Perempuan cantik berambut panjang yang diikat ponytail itu sedang meniup-niup tangannya yang kedinginan. Udara di bulan juni ini begitu dingin. Perempuan cantik itu adalah Ana. Dia menunggu teman lelakinya selesai bekerja. Dia ingin mengajak temannya itu ke cafe Bintang sambil mendiskusikan tugas kuliah. Mengapa Ana berdiskusi dengannya? Karena mereka berdua mengambil mata kuliah yang sama dan ada di kelas yang sama pula.
Dari kejauhan, Rey sudah dapat melihat sosok Ana dengan balutan jas coklat panjang dan celana jeans. Mata Rey tampak khawatir melihat Ana yang kedinginan. Rey berlari kecil menuju kearahnya. Saat melihat wajah Ana, mata Rey terjerat oleh dengan wajah manis dan anggunnya. Rey sudah jatuh cinta pada Ana semenjak pertama bertemu. Yaitu ketika mereka berdua duduk sebangku saat masa pengenalan Kuliah.
-----------Flashback--------------
"Namaku Ana, salam kenal ya" ucap Ana sambil menyodorkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Rey yang duduk disampingnya.
Rey yang canggung agak sedikit kaget dan akhirnya menerima jabat tangan itu. Dengan senyuman agak kaku namun tulus, Rey menyebutkan namanya.
Mendengar Rey berbicara, membuat Ana tersenyum manis hingga matanya menyipit membentuk eye smile. Rey yang menatap senyum itu tiba-tiba saja diserang perasaan aneh. Dadanya dag dig dug tak menentu. Pemandangan disekitarnya terlihat sangat indah. Udara menjadi sepoi-sepoi dan seakan bunga sakura memenuhi ruangan.
------------End Flashback----------
Rey menatap Ana lama hingga akhirnya Ana menyadari keberadaan Rey.
"Nunggu lama?" Tanya Rey
"Gak juga sih. 15 menit?" Jawab Ana
"Ya itu lamaaa" ucap Rey sedikit jengkel
Ana hanya mengangkat kedua bahunya.
"Kenapa gak nunggu di dalam aja?" Tanya Rey
"Kamu keliatan sibuk. Gak enak akunya" jawab Ana jujur.
"Tapi kan ada Alex yang bisa nemenin dulu" Timpal Rey.
Ana tersenyum dan menghela nafas pendek,
"Ikut aku yuk ke cafe bintang. Aku mau diskusiin tugasnya bu Retno"
Rey sedikit kaget dengan ajakan Ana. Karena Ana tidak pernah mengajaknya ke cafe. Ana lebih sering mengajaknya ke perpustakaan atau toko buku dan paling jauh ke taman kota. Walaupun akhirnya mereka berdiskusi soal kuliah, namun situasi ini baru kali ini terjadi.
Rey tampak berfikir keras. Lantaran ia sudah ada janji dengan kakak perempuan yang akan mentraktirnya. Tapi kalau Rey menolak ajakan Ana, ia merasa tidak enak. Selain itu, kapan lagi ia bisa berduaan dengan Ana di cafe.
Tiba-tiba saja dari kejauhan terdengar panggilan dari Alex untuk Rey bergegas kearahnya.
"Kamu ada janji sama Alex?" Tanya Ana yang membaca situasi.
Rey menghela nafas jeda. "Sebenernya aku ada janji sama orang. Kita juga mau ke cafe bintang"
"Yaudah bareng aja gak papa kan?" Tanya Ana
Iya juga ya. Kenapa Rey tidak memikirkan hal itu sama sekali?. Rey berlagak seakan-akan selingkuh dari Ana. Padahal Rey dan Ana belum berstatus pacaran sama sekali.
------------------------------------------0---------0------------------------------------------------
Irene dan Alex sedang menunggu Rey di depan cafe. Sedari tadi, Alex berusaha mencuri-curi pandang pada sosok Irene. Perempuan cantik berambut hitam panjang dan bergelombang yang mengenakan celana jeans beserta jas panjang biru muda. Alex menelan ludahnya, berusaha mencari topik pembicaraan.
