Dari pagi hingga sore, Irene hanya tergolek dikasurnya. Setelah tadi malam ia menangis berjam-jam lamanya hingga matanya bengkak. Hari ini ia memutuskan absen dari kantor dan memilih untuk istirahat total. Karena, ia tidak yakin akan fokus dengan pekerjaannya jika ia tetap memilih untuk hadir di kantor.
Matahari yang tadinya dari Barat, kini sudah menuju ke arah timur. Kelopak mata Irene pelan-pelan terbuka. Matanya masih sedikit bengkak. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia berusaha bangun untuk duduk dipinggir kasur. Dia meraih HP yang ada di atas meja, lalu melihat jam yang ditampilkan. Jam menunjukkan pukul 16.00. Dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pasalnya ia belum mandi sama sekali dari tadi malam.
Irene merasa plong seusai mandi. Ia menyisir rambut dengan tenang. Namun, matanya kosong. Ia masih merasakan sedih dan kecewa. Tiba-tiba ia tersadarkan sesuatu. Ia lupa membayar makanan di cafe "Love Latte" !!
Dengan terburu-buru, setelah berganti baju dan lain-lain, Irene keluar dari apatemennya untuk menghentikan taxi. Sopir taxi bergegas menjalankan mobilnya menuju tujuan Irene.
Suasana di Cafe Love Latte sedang ramai-ramainya. Alex sibuk menangani pesanan dari pembeli. Di dapur, Rey dengan cekatan meracik kopi pesanan pembeli.
"Rey" Alex berbisik tepat ditelinga Rey.
Rey sedikit tersentak. Alex menyenggol-nyengol bahu Rey. "Gimana lo sama Ana? Ada perkembangan?"
Rey mengernyit. "Belum ada apa-apa. Gue masih bingung" jawab Rey sambil terus menyiapkan kopi.
"Kenapa bingung? Lo udah setahun suka sama dia. Masa gak ada progress sama sekali sih?" Alex terus mencerca Rey dengan ribuan pertanyaan.
Rey menghela nafas pendek, "Gak tau.... Gue ngerasa... Ana belum mau pacaran. Dia-"
Belum sempat Rey melanjutkan, tiba-tiba Alex sedikit berteriak. "Woi cewe yang tadi malem!"
Rey terkejut dan bertanya siapa yang dimaksud Alex. Alex menunjuk kursi yang sedang diduduki seorang perempuan cantik. Ya, dia Irene.Tanpa basa-basi Alex bergegas ke tempat Irene untuk mencatat pesanannya. Rey yang melihat tingkat laku Alex hanya bisa menggelengkan kepala.
"Mau pesan apa kak?" Alex menanyakan pesanan Irene.
Irene langsung menjawab, "ah, saya gak mau pesan... Cuma mau bayar pesanan saya yang tadi malam. Masnya inget sama saya gak?"
Alex langsung saja menjawab, "oh ya inget dong kak"
Sambil mengeluarkan uang dari dompetnya, Irene mengatakan, "maaf ya udah menyusahkan"
Alex tak langsung mengambilnya, melainkan berkata, "sebentar kak, yang membayar kemarin bukan saya, tapi teman saya. Sebentar saya panggilin dulu ya kak". Irene mengangguk.
"REY!" Panggil Alex dengan suara lantang.
Rey yang mendengar panggilan Alex langsung menoleh ke sumber suara. Alex melambaikan tangannya beberapa kali sebagai bahasa tubuh agar Rey segera bergegas ke arahnya. Rey langsung berlari ke arahnya.
Alex menjelaskan pada Rey mengenai tujuan Irene. Mata Rey beralih ke Irene. Langsung saja Irene menyodorkan uang pada Rey, namun ia tolak dengan halus dan berkata bahwa dia ikhlas. Irene yang merasa tidak enak, berusaha membujuk Rey agar menerima uangnya.
