“시간이 멈춰 이대로
해가 안 졌음 해”
“Waktu berhenti, begitu saja.
Saya berharap matahari tidak terbenam.”-Orange lyrics 🎶-
[TREASURE]🍑🍑🍑
Seketika tubuh Crystal menegang ketika merasakan sesuatu yang melingkar di perutnya secara tiba-tiba. Ia bahkan menahan napasnya selama beberapa detik ketika hidungnya mencium aroma yang sangat ia hafal. Aroma parfum milik kakaknya, Austin.
“Kau di sini,” gumam Austin meletakkan dagunya di atas bahu telanjang Crystal.
Crystal hanya diam, enggan menjawab pertanyaan Austin karena tidak dijawab pun seharusnya sudah tahu. “Lukisan yang sangat indah, baby,” Austin berdecak memuji lukisan Crystal yang telah selesai.
Austin beralih mengecup pelipis Crystal, membuat gadis itu menggerakkan kepalanya untuk menjauh dari jangkauan Austin. “Pergilah,” usir Crystal dengan ketus membuat Austin menegapkan tubuhnya lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam celana.
Tanpa memperdulikan Austin, Crystal membereskan alat-alat melukisnya termasuk memasukkan papan lukisannya ke dalam rumah pohon, mengambil keranjang buahnya yang menyisakan beberapa biji stroberi dan blueberry, ia berniat akan pergi. Tapi, cekalan Austin pada pergelangan tangan Crystal membuat langkahnya terhenti. Ia membelakangi Austin, pria itu masih menggenggam pergelangan tangannya.
Langkah kakinya berjalan mundur ketika Austin menarik pergelangan tangannya, lalu pria itu meraih bahu Crystal dan membaliknya hingga mereka berdiri berhadapan dengan manik mata yang saling terikat. Crystal menampilkan wajah datarnya, berbeda dengan Austin yang tersenyum hangat.
Crystal mendengus, menggerakkan bahunya agar tangan Austin menyingkir tetapi diabaikan pria itu. “Menyingkirlah,” kata Crystal karena posisinya yang dihadang oleh Austin.
Austin menggeleng, “Tidak bisakah kau memberiku waktu. Sekedar berbincang?”
“Dan haruskah sekali aku memberimu waktu? Untuk kita berbincang? Sepertinya tidak.”
Austin menghembuskan napasnya kasar, “Crys....”
“What?” tanyanya menaikkan sebelah alisnya.
“Come back to me,” kata Austin meminta.
“Tidak bisakah kita menjalin hubungan kembali sampai aku menemukan jalan keluar?”
“Kita belum pernah ada ditahap menjalin hubungan, Kak,” ralat Crystal.
“Ya, kau benar. Kita hanya bersenang-senang tapi tidak meresmikannya karena kau yang menolak,” protes Austin membuat Crystal terdiam. “Please.”
“Jangan pernah memohon karena jawabanku akan sama. Tidak akan pernah ada kita.”
“Jika berhubungan tanpa status, apa kau masih menolaknya?”
Crystal mengangguk. “Ya, karena kau sudah memiliki tunangan,” katanya mengingatkan dan menekan kata terakhir.
“Baiklah jika karena Lauren. Aku akan memutuskan tunangan dengannya.”
Sontak kalimat Austin membuat Crystal mendelik tajam, menatap manik mata Austin dengan pandangan tak terbaca. “Sampai kau melakukan itu, kau tidak akan pernah bisa menemuiku lagi,” ancamnya.
“It's okay. Setidaknya itu lebih baik. Aku tidak bertunangan lagi dengan Lauren. Dan kita tidak akan pernah bertemu lagi.”
“Kak! Sejak kapan kau menjadi pria brengsek seperti ini!” sentak Crystal dengan bibir bergetar. Wajah gadis itu menahan emosi, dadanya terlihat naik turun.
“Sejak kau mencuri perhatianku,” balas Austin dengan pandangan menatap Crystal dalam.
Crystal terdiam, memejamkan mata hingga air matanya merembas keluar. “Kak, please. Bisakah kau bersikap dewasa?” katanya memohon, menatap Austin penuh harap.