Dua orang itu, Ana dan Rey berjalan beriringan. Dari kejauhan mereka berdua sudah dapat melihat Alex dan Irene yang sedang berbincang dan sesekali tertawa. Rey sedikit kaget melihat tawa Irene. Ia tak mengira kalau Irene bisa tersenyum atau tertawa. Ada rasa senang saat melihat Irene bisa tertawa. Padahal mereka tidak sedekat itu, tapi menurut Rey, sejak awal bertemu, ada kesedihan dalam mata Irene.
"Itu siapa yang bareng sama Alex?" Selidik Ana.
"Ah.. dia pengunjung cafe" jawab Rey seadanya
Rey menceritakan kejadian tadi malam dan tadi pagi pada Ana secara rinci. Ana hanya mengangguk mengerti.
Rey dan Ana sudah berdiri di depan cafe bersama Alex dan Irene.
Ada jeda panjang diantara mereka berempat. Tak sengaja Irene menangkap basah mata Rey yang dari tadi menatapnya. Rey yang sadar mengalihkan pandangannya. Sedetik kemudian Irene memecahkan kesunyian dengan mengajak mereka untuk berangkat.
---------------cafe bintang-----------------
Mereka berempat mengambil posisi tempat duduk ditengah, karena kursinya memanjang dan empuk. Pelayan cafe mendatangi mereka. Kemudian keempatnya memesan minuman dan makanan ringan.
Alex memulai pembicaraan dengan berkenalan, "namaku Alex kak. Kalo dia Rey dan dia Ana"
Irene tersenyum dan menyebutkan namanya juga.
Mereka berempat mulai berbincang-bincang santai. Bertanya tentang pekerjaan dan kesibukan masing-masing. Sedikit melontarkan candaan dan tertawa bersama.
Irene terkekeh melihat keakraban Alex dan Rey. Mata Irene melihat ke arah Ana yang hanya bisa tersenyum manis meliha tingkah laku kedua temannya. Kemudian matanya beralih ke arah Rey yang sedang menatap Ana. Mata Rey menatap dengan lembut dan seakan penuh cinta. Ya, cinta. Irene terdiam. Kemudian ia tersenyum tipis. Cinta yang polos, Irene membatin.
"Tring Tring" suara lonceng yang terdapat di atas pintu cafe berbunyi. Sepasang orang masuk ke dalam cafe. Mata Irene tak sengaja bertemu dengan mata seseorang yang baru masuk tersebut. Pupil Irene melebar. Senyumnya luntur. Badannya membeku. Memori buruk itu kembali menghancurkan pintu hati Irene yang telah berdarah-darah. Tak salah lagi, laki-laki itu adalah mantan pacar Irene yang sedang menggandeng seorang wanita.
Sepasang pelanggan yang menguras fokus Irene tersebut duduk tepat dibelakangnya. Diantara ketiga kawan makan Irene, hanya Rey yang sadar perubahan tingkah laku Irene. Rey mengamatinya sedari tadi. Mata Rey mengikuti arah matanya. Dan yang ia temukan adalah sesosok lelaki jangkung yang terlihat seperti pegawai kantoran dengan perempuan berambut sependek bahu. Rey kembali menatap Irene. Ia bertanya-tanya. Apa hubungan Irene dengan lelaki itu? Mengapa mata Irene sampai bergetar? Di keramaian cafe itu, fokus Irene ke arah laki-laki tadi yang mana merupakan mantan kekasihnya, David. Mantan kekasihnya itu rupanya juga memperhatikan Irene. Dia duduk di seberang kiri tempat duduk Irene cs. Irene berusaha memalingkan pandangan ke arah ketiga teman makannya. Rey yang memperhatikan gerak gerik Irene, merasakan kegelisahannya. Dalam hati, Irene meracau, "kenapa harus sekarang?!". Situasi ini membuat semua mood Irene kacau balau. Irene menggigiti bibirnya. Ia merasa tidak nyaman. Ia rasa
