"Bisa katakan yang sejujurnya kemana saja Rosi pergi kemarin?" selidik mas Abdullah dengan menatap bu Darmi penuh keseriusan. Dengan harapan jika bu Darmi tidak berbohong sudah pasti aku dan mas Abdullah akan menyimpulkan kalau memang Rosi lah yang bermasalah. Namun sebaliknya jika bu Darmi berbohong maka tamatlah riwayatnya. "Awalnya Rosi mau berangkat sekolah," kata Preti yang lagi lagi tanpa diminta.Baru satu kalimat yang keluar dari mulut Preti saja sudah membuatku semakin tak sabar ingin cepat mengetahui siapa yang bermasalah sebenarnya. Dengan harapan masalah ini akan segera terselesaikan. "Terus?" kataku yang kini menatap serius pada wanita yang dulu menjadi perusak rumah tanggaku itu. Dengan ekspresi wajah yang sangat percaya diri, Preti lantas melanjutkan perkataannya. Dimana ternyata apa yang diceritakan Preti hampir mirip dengan apa yang di nyatakan oleh Tama kemarin. Yakni saat waktu masih pagi, bu Darmi dan Rosi sempat terjadi perdebatan yang membuat bu Darmi tampak
#MPSPart 63 Tamu yang datang sebelum bu DarmiMendengar penuturan bu Darmi kali ini aku juga tak lagi menaruh curiga apapun padanya. Aku yakin betul jika memang apa yang diadukan bu Darmi perihal Rosi benar adanya. Aku sendiri malah semakin khawatir jika terjadi suatu hal diluar keinginan terhadap Rosi. Apalagi menyangkut pergaulannya yang terbilang cukup bebas sejak ayahnya meninggal. "Itu artinya yang perlu diselidiki ya Rosinya." Tiba-tiba saja pakde Rudi muncul dari ruang sebelah. Ya, pakde Rudi adalah tamu yang kami maksudkan kedatangannya sebelum kehadiran bu Darmi beserta anak-anaknya. Pakde Rudi tak sendirian, sebab aku dan mas Abdullah dengan sengaja juga ikut mengundang pak RT tempat bu Darmi tinggal. Alasannya tentu saja selain pakde Rudi mengetahu isi surat perjanjian tersebut, beliau dan pak RT juga ku minta sebagai saksi atas semua yang terjadi barusan. Termasuk setiap jawaban yang keluar dari keluarga bu Darmi. Apalagi memang dulu pakde Rudi juga termasuk dalam saks
#MPSPart 64 Curiga pada TamaTernyata rencana yang akan kami gunakan untuk bisa membuat Rosi mengungkapkan semua permasalahannya terbilang sederhana. Hanya saja perlu kehati-hatian karena menurut mas Abdullah, Rosi masih terbilang labil lantaran usianya yang masih remaja. Kami takut jika tak sesuai rencana, Rosi malah semakin menutup dirinya sehingga kami benar-benar tak akan bisa memecahkan masalah yang ada. Pertemuan pun berakhir. Karena mas Abdullah dan pakde Rudi yang mempunyai rencana, maka besok mereka lah yang akan memulainya terlebih dahulu. Sedangkan yang lain akan menyusul sesuai posisinya masing-masing. ***Sebelum berangkat ke tempat kontrakan Rosi, tiba-tiba aku mendapatkan kabar dari bu Darmi jika Rosi tak ada di rumah dan meninggalkan sepucuk surat. Tentu saja hal ini membuatku dan mas Abdullah menjadi lebih khawatir lagi. Karena sebelumnya kami mendapat informasi kalau Rosi ternyata sudah tidak mengontrak di kontrakannya terdahulu. Setelah menitipkan Alsa pada umi,
#MPSPart 65 Mundur? "Kalau gitu hubungi suamimu," kataku pada Rumi. "Gak bisa, Mbak. Sejak tadi aku coba telepon mas Tama tapi gak aktif ponselnya. Aku telepon ke temen-temennya juga gak ada lembur katanya. Malah ada yang melihat mas Tama kalau dia pulang duluan," ujar Rumi yang jelas membuatku semakin curiga pada Tama. Situasi semakin rumit. Rosi yang pergi entah kemana dan sekarang ditambah Tama yang tak ada kabar. Aku sendiri merasa semakin terjebak lebih dalam di keluarga ini. Ingin kembali mundur rasanya berat karena aku juga begitu penasaran dengan keadaan yang dialami Rosi. Terus melangkah maju aku juga harus dipaksa untuk mengorbankan banyak hal. Salah satunya waktuku bersama Alsa. "Gak ada pilihan lain. Kita lapor polisi!" ucap mas Abdullah yang seketika membuat kami yang ada menoleh kearahnya. "Tapi Mas." Aku menyentuh lengan suamiku. "Haruskah kita melibatkan pihak kepolisian?" tanyaku. Sekilas pun aku juga melihat wajah-wajah anggota keluarga bu Darmi yang tampak t
