14 Februari 2021. Sabtu, pukul 17.00 WIB. Waktu yang terpampang di layar HP Irene. Irene tersenyum tipis dan mulai membereskan meja kerjanya. Hari ini valentine, Irene berbunga-bunga memikirkan alur cerita indah bersama David, sang pacar. Sudah 5 tahun mereka berdua menjalin asmara. Selama itu pula, rasa cinta Irene pada David tak pernah pudar.
Kaki yang dibalut highells hitam itu berjalan dengan gembira. Irene segera menghentikan taxi, lalu duduk di dalam taxi dengan mata berbinar. Hari ini ia dan David berencana menghabiskan waktu makan malam berdua di sebuah cafe bernama "Love Latte". Kopi disana sangat enak menurut David. 10 menit kemudian, taxi yang membawa Irene telah sampai didepan cafe tersebut. Mata Irene celingak celinguk mencari keberadaan kekasih hatinya. Tapi Nihil. Tak ada David disana. Mungkin kekasihnya itu sedang dalam perjalanan atau terkendala macet. Irene memilih tempat duduk di baris sebelah kanan, didekat jendela yang mengarah ke jalanan.
Kembali Irene melihat layar handphonenya. Menunjukkan pukul 17.15 WIB. Irene menghela nafas sambil berusaha tersenyum.
"Mau pesan apa kak?" Seorang pelayan laki-laki menghampiri Irene. Membuat fokus Irene terpecah. "O..oh.. saya pesan..." Irene membuka buku menu dan melihat-lihat sebentar menunya untuk memutuskan akan memesan apa. "Dua love coffe latte" dan dua red velvet cake ya mas", Irene meneruskan pesanannya sambil menyerahkan buku menunya pada pelayan laki-laki tersebut. Pelayan tersebut mengangguk dan meminta Irene untuk menunggu. Lalu pelayan itu pergi dari hadapan Irene.
Pelayan laki-laki tadi menyerahkan pesanan Irene pada Barista. Barista itu membaca pesanan Irene. Kemudian ia mulai membuatnya.
"Bro, yang pesen ini cantik banget" ucap pelayan laki-laki tadi yang mempunyai nama Alex pada Rey, si barista cafe. Rey hanya memutar bola mata jengah.
Sudah kesekian kali Irene menghela nafas panjang sambil melihat ke arah layar handphone. Sudah lebih 35 menit Irene duduk sendiri di cafe tersebut. Tidak ada tanda-tanda datangnya David. Pesan Whyappsnya pun belum dibalas oleh David. Irene mulai gelisah dan khawatir. Pelayan yang tadi melayani Irene, yaitu Alex telah datang membawakan pesanannya. Tiba-tiba "ting!"
Bunyi whyapps dari HP Irene berbunyi. Dengan cekatan Irene mengambil HPnya. Dilihat ternyata dari David. Tanpa basa basi Irene membuka pesan dari David. Irene membaca dengan cepat dan seketika mengucap pelan "Hah!". Alex yang masih disitu sedikit menoleh kaget. Bibir Irene terbuka sambil tangannya menghalangi bibirnya. Mata Irene membelalak kosong. Dengan ragu dan sedikit gelisah, mata Irene membaca satu persatu kata yang terpampang di layar HPnya.
"Maaf Rene baru balas"
"Kita tidak bisa lagi bertemu"
"Aku sudah dijodohkan."
Dengan wajah spechless, Irene tidak langsung mempercayai pesan dari David. Pasti David sedang melakukan prank pada Irene. Tidak mungkin ini serius karena Irene dan David sudah berpacaran selama 5 tahun. Tidak pernah ada kata putus sedikitpun dari mulut David sebelumnya. Dengan tangan yang sedikit bergetar, Irene mengetik balasan di Whyapps,
"Haha"
"Kamu bercanda kan?"
"Gak lucu ah😂"
Irene menggigiti kukunya gelisah. Alex yang masih betah berdiri didekatnya sangat kepo dengan apa yang terjadi pada Irene.
'Ting!!' Irene langsung membuka whyapps dan jleb!
"Aku serius Irene."
"Mulai sekarang kita tidak perlu bertemu"
"Makasih ya udah mengisi hari-hariku."
"Maaf"
Dada Irene tiba-tiba saja menjadi sesak dan penglihatannya seketika buram. Irene memejamkan matanya sejenak. Sayup-sayup terdengar suara pelayan tadi yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dan menanyakan keadaan Irene
Irene tidak menghiraukannya dan berusaha berdiri. Dia berjalan terhuyung, keluar cafe dan segera menghentikan taxi. Panggilan pelayan laki-laki itu tidak Irene hiraukan. Ia masuk kedalam taxi. Sopir melajukan mobilnya menelusuri jalanan kota yang padat. Sedang Irene menatap jalanan dengan mata kosong dan bingung.
Irene tidak langsung pulang ke apartemennya. Melainkan ke apartemen milik David. Ternyata David tidak disana. Hanya ada satu pilihan, yaitu rumah orangtua David. Dengan bergegas Irene pergi kesana.