Pagi itu, dari celah gorden, cahaya menelusuk masuk ke kamar Irene. Dia merasakan panasnya cahaya matahari dan mulai membuka kelopak matanya. Irene menguap. Hari ini dia sudah harus masuk ke kantor. Dia bangun dari atas kasur dan masuk ke kamar mandi.Irene sudah mengenakan pakaian dengan rapi. Tubuhnya dibaluti dengan blouse putih beaksen pita putih di dada dan rok hitam pendek selutut. Dia pergi ke kantor menaiki bus.Sesampainya di kantor, Irene mulai bekerja dengan menghidupkan laptopnya. 40 menit sudah terlewati, namun entah mengapa Irene merasakan kepalanya sedikit pusing. Ia lantas berhenti mengetik dan mematikan laptopnya. Ia menuju ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya rasa pusingnya akan hilang setelah meminum kopi. Dia menunggu hingga setengah jam, tapi denyutan dikepalanya belum menghilang. Akhirnya ia memutuskan keluar dari gedung kantor untuk mencari angin segar.Irene berjalan-jalan di sekitaran kantornya. Dia duduk di kursi taman dekat deng
Sabtu sore, setelah kuliah pagi selesai, Rey sudah bersiap-siap di depan halte bus untuk menunggu Ana. Sesuai janji yang telah dibuat, mereka berdua berencana pergi ke museum lukisan.Dengan nafas yang memburu, Ana berlari kecil ke arah Rey. Ia menemui senyum manis milik Rey. Akhirnya bus yang ditunggu telah tiba. Mereka masuk ke dalam dan sopir segera melajukan bus dengan kecepatan sedang.Di museum itu, terpampang berbagai lukisan milik pelukis terkenal dari seluruh dunia. Mata Ana berbinar-binar memandangi setiap lukisan sampai ke detail terkecil. Ada lukisan Vincent Van Gogh, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci dan masih banyak lagi. Rey juga melihat lukisan-lukisan itu dengan khusyuk. Entah mengapa hati Rey menjadi tenang.Ditempat lain, Irene sedang mengerjakan tugas kantornya dengan cekatan. Ia tak sabar untuk cepat menyelesaikannya, karena ia akan berjalan-jalan ke Mall untuk membeli pakaian baru setelah bekerja.Irene menaiki bus untuk sampai
Irene menggigil kedinginan. Sepertinya ia sedang demam. Sedari pagi hingga sore, Irene mengunci diri di kamar dengan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia tak kuat untuk bangun dan badannya terasa sangat lemah. Seusai kehujanan semalaman, Irene terus bersin-bersin. Ia tidak langsung membilas badannya dengan air hangat ataupun minum air rebusan. Namun, ia langsung ganti pakaian dan tidur. Akibatnya ia jadi jatuh sakit. Irene berusaha mengambil handphone di meja dekat kasurnya. Setelah bersusah payah meraihnya, ia menekan layar dan mencari nomor kontak yang bisa ia telpon. Jarinya berhenti di kontak "Ibu". Ia berdiam lama. Ibunya pasti sedang sibuk dengan tokonya. Ia tidak mau membuat sang ibu khawatir, karena kediaman ibunya sangat jauh. Ayahnya pun sekarang sedang bekerja di luar kota. Irene menscroll lagi kebawah. Nafasnya semakin memburu. Ia sudah ditingkat terlemahnya. Dengan terpaksa, ia langsung menelpon seseorang. Orang ini adalah satu-satunya harapan Irene.