Tanpa membalas kalimat Crystal, Austin segera menempelkan bibirnya dengan bibir Crystal, menyatukannya. Terus melumat dengan penuh kelembutan membuat Crystal yang terkejut menjatuhkan keranjang buahnya. Kedua tangannya sontak meraih kemeja putih Austin, meremasnya–membuat kemeja pria itu kotor karena terkena cat air yang menghiasi seluruh telapak tangan Crystal.
Crystal refleks memejamkan matanya, tanpa disadari ia melenguh. Sedangkan Austin tetap melanjutkan aksinya pada bibir merah ranum milik Crystal yang sudah menjadi candunya. Austin menarik kepala Crystal semakin mendekat untuk memerdalam lumatan mereka. Gadis itu pun bahkan terlihat tidak memberontak, membiarkan Austin berbuat sesukanya. Hingga bibir Austin turun ke leher, memberikan kecupan-kecupan singkat dan hangat di sana. Meninggalkan jejak memerah yang terlihat seksi di leher jenjang Crystal.
Tanpa disadari, Crystal menggigit bibirnya menahan suatu gejolak yang ada di dalam dadanya. Baiklah, untuk sekarang dirinya kalah dan membiarkan Austin menang hanya dengan sebuah rayuan singkat yang berakhir dengan lumatan karena pria itu yang memulainya.
Austin beralih menyatukan bibir mereka kembali, lalu kedua tangannya mengangkat pantat Crystal untuk meletakkannya di atas meja. Ciuman semakin dalam, Crystal meremas rambut Austin. Hingga Crystal mendesah, dan memberi kode untuk mengakhiri ciuman mereka karena napasnya semakin menipis. Austin melepaskannya.
Crystal meletakkan kedua tangannya psda bahu Austin, kepalanya menunduk dengan napas yang tidak beraturan. Sedangkan Austin yang melihat hanya tersenyum miring penuh kemenangan. Perlahan, Crystal mengangkat kepalanya membuat manik mata mereka bertemu. Dalam hati, Austin terkikik geli menyadari bibir Crystal yang membengkak dan lehernya yang dihiasi dengan sebuah maha karyanya.
Tangannya terangkat, untuk mengusap bibir Crystal yang terlihat mengkilap. “Aku anggap ini sebagai jawabannya jika kau menerimaku kembali untuk memberikan kesempatan.”
“Jawabannya tetap sama. Tidak akan pernah,” ketus Crystal yang berniat untuk turun dari meja.
Austin menggeleng tegas, dan menahan paha Crystal. “Tidak bisa. Sekeras apapun kau berusaha, kau tidak akan bisa lagi untuk menghindariku, Crys.”
“Cukup sudah aku membiarkanmu selalu bermain petak umpet padaku selama dua tahun.” Lanjut Austin membuat Crystal memejamkan matanya.
Oh, apakah semua yang sudah dibangunnya akan dengan mudah diruntuhkan kembali dengan orang yang sama? Batin Crystal berteriak.
“Kau! Aku sungguh membencimu!” ketus Crystal mengacungkan jari telunjuknya tepat di hadapan Austin.
Austin meraih jari telunjuk Crystal dan membawa ke bibirnya untuk dikecup. Ia mengedipkan sebelah matanya, “Dan aku selalu menyukaimu.”
“Berusahalah dengan bersungguh-sungguh, karena aku akan tetap pada pendirianku,” ketus Crystal. “Menyingkir, aku ingin turun!”
Mengabaikan kalimat Crystal, Austin memilih untuk memeluk tubuh gadis itu membuat detak jantung Crystal sontak berdegup dengan begitu kencang. “Lepaskan,” gumam Crystal membuat Austin yang berada di bahu gadis itu menggelengkan kepalanya.
“Tidak mau,” balas Austin. “Biarkanlah seperti ini,” lanjutnya dengan manja membuat Crystal mendengus kesal.
“Aku baru menyadari jika tubuhmu ternyata sangat-sangat ramping.”
“Ke mana saja kau selama ini!” protes Crystal.
“Ish, menyebalkan!”