'Tok tok tok'Irene mengetuk pintu rumah itu. 'Tok tok tok'Sekali lagi Irene mengetuknya sambil berteriak memanggil nama David. Sesaat kemudian, sudah muncul sosok ibu dari kekasihnya. "Kenapa kau kesini?" Dengan ketus Ibu David bertanya"Ibu, apa David ada disini? Aku ingin berbicara dengannya" Irene berbicara dengan memohon. "Tidak usah bertemu atau berbicara lagi dengan anakku, karna minggu depan ia akan menikah" jawab ibunya sembari bersendekap dada.Irene yang mendengar perkataan dari Ibu kekasihnya langsung membelalak tak percaya. Dari balik pintu, mata Irene menangkap sesosok wanita berambut sebahu yang sedang duduk manis di ruang tamu. Irene tidak mengenal wanita itu sama sekali. Siapakah dia? Apakah wanita yang akan dijodohkan dengan kekasihnya itu?
BERSAMBUNG
Air mata Irene sudah berada di ujung. Kepala Irene menunduk. Saat mendongak lagi, pandangannya telah terhalangi oleh sosok David. Ibu David terkaget dan menyuruh David untuk tidak usah menghiraukan keberadaan Irene. Namun David bersikeras menemui Irene untuk menjelaskan semuanya. Akhirnya ibunya mengiyakan dengan terpaksa. Di sebuah taman kota, Irene dan David saling berhadapan. Mata merah Irene tak hentinya menatap tajam pada mata David. Sesungguhnya Irene sedang bertanya secara tidak langsung padanya. Mulut Irene sudah tidak kuat mengucapkan sepatah kata. Akhirnya David menghela nafas dan menunduk. Mengucapkan kata-kata rumit yang menusuk relung hati Irene. "Maaf"Dinding hati Irene akhirnya roboh. Tidak. Sebenarnya sudah ambruk sedari awal ia melihat sosok wanita diruang tamu tadi."Untuk apa?" Tanya Irene datar.David menghela nafas panjang, "Apa perlu kujelaskan?"Irene menatap David deng
Dari pagi hingga sore, Irene hanya tergolek dikasurnya. Setelah tadi malam ia menangis berjam-jam lamanya hingga matanya bengkak. Hari ini ia memutuskan absen dari kantor dan memilih untuk istirahat total. Karena, ia tidak yakin akan fokus dengan pekerjaannya jika ia tetap memilih untuk hadir di kantor.Matahari yang tadinya dari Barat, kini sudah menuju ke arah timur. Kelopak mata Irene pelan-pelan terbuka. Matanya masih sedikit bengkak. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia berusaha bangun untuk duduk dipinggir kasur. Dia meraih HP yang ada di atas meja, lalu melihat jam yang ditampilkan. Jam menunjukkan pukul 16.00. Dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pasalnya ia belum mandi sama sekali dari tadi malam.Irene merasa plong seusai mandi. Ia menyisir rambut dengan tenang. Namun, matanya kosong. Ia masih merasakan sedih dan kecewa. Tiba-tiba ia tersadarkan sesuatu. Ia lupa membayar makanan di cafe "Love Latte" !!Dengan terburu-buru, se
Perempuan cantik berambut panjang yang diikat ponytail itu sedang meniup-niup tangannya yang kedinginan. Udara di bulan juni ini begitu dingin. Perempuan cantik itu adalah Ana. Dia menunggu teman lelakinya selesai bekerja. Dia ingin mengajak temannya itu ke cafe Bintang sambil mendiskusikan tugas kuliah. Mengapa Ana berdiskusi dengannya? Karena mereka berdua mengambil mata kuliah yang sama dan ada di kelas yang sama pula. Dari kejauhan, Rey sudah dapat melihat sosok Ana dengan balutan jas coklat panjang dan celana jeans. Mata Rey tampak khawatir melihat Ana yang kedinginan. Rey berlari kecil menuju kearahnya. Saat melihat wajah Ana, mata Rey terjerat oleh dengan wajah manis dan anggunnya. Rey sudah jatuh cinta pada Ana semenjak pertama bertemu. Yaitu ketika mereka berdua duduk sebangku saat masa pengenalan Kuliah. -----------Flashback-------------- &nb
Sepasang pelanggan yang menguras fokus Irene tersebut duduk tepat dibelakangnya. Diantara ketiga kawan makan Irene, hanya Rey yang sadar perubahan tingkah laku Irene. Rey mengamatinya sedari tadi. Mata Rey mengikuti arah matanya. Dan yang ia temukan adalah sesosok lelaki jangkung yang terlihat seperti pegawai kantoran dengan perempuan berambut sependek bahu. Rey kembali menatap Irene. Ia bertanya-tanya. Apa hubungan Irene dengan lelaki itu? Mengapa mata Irene sampai bergetar? Di keramaian cafe itu, fokus Irene ke arah laki-laki tadi yang mana merupakan mantan kekasihnya, David. Mantan kekasihnya itu rupanya juga memperhatikan Irene. Dia duduk di seberang kiri tempat duduk Irene cs. Irene berusaha memalingkan pandangan ke arah ketiga teman makannya. Rey yang memperhatikan gerak gerik Irene, merasakan kegelisahannya. Dalam hati, Irene meracau, "kenapa harus sekarang?!". Situasi ini membuat semua mood Irene kacau balau. Irene menggigiti bibirnya. Ia merasa tidak nyaman. Ia rasa
