#MPSPart 59 Penyelidikan DimulaiSepertinya keputusannya untuk membantu Rosi kembali pulang ke rumah akan ia urungkan terlebih dahulu. Mas Abdullah juga memintaku untuk tidak bersikukuh membela Rosi dan menyatakan kalau pengaduan bu Darmi ada sebuah kebohongan. Semua ini dilakukan agar aku terhindar dari sifat berburuk sangka pada seseorang. Tak baik katanya. Aku pun menurut dan menyerahkan semuanya pada mas Abdullah. Biar begitu dalam hati kecilku masih berharap bahwa bu Darmi lah yang berbohong dan menginginkan sebuah tujuan tertentu dibalik kebohongannya tersebut. ***Tak ingin membuang banyak waktu, siang ini aku dan mas Abdullah akan menyelidiki masalah terkait Rosi dengan ibunya. Sedangkan Alsa sementara ku titipkan pada umi yang kebetulan tak ada jadwal pergi. Tujuan pertama kami tentu saja sekolah Rosi. Aku dan mas Abdullah ingin mengetahui bagaimana perilaku Rosi semasa di sekolah. Kami pun bergegas karena saat akan berangkat waktu mendekati jam pulang sekolah. Aku dan ma
#MPSPart 60 Tentang RosiBerjalan sebentar mas Abdullah pun menepikan mobilnya. Kami pun bergegas menuju segerombolan orang-orang tadi guna memastikan jika orang yang ku lihat adalah Rosi atau bukan. "Rosi!" teriakku yang kemudian menghentikan peleraian yang ada. Semua yang terlibat dalam perkelahian tersebut menoleh kearahku. Termasuk perempuan berseragam tersebut. Yang ternyata memang Rosi. Seketika aku tertegun melihat Rosi bersama para wanita yang jauh lebih tua dari dirinya. Penampilannya pun seperti bukan orang yang baik. Tampak dari pakaian yang mereka kenakan hampir semuanya terbuka. Makin ngeri saja aku takut jika nantinya Rosi akan ketularan cara berpakaian dan gayanya yang sangat urakan. "Mbak Fira." Rosi berjalan perlahan menghampiriku. Meninggalkan para gerombolan yang terlihat akrab pada Rosi. Mas Abdullah lantas mengajakku dan Rosi untuk masuk ke dalam mobilnya. Kami akan mencari tempat agar Rosi bisa diajak bicara dari hati ke hati. Sebelum pergi Rosi sempat ber
#MPSPart 61 Mengubah RencanaUntuk saat seperti ini aku benar-benar tak bisa memaksa Rosi untuk bercerita. Dengan segala upaya dan kesabaran aku kembali diuji melalui Rosi. Namun dibalik itu aku berharap jika bu Darmi dan anak-anaknya tidaklah terlibat di dalamnya. Ah, anggap saja mereka salah paham atas apa yang menjadi tindak tanduk Rosi di luar sekolah maupun lingkungan rumah. Tetapi jika bu Darmi dan anak-anaknya adalah dalang dalam permasalahan yang sedang dihadapi Rosi tentu saja aku tidak akan memaafkannya. Perkara ini akan ku bawa ke meja hijau agar membuat mereka jera. Apalagi pihak Rosi mempunyai surat perjanjian dimana bu Darmi dan anak-anaknya tak boleh berbuat kejahatan padanya seperti halnya dulu. Tak lama setelah itu Rosi tampak mulai tenang. Meski masih sesenggukan tetapi aku belum bisa menanyainya lebih lanjut. Aku mencoba membiarkan Rosi sendiri jika ingin menceritakan masalahnya. Namun, jika memang ia tak ingin bercerita aku juga tak akan memaksanya. Mas Abdulla
#MPSPart 62 Surat Perjanjian Dimasa LaluSebelum kedatangan bu Darmi dan anak-anaknya, mas Abdullah lebih dulu menerima tamu. Tamu ini yang nantinya akan membantu menyelesaikan masalah yang ada. Tetapi para tamu tersebut mas Abdullah meminta mereka untuk bersembunyi lebih dulu. Katanya untuk kejutan. Aku yang mengetahui rencana mas Abdullah sebagus ini merasa sangat senang. Dan aku yakin kalau rencana suamiku kali ini akan berhasil.***"Bu Darmi yakin gak berbuat apa-apa pada Rosi?" selidikku setelah mendapat keterangan dari bu Darmi sendiri yang menyatakan kalau dirinya tak pernah berbohong. "Yakin, Safira," balas bu Darmi yang terdengar amat lemut di telinga. Baru kali ini bu Darmi berkata demikian. Membuatku semakin yakin jika ada sesuatu yang sedang ia tutupi. "Lalu, kemana perginya Rosi kemarin?" tanya mas Abdullah yang membuat bu Darmi sekejap melirik pada mas Arga lalu dengan Preti. Tampak bu Darmi menelan kasar air liurnya. Seakan ia bingung dengan jawaban atas pertanyaa
