"Lalu, apakah harus tetap pada pendirian untuk pergi meninggalkan atau menuruti kata hati untuk tetap bertahan meskipun hati akan terluka, kembali?"
-Sinner-🍑🍑🍑"Grandpa! Come here!" seru Crystal dari kejauhan. Saat ini, Crystal sedang berada di kebun. Sudah satu minggu sejak kejadian malam itu, besoknya Crystal meminta ijin pada Izzy dan Xander untuk pergi ke rumah Hans, sekedar menenangkan diri dan mungkin menginap di sini entah sampai berapa lama.Hans, pria yang sudah semakin menua tetapi masih terlihat bugar dan sehat itu melangkahkan kaki menyusul cucunya itu. Dengan senyuman yang tidak pernah pudar, Hans menatap cucunya itu dengan pandangan tak terbaca. Ah, gadis kecil itu sudah tumbuh menjadi dewasa. Rasa yang dimiliki untuk Austin sangatlah murni dari hatinya yang paling dalam.Ya, Hans mengetahuinya. Bagaimana cara Crystal menatap Austin, lalu lukisan siluet Austin yang dilukis Crystal. Dan berakhir dengan pengakuan Crystal dua tahun yang lalu, tepat ketika Austin memutuskan untuk bertunangan dengan kekasihnya, Lauren.Hans hanya bisa berdoa, Austin bisa membuat keputusan yang tepat. Berada di jalur yang benar. Dan tidak akan menyesali semua keputusannya nanti yang akan diambilnya. Karena Hans juga tahu, Austin juga memiliki rasa pada Crystal, adiknya sendiri. Terlihat bagaimana cara Austin memperlakukan Crystal, bagaimana cucu laki-lakinya itu menahan semua gejolak di dalam hatinya untuk tidak meledak begitu saja."Ada apa, sayang?" tanya Hans begitu sampai di depan Crystal.Crystal tersenyum lebar, "Lihat! Aku sudah mengumpulkan banyak stroberi. Apakah aku boleh memakannya?"Hans terkekeh, "Kenapa bertanya? Bukankah kau selalu memakan semua buah yang ada di sini ketika musimnya tiba, dan menghabiskannya?"Crystal menyengir, hingga deretan giginya yang rapi terlihat. "Oh grandpa, aku hanya berbasa-basi.""Setelah ini aku akan membawanya ke rumah pohon," lanjutnya memperlihatkan keranjang yang penuh dengan stroberi.Selain stroberi, Crystal juga berburu buah blueberry di kebun milik Hans yang sangat luas ini. Ketika musim dari berbagai buh yang ada di kebun tiba, Crystal akan selalu kemari dan mengambilnya. Terkadang juga bersama saudaranya yang lain. Tetapi, Crystal lah yang sering kemari.Tidak hanya untuk sendiri, Hans juga menyuruh para tetangganya mengambil buah-buahannya secara gratis. Karena begitu banyak buah, hingga terkadang sudah terlalu cukup untuk keluarga sendiri. Dan Hans memutuskan untuk memberikannya pada para tetangga. Jika bertanya, kenapa tidak dijual saja. Hans tidak mau. Lagipula ia sudah memiliki banyak uang yang tidak terhitung jumlahnya. Jadi, untuk apa dijual? Lebih baik dikonsumsi sendiri dan membagikannya kepada yang ingin tanpa meminta sepeser pun uang. "Grandpa, kenapa para tetangga belum datang juga? Biasanya mereka selalu bersemangat jika berkebun untuk memanen buah?" tanya Crystal menaikkan sebelah alisnya.Hans mengedikkan bahunya ringan, "Grandpa juga tidak tahu. Padahal grandpa juga sudah memberitahukannya kepada mereka.""Hmm, tumben sekali," gumam Crystal. "Grandpa aku sudah selesai. Aku akan pergi ke rumah pohon," lanjutnya menunjukkan keranjang yang dibawanya sudah penuh dengan stroberi dan blueberry.Hans mengangguk, "Pergilah. Grandpa juga sudah menyiapkan kebutuhan untuk melukismu di sana, menggantinya dengan yang baru.""Really? Ah, thanks you so much, grandpaaa. Aku mencintaimu!" serunya memeluk Hans erat dengan senyum lebarnya.Hans tahu, Crystal akan menghabiskan waktunya dengan melukis di rumah pohon. Itulah kebiasaan Crystal sejak kecil. Rumah pohon, dan melukis. Sama persis dengan Izzy. Ah, Hans jadi salut pada putri semata wayangnya jika ia benar-benar merawar Crystal dengan penuh kasih sayang hingga kepribadiannya saja hampir mirip dengan Izzy."Apa grandpa tidak mau ikut?" tanya Crystal yang sudah jauh, dan dibalas Hans dengan sebuah gelengan jika pria paruh baya itu menolak.Rumah pohon yang sudah menjadi rumah kedua bagi Crystal. Selain nyaman, ia juga sangat menyukai pemandangan yang disuguhkan