Alex yang sedari tadi melihat pemandangan tersebut, langsung menengahi, "Begini aja kak, gimana kalau kakak mentraktir kita berdua saja di tempat lain, jadi lunas deh" Alex tersenyum riang. Rey yang mendengarnya langsung kaget dan menyenggol tangan Alex. Daripada berlama-lama, Irene langsung mengiyakan
"Kita selesainya 30 menit lagi kak. Kakak tunggu saja disini" Kata Alex.
Irene menjawab dengan oke.
Irene melihat-lihat pemandangan di luar cafe melalui jendela. Tiba-tiba rintik hujan terjatuh dari langit. Dia memandangi rintik-rintik hujan dari titik awal jatuhnya. Sehingga kepalanya mendongak. Sejuknya udara hujan sore itu membelai pipi Irene. Membuat fikiran berantakannya kian lama kian meluruh. Rasanya lega namun juga menyakitkan. Pasalnya, memori kesakitan kala mendengar penjelasan David secara langsung tadi malam dan juga kehadiran wanita yang akan menjadi calon pengantin mantan kekasihnya itu terus berputar-putar di kepala. Luka di hatinya bukan karna ia membenci kekasihnya, namun karena cintanya yang tak bisa pergi. Perlahan bulir air menumpuk di pelupuk matanya. Sedetik saja matanya mengedip, bulir itu akan langsung terjatuh.
"Kak?"
Panggilan dari Rey membuat Irene tersentak dan mengedipkan matanya. Bulir air itupun tertetes jatuh.
Rey yang melihat air mata Irene sedikit terkejut. Namun, Rey berpura-pura seakan tidak melihatnya.
"Ini kopi paling recommended disini" ucap Rey
Irene membelakangi Rey untuk mengusap air mata di pipinya.
Irene berterima kasih dan menanyakan nama kopinya karena rasanya sangat enak. Rey mengatakan namanya "Love latte", seperti nama kafenya. Irene hanya mengangguk-angguk dan teringat bahwa kemarin ia memesan kopi ini untuk David.
Melihat Irene yang melamun, entah kenapa mata Rey tak bisa beralih dari menatap wajah Irene. Ada suatu magnet yang membuat matanya terjaga menatap lekat Irene. Sedetik kemudian, Irene menatap balik Rey. Seketika Rey kelabakan dan mengalihkan matanya ke arah lain.
Rey melihat Irene tersenyum tipis dengan mata yang menatap lembut. Rey sedikit terpesona. Namun dengan cepat Rey mengedip-ngedipkan matanya untuk kembali fokus. Rey meminta izin pada Irene untuk kembali bekerja dan Irene menjawab dengan anggukan.
Di dapur, ada Alex yang sedang bersedekap tangan. Senyumnya tipis dan matanya menyipit. Ketika Rey sampai didekatnya, Alex membisikan sesuatu yang membuat pupil mata Rey melebar.
"Ana nungguin di luar"
Perempuan cantik berambut panjang yang diikat ponytail itu sedang meniup-niup tangannya yang kedinginan. Udara di bulan juni ini begitu dingin. Perempuan cantik itu adalah Ana. Dia menunggu teman lelakinya selesai bekerja. Dia ingin mengajak temannya itu ke cafe Bintang sambil mendiskusikan tugas kuliah. Mengapa Ana berdiskusi dengannya? Karena mereka berdua mengambil mata kuliah yang sama dan ada di kelas yang sama pula. Dari kejauhan, Rey sudah dapat melihat sosok Ana dengan balutan jas coklat panjang dan celana jeans. Mata Rey tampak khawatir melihat Ana yang kedinginan. Rey berlari kecil menuju kearahnya. Saat melihat wajah Ana, mata Rey terjerat oleh dengan wajah manis dan anggunnya. Rey sudah jatuh cinta pada Ana semenjak pertama bertemu. Yaitu ketika mereka berdua duduk sebangku saat masa pengenalan Kuliah. -----------Flashback-------------- &nb
