan nafas dengan gemetar melihat Leon memukuli Chester dengan brutal, ia bisa melihat kemarahan yang begitu besar dari matanya. Leon mengangkat kerah baju Chester membuatnya yang terbaring kini terangkat hampir ke posisi duduk. “Leon…!” Elea berteriak memanggil saat Leon mengangkat tangan ingin kembali memukul membuat Leon menengok ke arahnya, gadis yang terduduk berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka karena pakaiannya sudah robek dikoyak oleh Chester. Gadis itu menggeleng pelan meminta Leon untuk berhenti memukuli. Leon mendorong tubuh Chester membiarkannya jatuh ke tanah. Serigala yang kini sudah jatuh pingsan karena menerima pukulan bertubi darinya. Leon berjalan menghampiri Elea dan membuka mantelnya memberikannya pada gadis itu untuk menutupi tubuhnya. Leon duduk di sebelahnya sembari menghela nafas berat sementara Elea memegang erat mantel itu menutupi tubuhnya dengan malu. “Kau marah? Kalau iya kau bisa pukuli dia sekarang. Tenang saja, dia tidak akan mati
Saat ini tepat satu minggu setelah pengumuman perang di pusat desa diumumkan, Elea masih di hutan buangan bersembunyi di dalam gua yang gelap dan hanya ada sebuah obor untuk penerangannya. Dia tidak bisa kembali ke desa menemui Ester sementara ia telah kehilangan tanda di pergelangan tangannya, selain itu ia juga takut keluar Gua karena ada banyak Vampir dan Serigala di luar sana, jadilah Elea hanya menunggu di dalam Gua sembari memeluk lutut merasakan dinginnya sore karena matahari hampir sepenuhnya tenggelam. Elea yang membenamkan kepalanya di antara lutut mendongak saat mendengar suara keributan di luar. Terdengar suara cekcok Leon dan Chester berdebat dengan beberapa orang yang suaranya tak ia kenal. “Tolong biarkan kami masuk putra mahkota, sebentar lagi juga raja akan datang, dia telah mengetahui apa yang kalian berdua sembunyikan di tempat ini.” Elea berdiri dengan penasaran berjalan lebih dekat ke arah mulut Gua, di sana ia dapat melihat ada enam orang berdiri di depan pint
Hutan yang semula sepi kini ramai dengan para penduduk yang sudah berkumpul siap berperang. Memang pelatihan para prajurit sangatlah singkat, tapi Ester membantu meningkatkan stamina mereka dengan cepat menggunakan sihirnya. Selain itu, semua senjata yang mereka pakai juga sudah terselubung sihir dan juga racun yang sangat kuat. Para penduduk laki-laki berdiri dengan gagah berbaris menunggu arahan, sementara para anak kecil dan wanita bersembunyi di rumah mereka masing-masing, hanya ada beberapa yang ikut karena menawarkan diri. Para wanita yang tinggal menggunakan sihir yang mereka pelajari membuat ilusi seolah desa mereka menghilang dari sana, mereka semua telah menyiapkan pertahanan untuk dampak dan risiko terburuk dari perang ini. Ester menghela nafas berat, adiknya masih tak juga kunjung kembali ke desa, ia yakin para monster itu telah menculiknya dan menjadikannya sebagai tahanan. Adiknya yang begitu polos tidak tahu mana yang berbahaya dan tidak, selama ini ia biarkan karna
Perbatasan hutan buangan… Saat ini Ester berdiri di hadapan bangsa Vampir dan Serigala bersama para penduduk desa. Tampak tatapan kebencian yang sangat besar dari kedua belah pihak, perang ini tidak akan berakhir sampai ada yang mati salah satu di antara mereka. Ester tampak memejamkan mata dan merapalkan beberapa mantra, tumbuhan dan tanaman di sekitar mulai bergoyang dan lapisan pelindung yang melindungi hutan desa mulai menghilang perlahan-lahan. “...Hari ini biar dewa yang menentukan… kami akan membasmi kalian para monster, kami akan menghukum kalian sesuai hukum alam… peperangan ini akan menjadi pertemuan kita untuk yang terakhir….” Ester mengangkat tangannya ke atas mulai membuat pedang dengan mengumpulkan energinya. Sebuah pedang berwarna perak dengan cahaya hijau yang mengelilinginya muncul, kini pelindung telah benar-benar menghilang dan mereka semua dengan cepat memulai pertarungan. Saat ini kekuatan mereka seimbang, Bangsa Serigala yang bersatu dengan bangsa Vampir.