Entah kenapa layaknya air yang mengalir begitu tenang tanpa hambatan, angin berhembus begitu tenang, suara kicauan burung-burung yang terbang di atas langit orange. Keduanya sama-sama menikmati momen saat ini yang sedang terjadi. Austin pun dengan cepat bisa mengikis jarak di antara mereka. Membuat Crystal yang tadinya bersikap ketus padanya, berubah menjadi hangat. Bahkan senyum lebarnya terlihat lagi setelah entah berapa lamanya Austin tidak melihatnya lagi.
Dalam artian, ketika Crystal tertawa bukan karenanya.
“Making love in the rain.”-Sinner-🍑🍑🍑“Apa kau tidak ingin kembali ke mansion?” tanya Austin menatap Crystal yang sedang menikmati suasana malam di rumah pohon.Saat ini mereka belum berniat untuk beranjak dari rumah pohon, padahal yang mereka lakukan adalah hanya berdiam diri dan menikmati suasana yang hening. Crystal menggeleng, menjawab dengan gumaman. “Aku masih ingin di sini.”“Baiklah Tuan Putri,” balas Austin mengusap pelan kepala Crystal.Crystal membenarkan posisinya dari dada Austin.
"Touch me like you do...." -Love Me Like You Do 🎶- [Ellie Goulding] 🍑🍑🍑 "Oh Austin, faster ... faster honey...." Lauren memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut yang diberikan Austin kepadanya. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar sebuah desahan tidak keluar dari mulutnya. Ah, tapi rasanya tidak bisa karena sekuat apapun Lauren menahannya, desahan seksi itu tetap keluar dari bibirnya. Austin menghentikan aktivitasnya setelah mereka selesai mencapai puncaknya secara bersamaan. Pria itu
Make it up, fall in love, try.” -Dusk Till Dawn lyrics🎶- [Zayn Malik] 🍑🍑🍑 Suara erangan dan desahan yang beradu menjadi satu. Mengisi keheningan yang terjadi di balkon. Pagi yang masih gelap dengan bertabur bintang yang berkelap-kelip dan bulan. Angin yang berhembus begitu pelan. Keduanya beradu menjadi satu. Kulit yang saling bersentuhan, bibir keduanya yang menyatu hingga menciptakan suara. Berulang kali Crystal mengerang karena permainan Austin. Pria itu yang memimpin. Mereka tidak menyatu, hanya ada permainan b
“Everything gonna be alright.” -Sinner- 🍑🍑🍑 "Crys, bagaimana dengan yang ini?" tanya Alana menunjukkan sebuah dua dress pendek berwarna hitam di tangan kanan dan kirinya. Crystal menoleh begitu mendengar suara Alana, mengalihkan pandangannya dari sederet dress yang tergantung indah hanya untuk melihat Alana. Matanya sontak berbinar, ketika melihat dress yang berada di tangan kiri Alana. Sangat cantik. Sahabatnya itu memang ahli dalam hal fashion. Dengan gesit, Crystal meraih gaun hitam yang berada di tangan kiri Alana, lalu menatap sahabatnya itu penuh cinta. "
“Karena menghindar bukan lagi solusi, maka kali ini sepertinya semesta sengaja mempertemukan.” -Sinner- 🍑🍑🍑 Keadaan menjadi canggung hanya bagi Crystal. Tentu tidak dengan yang lain, bahkan seluruh keluarganya mengisi acara makan malam ini dengan perbincangan panjang. Lebih tepatnya, tema yang menjadi perbincangan kali ini adalah tentang hubungan Austin dan Lauren, lalu kapan pernikahan mereka akan dilangsungkan. Ah, jangan lupakan Izzy yang begitu ingin segera meminang cucu diselingi dengan gurauan Xander yang sudah semakin tua, tidak sepantasnya Austin terus menunda-nunda pernikahan apalagi sampi menunda untuk mempunyai anak.