Sepasang pelanggan yang menguras fokus Irene tersebut duduk tepat dibelakangnya. Diantara ketiga kawan makan Irene, hanya Rey yang sadar perubahan tingkah laku Irene. Rey mengamatinya sedari tadi. Mata Rey mengikuti arah matanya. Dan yang ia temukan adalah sesosok lelaki jangkung yang terlihat seperti pegawai kantoran dengan perempuan berambut sependek bahu. Rey kembali menatap Irene. Ia bertanya-tanya. Apa hubungan Irene dengan lelaki itu? Mengapa mata Irene sampai bergetar? Di keramaian cafe itu, fokus Irene ke arah laki-laki tadi yang mana merupakan mantan kekasihnya, David. Mantan kekasihnya itu rupanya juga memperhatikan Irene. Dia duduk di seberang kiri tempat duduk Irene cs. Irene berusaha memalingkan pandangan ke arah ketiga teman makannya. Rey yang memperhatikan gerak gerik Irene, merasakan kegelisahannya. Dalam hati, Irene meracau, "kenapa harus sekarang?!". Situasi ini membuat semua mood Irene kacau balau. Irene menggigiti bibirnya. Ia merasa tidak nyaman. Ia rasa
Pagi itu, dari celah gorden, cahaya menelusuk masuk ke kamar Irene. Dia merasakan panasnya cahaya matahari dan mulai membuka kelopak matanya. Irene menguap. Hari ini dia sudah harus masuk ke kantor. Dia bangun dari atas kasur dan masuk ke kamar mandi.Irene sudah mengenakan pakaian dengan rapi. Tubuhnya dibaluti dengan blouse putih beaksen pita putih di dada dan rok hitam pendek selutut. Dia pergi ke kantor menaiki bus.Sesampainya di kantor, Irene mulai bekerja dengan menghidupkan laptopnya. 40 menit sudah terlewati, namun entah mengapa Irene merasakan kepalanya sedikit pusing. Ia lantas berhenti mengetik dan mematikan laptopnya. Ia menuju ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya rasa pusingnya akan hilang setelah meminum kopi. Dia menunggu hingga setengah jam, tapi denyutan dikepalanya belum menghilang. Akhirnya ia memutuskan keluar dari gedung kantor untuk mencari angin segar.Irene berjalan-jalan di sekitaran kantornya. Dia duduk di kursi taman dekat deng
Sabtu sore, setelah kuliah pagi selesai, Rey sudah bersiap-siap di depan halte bus untuk menunggu Ana. Sesuai janji yang telah dibuat, mereka berdua berencana pergi ke museum lukisan.Dengan nafas yang memburu, Ana berlari kecil ke arah Rey. Ia menemui senyum manis milik Rey. Akhirnya bus yang ditunggu telah tiba. Mereka masuk ke dalam dan sopir segera melajukan bus dengan kecepatan sedang.Di museum itu, terpampang berbagai lukisan milik pelukis terkenal dari seluruh dunia. Mata Ana berbinar-binar memandangi setiap lukisan sampai ke detail terkecil. Ada lukisan Vincent Van Gogh, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci dan masih banyak lagi. Rey juga melihat lukisan-lukisan itu dengan khusyuk. Entah mengapa hati Rey menjadi tenang.Ditempat lain, Irene sedang mengerjakan tugas kantornya dengan cekatan. Ia tak sabar untuk cepat menyelesaikannya, karena ia akan berjalan-jalan ke Mall untuk membeli pakaian baru setelah bekerja.Irene menaiki bus untuk sampai
Irene menggigil kedinginan. Sepertinya ia sedang demam. Sedari pagi hingga sore, Irene mengunci diri di kamar dengan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia tak kuat untuk bangun dan badannya terasa sangat lemah. Seusai kehujanan semalaman, Irene terus bersin-bersin. Ia tidak langsung membilas badannya dengan air hangat ataupun minum air rebusan. Namun, ia langsung ganti pakaian dan tidur. Akibatnya ia jadi jatuh sakit. Irene berusaha mengambil handphone di meja dekat kasurnya. Setelah bersusah payah meraihnya, ia menekan layar dan mencari nomor kontak yang bisa ia telpon. Jarinya berhenti di kontak "Ibu". Ia berdiam lama. Ibunya pasti sedang sibuk dengan tokonya. Ia tidak mau membuat sang ibu khawatir, karena kediaman ibunya sangat jauh. Ayahnya pun sekarang sedang bekerja di luar kota. Irene menscroll lagi kebawah. Nafasnya semakin memburu. Ia sudah ditingkat terlemahnya. Dengan terpaksa, ia langsung menelpon seseorang. Orang ini adalah satu-satunya harapan Irene.