Saat ini mereka sedang berada dalam penjara kayu yang sangat kuat. Walau sudah di pukul, di tendang, bahkan sampai di bakar sekalipun penjara itu tak sedikit pun hancur. Liza duduk dengan lelah, melihat teman-temannya yang sudah berkeringat karena kelelahan juga berusaha membuka penjara. Seekor siluman Rubah besar lewat dan menatap mereka dengan sangar. “Percuma saja, kayu itu terbuat dari kayu Arhen yang telah mati, kayu itu bahkan lebih kuat dari baja. Kalau bukan karena cairan khusus, kami pun tidak bisa membentuknya hingga menjadi sangkar penjara. Rubah betina itu terlihat sangat kekar dan seram, berbeda dengan Rubah lain yang bertubuh ramping dan paras yang cantik. Yoona mendekati jeruji penjara dan mencoba mengajak berkomunikasi siluman Rubah besar itu. “Hai, aku ingin tahu sampai kapan kami disini? Kami bahkan belum makan.” Yoona berusaha terlihat ramah, tapi rubah besar itu malah menyipitkan mata ke arahnya kemudian berbalik pergi. “Huh, merepotkan! dia sangat mirip sek
Klak… Pintu kayu dibuka dan Viona memunculkan kepalanya di sana. “Ada apa ayah, ibu?” Viona melihat ibunya yang hampir sampai ke pintu dan ayahnya yang menunggu di bawah. “Sekarang kami akan berangkat berburu, kami ingin tanya kamu suka hewan apa?” Viona tersenyum dan berpikir. “Aku ingin seekor kelinci putih!” jawabnya. Orang tuanya tersenyum, namun tampaknya ibunya penasaran dan ingin mengintip karena Viona hanya membuka sedikit rumah pohonnya. “Ada apa, Bu?” Viona merapatkan pintunya hingga hanya satu matanya yang terlihat. “Bukan apa-apa, sekarang sedang musim berburu, kau terpaksa banyak menghabiskan waktu di rumah pohon, pasti membosankan, bukan. Dan berhati-hatilah, nak. Tahanan yang dikurung baru saja kabur, mungkin saja mereka sudah keluar desa, tapi tidak ada yang tahu mereka pergi ke mana.” Viona mengangguk mengerti, ibunya tersenyum kemudian pergi dengan tenang. Viona menutup pintu, kini tampak orang-orang yang merapatkan diri ke dinding takut ketahuan. Suku Rub
“Lukisan itu milik--” “Kau tidak punya saudara?” Andrew bertanya memotong ucapan Viona. “Tidak, dari kecil aku hanya sendiri.” Aldric yang sedari tadi mengawasi sekitar takut ada binatang tanah yang mendekatinya akhirnya pun berceletuk. “Aku kira suku Rubah sudah punah, tidak ada kabar tentang suku Rubah selama ratusan tahun bahkan saat aku masih hidup sebagai Serigala.” Viona tampak murung seperti mengingat sesuatu yang sedih. “Memang benar suku kami hampir punah, setelah kejadian yang membinasakan banyak suku Rubah, kami berusaha keras untuk tetap hidup. Hutan ini seolah mengulurkan tangan memberikan rumah dan rasa aman pada kami, tapi populasi Rubah yang tersisa menurun, penyakit aneh yang menyerang anak-anak membuat banyak anak yang meninggal karena sakit. Sampai saat ini kami tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Makanya, aku pun tidak punya teman. Mereka semua sakit, kalau ada yang sehat pun tidak boleh keluar rumah.” cerita Viona dengan murung. “Memangnya penyakit