secara langsung. Di hadapannya, secara nyata terlihat kebun milik Hans yang membentang dengan luas, ada berbagai macam bunga terutama tulip yang berwarna-warni, lalu kebun buah seperti stroberi, blueberry, semangka, rasberry, peach, apel dan masih banyak lagi.Jika kalian bertanya seberapa luas kebun beserta mansion milik Hans, pasti akan terkejut. Karena memang benar-benar sangat luas. Hans saja membutuhkan lebih dari dua puluh orang untuk merawat kebunnya. Belum mansion, dan halaman sekitar mansion, lalu kolam renang yang juga ada.Crystal meletakkan keranjang buahnya, melepas topi anyamannya, lalu mulai menata kursi beserta papan lukisnya dan menghadap ke arah hamparan kebun. "Siap!" serunya tersenyum lebar, tapi sedetik kemudian ia sedikit menarik meja kecil yang berada di pojok kiri untuk meletakkan keranjang buahnya.Tangannya mulai bergerak lincah di atas kanvas. Entah Crystal akan melukis apa ia belum tahu. Ia hanya menuruti kata hatinya, mengikuti gerak tangannya yang ke sana-kemari. Menggerakkan kuasnya untuk mengambil setiap warna yang berada di plate yang berada di pangkuannya secara acak. Sesekali, tangan kirinya mengambil buah di dalam keranjang dan memasukkannya ke dalam mulut.Bahkan angin yang berhembus begitu menenangkan, menyapu wajah Crystal dan surainya yang berwarna coklat keemasan membuat hatinya menghangat begitu saja, dan memejamkan matanya untuk menikmati setiap sentuhan angin yang mengenai kulitnya.Hingga matahari sebentar lagi akan terbenam, barulah saat itu Crystal selesai dengan lukisannya. Ia menatap dengan puas pada papan kanvas di hadapannya. Sebuah lukisan dengan warna abstrak, warna-warna cerah yang soft dituangkan menjadi satu hingga membentuk menjadi sebuah maha karya yang begitu indah. Mengikuti suasana hatinya yang sedang baik dan bahagia, kali ini lukisannya pun tidak mengandung makna kesedihan seperti yang biasa ia buat.Ah, terlalu banyak kesedihan sehingga ia mengalihkannya dengan melukis. Dan sekarang suasana hatinya sedang bahagia, ia tidak bisa melewatkannya begitu saja.Di sisi lain, Austin turun dari mobilnya dan kedatangnnya disambut hangat oleh Hans. Pria paruh baya itu tersenyum lebar, merentangkan tangannya memberi kode sebuah pelukan dan dibalas dengan cepat oleh Austin.“Bagaimana kabarmu, grandpa?” tanya Austin setelah pelukan mereka terlepas.“Seperti yang kau lihat, grandpa masih sangat sehat.” Hans tersenyum lebar, “Seperti biasa Crystal ada di rumah pohon jika kau mencarinya.”Kalimat Hans membuat Austin menaikkan sebelah alisnya. Hans menepuk bahu Austin. “Berdamailah dengannya. Mommymu sudah menceritakan semuanya pada grandpa,” balas Hans dengan cepat membuat Austin mengangguk mengerti.Dalam hati Hans tersenyum geli, begitu Austin berkata padanya akan kemari, ia memutuskan menunda untuk mengatakan kepada para tetangganya perihal memanen buah di kebun. Tentu saja ia paham bahwa Austin sangat membutuhkan ruang privasi berdua dengan Crystal. Ah, bukankah Hans adalah kakek yang sangat pengertian? Tentu saja iya. Bagaimanapun juga, Hans pernah muda. Dan ia sangat paham dengan apa yang sedang terjadi di antara keduanya.Setelah berpamitan pada Hans untuk menyusul Crystal, Austin segera melangkahkan kakinya menuju rumah pohon. Dari kejauhan, ia dapat melihat papan kanvas Crystal, dan itu berarti gadis itu ada di baliknya dan sedang melukis.Berjalan pelan penuh kehati-hatian tanpa menimbulkan suara. Ah, ini waktu yang tepat memang. Memberi kejutan gadis kecilnya ketika langit sudah berubah menjadi orange. Bukankah itu sangat cantik dan indah? Tanya Austin dalam hati.“시간이 멈춰 이대로해가 안 졌음 해”“Waktu berhenti, begitu saja.Saya berharap matahari tidak terbenam.”-Orange lyrics 🎶-[TREASURE]🍑🍑🍑Seketika tubuh Crystal menegang ketika merasakan sesuatu yang melingkar di perutnya secara tiba-tiba. Ia bahkan menahan napasnya selama beberapa detik ketika hidungnya mencium aroma yang sangat ia hafal. Aroma parfum milik kakaknya, Austin.“Kau di sini,” gumam Austin meletakkan dagunya di atas bahu telanjang Crystal.