Kuliah siang hari adalah dambaan setiap mahasiswa. Begitupun dengan Rey, ia dapat tidur lebih lama daripada biasanya. Badan Rey rasa-rasanya akan remuk, sebab kemarin dari pagi hingga malam ia sangat sibuk di luar rumah. Suara alarm dari handphone membangunkan Rey. Ia membuka matanya perlahan. Tangannya meraih handphone dan mematikan alarmnya. Ia berdiri untuk pergi mandi dan ganti pakaian. Profesor sudah memasuki ruangan. Ana memandangi jam tangannya lalu celingak celinguk mencari keberadaan Rey. Syukurlah sedetik kemudian Rey muncul dari balik pintu sebelum profesor memulai pembelajaran. Tampilannya terlihat segar dengan setelan celana dan jaket jeans. Ana menunjukkan ekspresi lega, karena ia khawatir terjadi sesuatu pada Rey. Pasalnya semalam Rey tampak lelah sebelum akhirnya pergi ke apartemen Irene. Rey dan Ana fokus mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh Profesor. Saat sedang fokus menulis, seketika ingatan Rey melambung ke kejadian tadi malam di
Semenjak obrolan via Whyapps kemarin, Rey dan Irene semakin sering melakukan percakapan online. Setelah kuliah pagi hari ini, Rey bergegas pergi ke cafe untuk bekerja shift siang. Rey berjalan di lorong gedung kampusnya saat Ana memanggil lantang namanya. Ana terburu-buru menuju ke arah Rey untuk menanyakan kemanakah ia akan pergi. Rey menjawab bahwa ia akan pergi bekerja. Ana tersenyum dan tiba-tiba saja menanyakan sesuatu."Kak Irene gimana kondisinya sekarang?"Rey terkejut sebentar lalu menjawab, "belum pulih banget. Cuma udah mendingan"Ana mengangguk-anggukkan kepala. Ia ingin melanjutkan obrolan, namun terdengar bunyi notifikasi handphone dari balik saku celana Rey. Tangan Rey merogoh sakunya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata Irene. Setelah membaca pesannya, Rey berpamitan pada Ana untuk pergi duluan. Ana melambaikan tangan pada Rey yang juga melambai-lambaikan tangannya. Di dalam lift apartemen Merlin, Rey menekan tombol 5, dimana merupakan lantai tempat tin
Mereka berdua duduk sofa. Rey melihat ke jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam. "Apa hari ini kamu gak kuliah?" Tanya Irene memulai pembicaraan setelah keadaan chaos tadi."Sudah tadi pagi kak" Jawab Rey seadanya. Lalu suasana menjadi sedikit canggung karena mereka berdua sama-sama diam. Tak lama terdengar suara asing yang berasal dari perut Rey. Mereka berdua saling bertatapan."Kamu lapar?" Tanya IreneRey hanya bisa tersenyum malu."Karna aku lapar juga, aku mau delivery. Gimana kalau pizza?" Cetus IreneMata Rey membulat bahagia. Tangan Rey menarik lapisan pizza perlahan dan melahapnya. Sore menjelang malam memang enak untuk memakan junkfood. Irene juga tak kalah lahap dengan Rey. Ia menyukai sensasi keju mozarela yang elastis. "Apa kuliah di teknik elektro sulit?" Irene bertanya sambil mengunyah.Rey tampak berfikir sejenak. "Setengah-setengah? Ada saatnya materinya sangat sulit tapi ada juga yang mudah" Rey berbicara sembari menelan potongan pizza. "Tapi sepertinya kam