#MPSPart 66 Keputusan Mas Abdullah "Mas ada rencana lain. Nanti sampai rumah Mas kasih tau," tambah mas Abdullah. Aku pun hanya bisa mengiyakan perkataan suamiku itu. Mungkin saja dugaannya memang benar karena aku juga merasa demikian. Namun, rencana yang ia maksudkan aku masih tak bisa menerkanya, lantaran keputusan mas Abdullah untuk tidak lagi ikut campur dalam urusan ini. Ah, benar-benar merumitkan. ***Baru saja memasuki rumah, mas Abdullah langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu. Ia tampak amat sumringah. Hal ini lah yang membuatku keheranan karena sebelumnya suamiku itu terlihat penuh tekanan saat masih di rumah bu Darmi. "Kamu baik-baik aja 'kan Mas?" dengan hati-hati aku bertanya pada suamiku. Takut ia tersinggung. Mas Abdullah menoleh kearahku. Bukannya menjawab pertanyaanku ia malah memberikan isyarat kepadaku untuk duduk di sebelahnya. "Kamu kenapa sih, Mas?" tanyaku lagi setelah menuruti keinginannya. "Aku baik-baik aja, kok sayang. Kamu tenang aja," uj
#MPSPart 67 Di Rumah Umi"Mas itu sebenarnya .... "Mendengar mas Abdullah mulai berbicara aku kembali bersemangat untuk menyimaknya lagi. Mungkin suamiku itu sudah menyadari kalau istrinya ini mulai tak enak dipandang karena menunjukkan wajah cemberutnya. Duh, aku jadi semakin penasaran dengan jawaban mas Abdullah. "Lanjut, Mas!" pekikku dalam hati. Sayang belum sempat mas Abdullah melanjutkan perkataannya tiba-tiba saja ponselku berdering. Ternyata umi yang menelepon dan mengabarkan jika kami harus segera ke rumah beliau karena Alsa sudah saatnya menyusu kembali. "Yaudah, ayo!" mas Abdullah bangkit dari duduknya. Tanpa bersuara aku pun mengikuti langkah mas Abdullah yang sudah berjalan. Kalau memang sudah urusan anak, suamiku itu pasti akan bergegas lebih cepat dariku. ***Setelah aku selesai menyusui Alsa dan menidurkannya kembali aku pun bergabung dengan umi dan mas Abdullah yang berada di ruang tengah. Ternyata kedua orang yang ku sayangi ini tengah membahas tentang masalah
#MPSPart 68 Keberadaan RosiMendengar kabar ini tentu saja orang yang pertama kali ku minta pertimbangan adalah mas Abdullah. Karena dia suamiku dan berhak menentukan apakah kami akan ikut mendatangi Rosi atau tidak. Meski dalam hati aku yakin kalau suamiku itu tidak akan menyetujui permintaan keluarga bu Darmi tersebut. Mengingat belum seharian mas Abdullah menyatakan untuk tidak ikut campur dan membiarkan keluarga bu Darmi untuk berusaha sendiri. "Memangnya Rosi dimana sekarang?" tanya mas Abdullah padaku yang lalu ku sampaikan pada Rumi yang masih tersambung di seberang telepon. Mendengar mas Abdullah melontarkan pertanyaan demikian entah mengapa tiba-tiba harapanku agar suamiku itu mengubah keputusannya kembali muncul. Apalagi saat ini kami mendapatkan petunjuk baru tentang Rosi berada. "Kantor polisi, Mas," kataku setelah mendapatkan jawaban dari Rumi yang seketika membuat mas Abdullah dan umi terkejut sama hal nya dengan diriku."Sejak tiba di kantor polisi, Rosi lebih banya
#MPSPart 69 Kabar dari Rumi"Mas, bolehkah aku bertanya sesuatu?" aku meletakkan secangkir teh di atas meja yang berada diantara tempat dudukku dengan mas Abdullah. Di sore hari yang amat cerah ini aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut mengenai perubahan sikap suamiku itu terhadap keluarga bu Darmi."Tanya apa sayang?" ucap mas Abdullah setelah menyeruput tehnya. Sejujurnya aku sedikit ragu untuk menanyakan hal ini, tetapi rasa penasaranku bagitu tak tertahankan apalagi sudah lewat beberapa hari dari keberadaan Rosi ditemukan aku sama sekali belum mendapatkan kabar lagi. "Katanya mau nanya, kok, malah diem." Aku sedikit terkejut mendengar ucapan suamiku barusan. Aku tersenyum tipis dan mencoba mengatur napasku. Dengan perasaan ragu aku mencoba membuka suara. "Mas, kenapa berubah?"Mendengar pertanyaanku yang hanya dua kata itu pun seketika membuat mas Abdullah terdiam. Lalu menoleh kearahku dan membiarkan ponselnya di atas meja begitu saja. Tak hanya itu, mas