Yoona sampai di tempat eksekusi dengan kaget berteriak hingga semua orang di luar berdatangan. Ia menemukan Luze, tapi dengan kondisi kepala yang terpenggal dan tergantung, sementara ada wadah di bawahnya untuk menampung darah Luze agar tidak membanjiri lantai dan bisa digunakan. “...Luze? Apa yang terjadi… kita baru bertemu pagi tadi. Ini semua salahku, Luze….” air matanya tak bisa berhenti mengalir, gadis yang menangis sesak sembari memandangi mayat sahabatnya yang tergantung di depan matanya. Sebuah tangan muncul dari belakang dan menutup matanya. Derrick tidak ingin Yoona terus syok meratapi bangkai sahabatnya, Derrick meraih kepala Yoona kemudian mendekapnya, ia mengajak Yoona keluar agar gadis itu bisa lebih tenang. Sementara semua pelayan yang ada di sana, hanya berdiri mematung tanpa berani berbicara. Yoona keluar dengan wajah pucat masih tampak syok, di luar dia melihat kelompok Elf yang melakukan protes atas dieksekusinya salah-satu kaum mereka. Yoona melihat mereka semua
Saat ini seorang gadis berlari tertatih sembari memegangi perutnya yang berisi anaknya yang baru berumur seminggu. Air mata deras mengalir dari matanya saat ia melihat tangannya yang perlahan menerawang dan hampir menghilang. Ia melihat ke sekeliling mencoba meminta bantuan, tapi tak ada yang bisa melihatnya, tubuhnya mulai lemah dan ia tak punya tenaga lagi sampai tubuhnya ambruk ke tanah. Dilihatnya samar-samar lelaki menggunakan topi dan baju yang tertutup menghampirinya, sampai akhirnya matanya benar-benar berat dan gadis itu pun kehilangan kesadarannya. ... Suzy mengelap meja resepsionis dan merapihkan barang, Liza dan Bella di kebun belakang menyiram tanaman dan memberikan pupuk, sementara Yoona memasak makan siang untuk semuanya. Setelah Lune menikah dan meninggalkan hotel, mereka berempat memilih fokus mengurus hotel dan kebun kecil mereka. Suzy yang sedang merapihkan meja teralihkan saat mendengar suara telepon berdering, gadis itu segera mengangkat telepon dan matanya melot
Hari ini giliran Liza yang berjaga, sementara Suzy pergi ke kebun untuk menyirami tanaman. Liza duduk termenung melihat keluar dari balik pintu kaca, suasana benar-benar sepi karena para tamu pun sudah cek out sejak tadi pagi. Tring... Suara lonceng di pintu berbunyi membuat Liza segera tersenyum dan berdiri. Seseorang masuk dengan membawa tas koper, wajahnya tertutup topi berbentuk seperti topi koboy dan baju musim dingin berwarna hitam. Wajahnya sama sekali tidak terlihat dan ia berjalan menghampiri Liza. "Apa bisa pesan satu kamar?" Liza menatap orang itu dari atas ke bawah, matanya memicing melihatnya dengan curiga, namun ia segera mengambil pulpen dan membuka buku catatan hotel. "Tentu ada, tuan. Anda ingin kamar seperti apa?" Lelaki itu mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya sembari berpikir. "Aku ingin kamar lantai 2 dengan jendela menghadap gunung." Liza mengangguk dan memilihkan kamar. "Kalau begitu bisa saya minta nama dan kartu identitas?" Lelaki itu terlihat kikuk da