Kuliah siang hari adalah dambaan setiap mahasiswa. Begitupun dengan Rey, ia dapat tidur lebih lama daripada biasanya. Badan Rey rasa-rasanya akan remuk, sebab kemarin dari pagi hingga malam ia sangat sibuk di luar rumah. Suara alarm dari handphone membangunkan Rey. Ia membuka matanya perlahan. Tangannya meraih handphone dan mematikan alarmnya. Ia berdiri untuk pergi mandi dan ganti pakaian. Profesor sudah memasuki ruangan. Ana memandangi jam tangannya lalu celingak celinguk mencari keberadaan Rey. Syukurlah sedetik kemudian Rey muncul dari balik pintu sebelum profesor memulai pembelajaran. Tampilannya terlihat segar dengan setelan celana dan jaket jeans. Ana menunjukkan ekspresi lega, karena ia khawatir terjadi sesuatu pada Rey. Pasalnya semalam Rey tampak lelah sebelum akhirnya pergi ke apartemen Irene. Rey dan Ana fokus mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh Profesor. Saat sedang fokus menulis, seketika ingatan Rey melambung ke kejadian tadi malam di
Semenjak obrolan via Whyapps kemarin, Rey dan Irene semakin sering melakukan percakapan online. Setelah kuliah pagi hari ini, Rey bergegas pergi ke cafe untuk bekerja shift siang. Rey berjalan di lorong gedung kampusnya saat Ana memanggil lantang namanya. Ana terburu-buru menuju ke arah Rey untuk menanyakan kemanakah ia akan pergi. Rey menjawab bahwa ia akan pergi bekerja. Ana tersenyum dan tiba-tiba saja menanyakan sesuatu."Kak Irene gimana kondisinya sekarang?"Rey terkejut sebentar lalu menjawab, "belum pulih banget. Cuma udah mendingan"Ana mengangguk-anggukkan kepala. Ia ingin melanjutkan obrolan, namun terdengar bunyi notifikasi handphone dari balik saku celana Rey. Tangan Rey merogoh sakunya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata Irene. Setelah membaca pesannya, Rey berpamitan pada Ana untuk pergi duluan. Ana melambaikan tangan pada Rey yang juga melambai-lambaikan tangannya. Di dalam lift apartemen Merlin, Rey menekan tombol 5, dimana merupakan lantai tempat tin
Mereka berdua duduk sofa. Rey melihat ke jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam. "Apa hari ini kamu gak kuliah?" Tanya Irene memulai pembicaraan setelah keadaan chaos tadi."Sudah tadi pagi kak" Jawab Rey seadanya. Lalu suasana menjadi sedikit canggung karena mereka berdua sama-sama diam. Tak lama terdengar suara asing yang berasal dari perut Rey. Mereka berdua saling bertatapan."Kamu lapar?" Tanya IreneRey hanya bisa tersenyum malu."Karna aku lapar juga, aku mau delivery. Gimana kalau pizza?" Cetus IreneMata Rey membulat bahagia. Tangan Rey menarik lapisan pizza perlahan dan melahapnya. Sore menjelang malam memang enak untuk memakan junkfood. Irene juga tak kalah lahap dengan Rey. Ia menyukai sensasi keju mozarela yang elastis. "Apa kuliah di teknik elektro sulit?" Irene bertanya sambil mengunyah.Rey tampak berfikir sejenak. "Setengah-setengah? Ada saatnya materinya sangat sulit tapi ada juga yang mudah" Rey berbicara sembari menelan potongan pizza. "Tapi sepertinya kam
14 Februari 2021. Sabtu, pukul 17.00 WIB. Waktu yang terpampang di layar HP Irene. Irene tersenyum tipis dan mulai membereskan meja kerjanya. Hari ini valentine, Irene berbunga-bunga memikirkan alur cerita indah bersama David, sang pacar. Sudah 5 tahun mereka berdua menjalin asmara. Selama itu pula, rasa cinta Irene pada David tak pernah pudar.Kaki yang dibalut highells hitam itu berjalan dengan gembira. Irene segera menghentikan taxi, lalu duduk di dalam taxi dengan mata berbinar. Hari ini ia dan David berencana menghabiskan waktu makan malam berdua di sebuah cafe bernama "Love Latte". Kopi disana sangat enak menurut David. 10 menit kemudian, taxi yang membawa Irene telah sampai didepan cafe tersebut. Mata Irene celingak celinguk mencari keberadaan kekasih hatinya. Tapi Nihil. Tak ada David disana. Mungkin kekasihnya itu sedang dalam perjalanan atau terkendala macet. Irene memilih tempat duduk di baris sebelah kanan, didekat jendela yang mengarah ke jalanan.Ke