"Bisa katakan yang sejujurnya kemana saja Rosi pergi kemarin?" selidik mas Abdullah dengan menatap bu Darmi penuh keseriusan. Dengan harapan jika bu Darmi tidak berbohong sudah pasti aku dan mas Abdullah akan menyimpulkan kalau memang Rosi lah yang bermasalah. Namun sebaliknya jika bu Darmi berbohong maka tamatlah riwayatnya. "Awalnya Rosi mau berangkat sekolah," kata Preti yang lagi lagi tanpa diminta.Baru satu kalimat yang keluar dari mulut Preti saja sudah membuatku semakin tak sabar ingin cepat mengetahui siapa yang bermasalah sebenarnya. Dengan harapan masalah ini akan segera terselesaikan. "Terus?" kataku yang kini menatap serius pada wanita yang dulu menjadi perusak rumah tanggaku itu. Dengan ekspresi wajah yang sangat percaya diri, Preti lantas melanjutkan perkataannya. Dimana ternyata apa yang diceritakan Preti hampir mirip dengan apa yang di nyatakan oleh Tama kemarin. Yakni saat waktu masih pagi, bu Darmi dan Rosi sempat terjadi perdebatan yang membuat bu Darmi tampak
#MPSPart 63 Tamu yang datang sebelum bu DarmiMendengar penuturan bu Darmi kali ini aku juga tak lagi menaruh curiga apapun padanya. Aku yakin betul jika memang apa yang diadukan bu Darmi perihal Rosi benar adanya. Aku sendiri malah semakin khawatir jika terjadi suatu hal diluar keinginan terhadap Rosi. Apalagi menyangkut pergaulannya yang terbilang cukup bebas sejak ayahnya meninggal. "Itu artinya yang perlu diselidiki ya Rosinya." Tiba-tiba saja pakde Rudi muncul dari ruang sebelah. Ya, pakde Rudi adalah tamu yang kami maksudkan kedatangannya sebelum kehadiran bu Darmi beserta anak-anaknya. Pakde Rudi tak sendirian, sebab aku dan mas Abdullah dengan sengaja juga ikut mengundang pak RT tempat bu Darmi tinggal. Alasannya tentu saja selain pakde Rudi mengetahu isi surat perjanjian tersebut, beliau dan pak RT juga ku minta sebagai saksi atas semua yang terjadi barusan. Termasuk setiap jawaban yang keluar dari keluarga bu Darmi. Apalagi memang dulu pakde Rudi juga termasuk dalam saks
#MPSPart 64 Curiga pada TamaTernyata rencana yang akan kami gunakan untuk bisa membuat Rosi mengungkapkan semua permasalahannya terbilang sederhana. Hanya saja perlu kehati-hatian karena menurut mas Abdullah, Rosi masih terbilang labil lantaran usianya yang masih remaja. Kami takut jika tak sesuai rencana, Rosi malah semakin menutup dirinya sehingga kami benar-benar tak akan bisa memecahkan masalah yang ada. Pertemuan pun berakhir. Karena mas Abdullah dan pakde Rudi yang mempunyai rencana, maka besok mereka lah yang akan memulainya terlebih dahulu. Sedangkan yang lain akan menyusul sesuai posisinya masing-masing. ***Sebelum berangkat ke tempat kontrakan Rosi, tiba-tiba aku mendapatkan kabar dari bu Darmi jika Rosi tak ada di rumah dan meninggalkan sepucuk surat. Tentu saja hal ini membuatku dan mas Abdullah menjadi lebih khawatir lagi. Karena sebelumnya kami mendapat informasi kalau Rosi ternyata sudah tidak mengontrak di kontrakannya terdahulu. Setelah menitipkan Alsa pada umi,
#MPSPart 65 Mundur? "Kalau gitu hubungi suamimu," kataku pada Rumi. "Gak bisa, Mbak. Sejak tadi aku coba telepon mas Tama tapi gak aktif ponselnya. Aku telepon ke temen-temennya juga gak ada lembur katanya. Malah ada yang melihat mas Tama kalau dia pulang duluan," ujar Rumi yang jelas membuatku semakin curiga pada Tama. Situasi semakin rumit. Rosi yang pergi entah kemana dan sekarang ditambah Tama yang tak ada kabar. Aku sendiri merasa semakin terjebak lebih dalam di keluarga ini. Ingin kembali mundur rasanya berat karena aku juga begitu penasaran dengan keadaan yang dialami Rosi. Terus melangkah maju aku juga harus dipaksa untuk mengorbankan banyak hal. Salah satunya waktuku bersama Alsa. "Gak ada pilihan lain. Kita lapor polisi!" ucap mas Abdullah yang seketika membuat kami yang ada menoleh kearahnya. "Tapi Mas." Aku menyentuh lengan suamiku. "Haruskah kita melibatkan pihak kepolisian?" tanyaku. Sekilas pun aku juga melihat wajah-wajah anggota keluarga bu Darmi yang tampak t