Saat ini cuaca sangat buruk, hujan yang deras di tambah mobil mereka yang mogok membuat mereka harus menepi dan menunggu di tengah hujan sampai layanan bengkel datang. "Sudah hampir satu jam kita di sini, apa mereka sungguh akan datang?" ucap wanita di samping lelaki yang duduk di kursi kemudi. "Tunggulah sebentar lagi sayang, saat orang bengkel datang aku akan menelepon taksi untuk menjemput kita." lelaki itu mencoba menenangkan istrinya yang terus mengoceh, sementara putranya di belakang merasa bosan dan mulai memainkan kaca mobil, menaik turunkan kaca sehingga air hujan masuk, tapi anak itu justru tertawa saat air hujan terkena wajahnya. "William, berhenti bermain-main dan duduk dengan tenang, kau membuat kursi mobil kita basah!" omel wanita itu dengan kesal, William tidak suka dimarahi segaja membuka kaca mobil sekali lagi untuk yang terakhir dan ingin segera menutupnya. Tapi sial, sebelum anak itu sempat menutupnya sebuah batu melayang dari luar dan masuk ke dalam mobil mengena
"Portalnya sudah terbuka." Mereka melajukan mobil masuk ke dalam portal. Bella yang membuka portal membiarkan mereka masuk lebih dulu, sebelum ikut masuk wajahnya menoleh ke belakang mengingat semua hal yang mereka lalui di sini. Tapi semuanya sudah berlalu, kehidupan mereka yang baru akan segera dimulai. Prancis, sebagai negara terbesar di eropa, banyak pilihan kota untuk di tinggali. Saat ini mereka tinggal di kota Alsace. Kota yang tenang dan cantik, sangat cocok untuk memulai hidup baru, apalagi kota ini terkenal sebagai salah satu kota penghasil anggur terbaik di prancis. Suara lonceng berbunyi membuat Suzy menoleh dan tersenyum di depan meja resepsionis. "Bienvenue à l'hôtel Golden Moon..." Hujan di luar deras, membawa masuk sepasang suami istri yang sudah dalam kondisi basah kuyup terkena hujan. "Je veux réserver une chambre!" sang istri mengangkat jari telunjuk memesan satu kamar untuk mereka menginap malam ini. "Très bien, attends une minute !" Suzy tersenyum berbalik
Derrick merasakan sesuatu, ia melirik tangannya yang mulai mengurai dan berubah menjadi kupu-kupu hitam yang terbang dan menghilang di langit. “Yoona!” panggil Derrick yang membuat Yoona menengok ke arahnya. Mata Yoona melotot, ia segera terkejut saat melihat apa yang terjadi pada Derrick. Yoona melihat ke atas langit, sinar emas rembulan yang perlahan memudar bersamaan dengan tubuh Derrick yang terus mengurai. Yoona menghampiri Derrick dan menyentuh wajahnya. Gadis itu menangis. “Sudah kuduga akan begini....” Derrick menghapus air mata Yoona menggunakan sebelah tangannya yang masih utuh. “Anak bodoh! Aku mengirim prajurit untuk melindungimu kau malah lari.” Yoona mengernyitkan dahi, kemudian ia teringat dengan kejadian seseorang yang mengejarnya di hutan. Jadi itu semua ulah Derrick? Derrick melirik ke arah Nataly dan Andrew. “Maaf jika sudah membantai desa kalian, aku benar-benar panik karena bulan darah emas akan segera terjadi, jadi aku membunuh semua manusia penyihir
Derrick berjalan tertatih memegangi satu tangannya yang kini sudah menghitam, mereka semua berjalan menyusuri jalan setapak mengikuti Andrew dan dan Nataly yang mencari jejak dengan mengikuti bau Yoona. “Ke arah sana!” Nataly menunjuk membuat mereka berbelok mengikuti arahan merek berdua. Kastil kerajaan Eranos. “LAVINCI SIALAN. PENIPU!” Yoona Berteriak marah, tidak henti-hentinya melontarkan sumpah serapah pada lelaki itu. Sementara Lavinci justru bersenandung senang mendengarnya, kemarahan dan kesedihan Yoona membuatnya semakin tertarik dan senang. “Aku tidak pernah terpikir efeknya akan sebagus ini. Sampai aku mencobanya pada serigala liar di hutan, kekuatannya berubah dua kali lipat dan tanpa ampun menyerang vampir yang dilihatnya. Kemudian saat suasana panas terjadi di antara ras serigala dan vampir, aku membuat rumor bahwa itu adalah racun were Wolf buatan bangsa serigala untuk menyerang bangsa vampir, seketika keduanya langsung saling menatap tajam dan menusuk.” Ucap Lav