"Ya, melupakan adalah solusi. Dan pergi adalah keputusan terbaik. Seharusnya begitu, tetapi manusia memilih untuk tetap singgah meskipun akhirnya terluka kembali. " -Sinner- 🍑🍑🍑 Karena Autumn, Austin mendapatkan ceramah dadakan yang sangat panjang dari Xander. Dan begitu selesai, Austin terlihat menatap tajam Autumn--adiknya itu dan memberi kode seakan 'kau berurusan denganku'. Saat ini, agenda selanjutnya adalah bakar-bakaran di halaman belakang mansion. Para pelayan sudah menyiapkan alat pemanggang, sosis, daging sapi yang sudah diiris ukuran sedang, pa
“Obat dari luka hati adalah bersenang-senang.”-Sinner-🍑🍑🍑Suara dentuman musik, lampu yang berkelap-kelip, semua orang meliuk-liukkan tubuhnya dengan bebas seakan dengan begitu bahagia seakan tidak ada beban hidup. Crystal melangkahkan kakinya, memasuki club itu, sesekali tubuhnya menghindar ketika ada orang yang menari dengan sangat bersemangat. Ini bukan pertama kalinya Crystal menginjakkan kaki di tempat di mana para pendosa berkumpul. Tetapi, ini pertama kalinya Crystal datang sendiri tanpa ada teman atau orang yang dikenalnya menemani.Tadi, be
“Seharusnya, jika semua telah usai dengan sebuah pengabaian saja sudah cukup.”-Sinner-🍑🍑🍑Austin menatap satu persatu keluarganya, tidak ada Crystal. Di mana gadis itu? Tanyanya dalam hati. “Mom, di mana Crystal?” tanyanya pada Izzy yang sedang berdiri tidak jauh darinya.Izzy menoleh, mengerutkan keningnya berpikir sejenak. “Ah, tadi dia berkata pada Mom ingin beristirahat. Kenapa?”Austin menggelengkan kepalanya. “Tidak apa, Mom
Crystal menggenggam kertas yang telah usang itu dengan erat. Sebuah surat yang Austin tulis sendiri di saat detik-detik pria itu menutup mata untuk selamanya. Masih ada bekas-bekas air mata yang menetes di kertas ini. Crystal menutup mata, menangis dalam diamnya. Masih teringat jelas di ingatannya saat Austin menutup mata. Berkata padanya untuk selalu menjadi wanita kuat saat dia sudah pergi nanti. Berpesan pada Crystal untuk jangan menangis begitu Austin pergi. Dan benar, saat detak jantung dan denyut nadi pria itu berhenti. Memejamkan mata selamanya dengan meninggalkan senyum kedamaian untuk Crystal, ia benar-benar tidak menangis. Crystal masih ingat itu dengan baik. Di saat seluruh anggota menangis atas kepergian Austin. Hanya dirinya yang diam dengan kedamaian dan ketenangan hatinya. Tentu juga Crystal tidak akan mengingkari janji Austin untuk tidak menangis saat dia pergi. Tapi setelah itu, tahun pertama, kedua, dan ketiga setelah kepergian Austin—barulah Cr
Crystal menatap Austin yang terbaring di atas ranjang. Selama pria itu sakit, Crystal tidak pernah sekalipun meninggalkan. Jika harus, tidak pernah lama.Tangan Austin yang mengeriput meraih tangan Crystal—mengusapnya. Wajahnya yang terlihat sayu dengan bibirnya yang pitih pucat. Terlihat tidak se-segar dulu, tersenyum menatap belahan jiwanya penuh kekaguman. “Crys...,” panggilnya pelan. Crystal menaikkan sebelah alisnya, balas tersenyum menatap Austin. “Kenapa hm?”“Ada sesuatu yang ingin aku berikan untukmu,” katanya lalu memberi kode Crystal untuk membuka loker nakas dan Crystal menurutinya, “ada sebuah kotak, ambillah.”Crystal meraih kotak beludru saat melihat hanya ada kotak satu-satunya di loker nakas itu. Lalu menunjukkannya pada Austin. “Ini?”Austin mengangguk, “Bukalah.”Crystal membuka kotak itu, dan terkejut melihat isinya. Sebuah perhiasan yang Crystal yakini pasti sangat mahal. “Selamat hari pernikahan ke dua pulu