Pagi itu, dari celah gorden, cahaya menelusuk masuk ke kamar Irene. Dia merasakan panasnya cahaya matahari dan mulai membuka kelopak matanya. Irene menguap. Hari ini dia sudah harus masuk ke kantor. Dia bangun dari atas kasur dan masuk ke kamar mandi.Irene sudah mengenakan pakaian dengan rapi. Tubuhnya dibaluti dengan blouse putih beaksen pita putih di dada dan rok hitam pendek selutut. Dia pergi ke kantor menaiki bus.Sesampainya di kantor, Irene mulai bekerja dengan menghidupkan laptopnya. 40 menit sudah terlewati, namun entah mengapa Irene merasakan kepalanya sedikit pusing. Ia lantas berhenti mengetik dan mematikan laptopnya. Ia menuju ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya rasa pusingnya akan hilang setelah meminum kopi. Dia menunggu hingga setengah jam, tapi denyutan dikepalanya belum menghilang. Akhirnya ia memutuskan keluar dari gedung kantor untuk mencari angin segar.Irene berjalan-jalan di sekitaran kantornya. Dia duduk di kursi taman dekat deng
Sabtu sore, setelah kuliah pagi selesai, Rey sudah bersiap-siap di depan halte bus untuk menunggu Ana. Sesuai janji yang telah dibuat, mereka berdua berencana pergi ke museum lukisan.Dengan nafas yang memburu, Ana berlari kecil ke arah Rey. Ia menemui senyum manis milik Rey. Akhirnya bus yang ditunggu telah tiba. Mereka masuk ke dalam dan sopir segera melajukan bus dengan kecepatan sedang.Di museum itu, terpampang berbagai lukisan milik pelukis terkenal dari seluruh dunia. Mata Ana berbinar-binar memandangi setiap lukisan sampai ke detail terkecil. Ada lukisan Vincent Van Gogh, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci dan masih banyak lagi. Rey juga melihat lukisan-lukisan itu dengan khusyuk. Entah mengapa hati Rey menjadi tenang.Ditempat lain, Irene sedang mengerjakan tugas kantornya dengan cekatan. Ia tak sabar untuk cepat menyelesaikannya, karena ia akan berjalan-jalan ke Mall untuk membeli pakaian baru setelah bekerja.Irene menaiki bus untuk sampai
Irene menggigil kedinginan. Sepertinya ia sedang demam. Sedari pagi hingga sore, Irene mengunci diri di kamar dengan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia tak kuat untuk bangun dan badannya terasa sangat lemah. Seusai kehujanan semalaman, Irene terus bersin-bersin. Ia tidak langsung membilas badannya dengan air hangat ataupun minum air rebusan. Namun, ia langsung ganti pakaian dan tidur. Akibatnya ia jadi jatuh sakit. Irene berusaha mengambil handphone di meja dekat kasurnya. Setelah bersusah payah meraihnya, ia menekan layar dan mencari nomor kontak yang bisa ia telpon. Jarinya berhenti di kontak "Ibu". Ia berdiam lama. Ibunya pasti sedang sibuk dengan tokonya. Ia tidak mau membuat sang ibu khawatir, karena kediaman ibunya sangat jauh. Ayahnya pun sekarang sedang bekerja di luar kota. Irene menscroll lagi kebawah. Nafasnya semakin memburu. Ia sudah ditingkat terlemahnya. Dengan terpaksa, ia langsung menelpon seseorang. Orang ini adalah satu-satunya harapan Irene.
Kuliah siang hari adalah dambaan setiap mahasiswa. Begitupun dengan Rey, ia dapat tidur lebih lama daripada biasanya. Badan Rey rasa-rasanya akan remuk, sebab kemarin dari pagi hingga malam ia sangat sibuk di luar rumah. Suara alarm dari handphone membangunkan Rey. Ia membuka matanya perlahan. Tangannya meraih handphone dan mematikan alarmnya. Ia berdiri untuk pergi mandi dan ganti pakaian. Profesor sudah memasuki ruangan. Ana memandangi jam tangannya lalu celingak celinguk mencari keberadaan Rey. Syukurlah sedetik kemudian Rey muncul dari balik pintu sebelum profesor memulai pembelajaran. Tampilannya terlihat segar dengan setelan celana dan jaket jeans. Ana menunjukkan ekspresi lega, karena ia khawatir terjadi sesuatu pada Rey. Pasalnya semalam Rey tampak lelah sebelum akhirnya pergi ke apartemen Irene. Rey dan Ana fokus mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh Profesor. Saat sedang fokus menulis, seketika ingatan Rey melambung ke kejadian tadi malam di