Derrick merasakan sesuatu, ia melirik tangannya yang mulai mengurai dan berubah menjadi kupu-kupu hitam yang terbang dan menghilang di langit. “Yoona!” panggil Derrick yang membuat Yoona menengok ke arahnya. Mata Yoona melotot, ia segera terkejut saat melihat apa yang terjadi pada Derrick. Yoona melihat ke atas langit, sinar emas rembulan yang perlahan memudar bersamaan dengan tubuh Derrick yang terus mengurai. Yoona menghampiri Derrick dan menyentuh wajahnya. Gadis itu menangis. “Sudah kuduga akan begini....” Derrick menghapus air mata Yoona menggunakan sebelah tangannya yang masih utuh. “Anak bodoh! Aku mengirim prajurit untuk melindungimu kau malah lari.” Yoona mengernyitkan dahi, kemudian ia teringat dengan kejadian seseorang yang mengejarnya di hutan. Jadi itu semua ulah Derrick? Derrick melirik ke arah Nataly dan Andrew. “Maaf jika sudah membantai desa kalian, aku benar-benar panik karena bulan darah emas akan segera terjadi. Jadi aku membunuh semua manusia p
Derrick berjalan tertatih memegangi satu tangannya yang kini sudah menghitam, mereka semua berjalan menyusuri jalan setapak mengikuti Andrew dan Nataly yang mencari jejak dengan mengikuti bau Yoona. “Ke arah sana!” Nataly menunjuk membuat mereka berbelok mengikuti arahan merek berdua. Kastel kerajaan Eranos. “LAVINCI SIALAN. PENIPU!” Yoona Berteriak marah, tidak henti-hentinya melontarkan sumpah serapah pada lelaki itu. Sementara Lavinci justru bersenandung senang mendengarnya, kemarahan dan kesedihan Yoona membuatnya semakin tertarik dan senang. “Aku tidak pernah terpikir efeknya akan sebagus ini. Sampai aku mencobanya pada serigala liar di hutan, kekuatannya berubah dua kali lipat dan tanpa ampun menyerang vampir yang dilihatnya. Kemudian saat suasana panas terjadi di antara ras serigala dan vampir, aku membuat rumor bahwa itu adalah racun were Wolf buatan bangsa serigala untuk menyerang bangsa vampir, seketika keduanya langsung saling menatap tajam dan menusuk.” Ucap Lavinci
Kastel Eranos lama yang terbengkalai, bahkan sebagian bangunannya sudah menjadi puing-puing. Sejak peperangan besar lima ratus tahun lalu, para vampir yang tersisa memilih pergi dari hutan dan mencari tempat lain. Kerajaan vampir Eranos yang semula berjaya kini hanya menyisakan bangunan tua yang hampir roboh. Di dalam salah satu bangunan, tersimpan alat-alat penelitian yang masih bekerja. Seseorang meneteskan cairan ke dalam wadah dan mengambil suntikan, bersiap menghampiri gadis yang terikat rantai besi di kedua kaki dan tangannya. Yoona merasa mual seusai menerima kekuatan, gadis itu ingin memijit kepalanya tapi tangannya yang terikat membuatnya segera tersadar. Yoona memberontak berusaha melepaskan diri, tapi semakin ia berusaha, rantai itu semakin kuat mengikat tubuhnya. "Percuma saja, itu rantai sihir yang sudah kusiapkan selama ratusan tahun." suara familier membuat Yoona mendongak. Seorang lelaki berdiri di hadapannya sembari memegang jarum suntik, lelaki itu memakai maske