Sepuluh tahun setelah kelahiran Arthur. “Arthur Cyrilo Oberoi!” Teriakan dari arah koridor membuat Arthur yang sedang membagikan sebuah undangan ulang tahunnya yang ke-10 pada teman-temannya, membuat langkah kaki kecilnya berhenti. Bocah laki-laki bernama Arthur itu membalikkan badannya. Tidak jauh dari posisinya berdiri, seorang gadis dengan surai pirang yang diikat pony tail itu tersenyum lebar. Arthur berdecak malas. Gadis itu berlari kecil untuk menghampirinya. “Apa tidak ada undangan untukku?” tanyanya dengan kedua tangan yang diulurkan.Arthur menatapnya datar, menggeleng. “Tidak,” jawabnya dengan singkat lalu berbalik pergi meninggalkan gadis bersurai pirang itu. “YA ARTHUR!” Teriaknya yang diabaikan Arthur, bocah laki-laki itu berjalan begitu saja tanpa memperdulikan gadis di belakangnya yang terus meneriaki namanya.Hingga seseorang berdiri di depannya, membuat Arthur hampir saja menabrak. Kepalanya mendongak ke atas karena seseorang yang berdiri
Beberapa tahun sebelum kelahiran Ameera.Kehamilan kedua Crystal cukup menjadi sebuah kabar bahagia untuk seluruh anggota keluarga Oberoi. Tak terlebih Austin dan Crystal—apalagi pria itu terlihat sangat bahagia. Bahkan, Austin terus saja menempel pada Crystal. Cukup lama Austin meyakinkan pada Crystal tentang memberikan adik untuk Aslan. Karena kalian pasti tahu, kan saat Austin berselingkuh itu di saat Crystal sedang hamil. Karena nyatanya kejadian itu membuat Crystal sedikit trauma untuk hamil kembali. Takut jika Austin akan bermain di belakangnya. Kembali mengulang kesalahan.“Austin, lepaskan aku.” Crystal sedikit bergeser, tapi Austin tetap saja memeluknya. Pria itu menggelengkan kepala jika ia menolak. “Kau tahu, aku sangat senang, baby. Karena akhirnya Aslan akan memiliki seorang adik.”“Tapi kau tahu, aku masih—” Austin menempatkan jari telunjuknya tepat di bibir Crystal, tidak ingin mendengar kalimat lebih lanjut istrinya itu.
Benar memang, kehidupan pernikahan jika tidak ada luka dan masalah akan terasa hambar. Seperti sayur tanpa garam. Begitu banyak pelajaran hidup yang Crystal ambil. Menikah di usia muda memang bukan waktu yang tepat, saat kita belum siap untuk menjalaninya. Seperti bagi Crystal. Karena memang ia belum mampu dan siap untuk semua segala sesuatunya. Tapi setelah menjalani, meskipun banyak permasalahan yang datang membuatnya mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Sejak Austin memperjuangkannya lagi, melihat membuktian pria itu bukan hanya sekedar kata. Tapi juga perbuatan, membuat Crystal sekali lagi memberi kesempatan. Tidak mudah memang. Menjalani rumah tangga, hidup bersama seorang pria yang pernah mengkhianatimu. Memberikan luka yang begitu dalam. Karena itu membuat trauma tersendiri bagi Crystal. Hanya saja Austin berkata, untuk berjuang bersama-sama dengan Crystal yang selalu ada di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.Dan hari ini, adalah tahun ke
Suara isak tangis terdengar, Crystal kembali menangis. Entah sudah berapa banyak air matanya yang ia keluarkan sejak kemarin-kemarin. Tidak mudah untuk mengatakan sebuah perceraian pada Austin. Sangat sakit rasanya. Tapi, Crystal hanya ingin bebas. Ia ingin tidak lagi merasakan sebuah kekecewaan yang dibuat oleh seseorang yang dicintainya.Crystal menenggelamkan wajah di antara kedua lututnya yang tertekuk. Menangis dalam keheningan.🍑Crystal baru saja selesai untuk berkonsultasi dengan psikiaternya. Sudah tiga minggu, ia menjalani terapi. Lumayan dan sangat membantu Crystal. Perlahan tapi pasti, beban di pundaknya seakan terangkat. “Kau ingin ke mana?” Calvin, pria itu melajukam mobilnya dengan santai. Memang sejak Crystal menjalani terapi, yang mengantarkannya antara Aiden, Calvin, atau Xander dan Izzy. Karena Crystal tidak mau jika Austin yang mengantar.“Bisakah bawa aku ke rumah pohon. Tapi tanpa grandpa tahu.” Calvin m
Austin dengan rasa bersalahnya. Benar memang, penyesalan selalu datang di akhir. Tidak pernah terlintas di benak Austin, saat ia melakukan semua dosa—melakukan sebuah pengkhianatan itu. Bagaimana dengan akibat yang akan diterima nantinya. Dan benar, manusia adalah tempatnya dosa. Austin diam di tempatnya, terus merenungi semua kesalahan yang telah ia perbuat.“Jika kau terus diam, merenungi semua kesalahanmu. Tanpa memikirkan bagaimana caramu memperbaikinya dengan segera maka, semua akan terlambat lagi.” Aiden mengusap bahu Austin, menguatkan kakaknya itu.Crystal juga sudah menjalani terapi dengan seorang psikiater yang Autumn carikan. Sebelumnya, postpartum depression yang dialami sang istri itu terlihat sudah benar-benar ada di tahap yang paling parah. Mengingat, bagaimana perlakuan Crystal pada Aslan setiap harinya. Bahkan saat itu, Izzy pernah mencoba mendekatkan Aslan pada Crystal saat wanita itu tertidur. Berharap, begitu bangun dan melihat Aslan saat bayi i
Dari jauh, Austin memandangi bahu Crystal yang memunggunginya. Gadis kecilnya, yang sekarang menjadi wanitanya. Kelahiran putranya bukanlah kesalahan. Tetapi waktunya yang tidak tepat. Apalagi pengkhianatan yang dilakukannya. Membuat Crystal semakin down. Dan karena itu, Crystal harus melakukan terapi, juga membiarkan Crystal berbuat sesukanya. Dan ini semua salahnya. Seharusnya, Crystal tidak mengalami hal sulit di usianya yang masih begitu muda. Rumah tangga, yaitu menjadi istri dan seorang ibu. Padahal Austin tau, cita-cita Crystal menjadi seorang pelukis sukses adalah impiannya sejak kecil. Lalu sekarang, belum saja Crystal memulai semuanya, Austin sudah menghancurkan impian istri kecilnya itu.Austin menghembuskan napasnya kasar, melangkahkan kakinya menghampiri Crystal yang sedang duduk di balkon dengan menghadap pemandangan berupa kebun di samping mansion mereka. Sejak melahirkan, Crystal memang banyak diam dan lebih sensitif. Tetapi tidak jarang juga, Crys
“Aku pernah merasakan bagaimana seseorang yang aku cintai berselingkuh. Bahkan, dia mengatakan dengan jujur padaku.” Autumn membuka suara, menatap Austin dalam, “itu saja rasanya sangat menyesakkan untukku. Lalu bagaimana yang dirasakan oleh adikku itu. Pasti lebih menyesakkan dan menyiksa. Dia tau melalui semua bukti yang dicurigai, dan juga melihat sebuah video percintaan suaminya dengan wanita lain. Itu menyedihkan,” lanjutnya terkekeh. Bahkan Izzy dan Anastasia yang mendengar kalimat Autumn—tidak bisa membendung tangisannya. Berbeda dengan Arabella yang memilih menahannya. Austin diam, mendengarkan setiap kalimat demi kalimat yang diucapkan sang adik, Autumn. “Kau benar-benar harus memperbaikinya, Kak. Pun jika nanti Crystal meminta cerai, kau harus mempertahankannya. Karena, satu alasan untuk kalian tetap bersama adalah putra kalian, Aslan.”Tanpa banyak bicara lagi, Austin mengambil kunci mobil dan memutuskan untuk mencari Crystal. “Son, kau mau ke