“Making love in the rain.”-Sinner-🍑🍑🍑“Apa kau tidak ingin kembali ke mansion?” tanya Austin menatap Crystal yang sedang menikmati suasana malam di rumah pohon.Saat ini mereka belum berniat untuk beranjak dari rumah pohon, padahal yang mereka lakukan adalah hanya berdiam diri dan menikmati suasana yang hening. Crystal menggeleng, menjawab dengan gumaman. “Aku masih ingin di sini.”“Baiklah Tuan Putri,” balas Austin mengusap pelan kepala Crystal.Crystal membenarkan posisinya dari dada Austin.
"Touch me like you do...." -Love Me Like You Do 🎶- [Ellie Goulding] 🍑🍑🍑 "Oh Austin, faster ... faster honey...." Lauren memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut yang diberikan Austin kepadanya. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar sebuah desahan tidak keluar dari mulutnya. Ah, tapi rasanya tidak bisa karena sekuat apapun Lauren menahannya, desahan seksi itu tetap keluar dari bibirnya. Austin menghentikan aktivitasnya setelah mereka selesai mencapai puncaknya secara bersamaan. Pria itu
Make it up, fall in love, try.” -Dusk Till Dawn lyrics🎶- [Zayn Malik] 🍑🍑🍑 Suara erangan dan desahan yang beradu menjadi satu. Mengisi keheningan yang terjadi di balkon. Pagi yang masih gelap dengan bertabur bintang yang berkelap-kelip dan bulan. Angin yang berhembus begitu pelan. Keduanya beradu menjadi satu. Kulit yang saling bersentuhan, bibir keduanya yang menyatu hingga menciptakan suara. Berulang kali Crystal mengerang karena permainan Austin. Pria itu yang memimpin. Mereka tidak menyatu, hanya ada permainan b
“Everything gonna be alright.” -Sinner- 🍑🍑🍑 "Crys, bagaimana dengan yang ini?" tanya Alana menunjukkan sebuah dua dress pendek berwarna hitam di tangan kanan dan kirinya. Crystal menoleh begitu mendengar suara Alana, mengalihkan pandangannya dari sederet dress yang tergantung indah hanya untuk melihat Alana. Matanya sontak berbinar, ketika melihat dress yang berada di tangan kiri Alana. Sangat cantik. Sahabatnya itu memang ahli dalam hal fashion. Dengan gesit, Crystal meraih gaun hitam yang berada di tangan kiri Alana, lalu menatap sahabatnya itu penuh cinta. "
“Karena menghindar bukan lagi solusi, maka kali ini sepertinya semesta sengaja mempertemukan.” -Sinner- 🍑🍑🍑 Keadaan menjadi canggung hanya bagi Crystal. Tentu tidak dengan yang lain, bahkan seluruh keluarganya mengisi acara makan malam ini dengan perbincangan panjang. Lebih tepatnya, tema yang menjadi perbincangan kali ini adalah tentang hubungan Austin dan Lauren, lalu kapan pernikahan mereka akan dilangsungkan. Ah, jangan lupakan Izzy yang begitu ingin segera meminang cucu diselingi dengan gurauan Xander yang sudah semakin tua, tidak sepantasnya Austin terus menunda-nunda pernikahan apalagi sampi menunda untuk mempunyai anak.
"Ya, melupakan adalah solusi. Dan pergi adalah keputusan terbaik. Seharusnya begitu, tetapi manusia memilih untuk tetap singgah meskipun akhirnya terluka kembali. " -Sinner- 🍑🍑🍑 Karena Autumn, Austin mendapatkan ceramah dadakan yang sangat panjang dari Xander. Dan begitu selesai, Austin terlihat menatap tajam Autumn--adiknya itu dan memberi kode seakan 'kau berurusan denganku'. Saat ini, agenda selanjutnya adalah bakar-bakaran di halaman belakang mansion. Para pelayan sudah menyiapkan alat pemanggang, sosis, daging sapi yang sudah diiris ukuran sedang, pa
“Obat dari luka hati adalah bersenang-senang.”-Sinner-🍑🍑🍑Suara dentuman musik, lampu yang berkelap-kelip, semua orang meliuk-liukkan tubuhnya dengan bebas seakan dengan begitu bahagia seakan tidak ada beban hidup. Crystal melangkahkan kakinya, memasuki club itu, sesekali tubuhnya menghindar ketika ada orang yang menari dengan sangat bersemangat. Ini bukan pertama kalinya Crystal menginjakkan kaki di tempat di mana para pendosa berkumpul. Tetapi, ini pertama kalinya Crystal datang sendiri tanpa ada teman atau orang yang dikenalnya menemani.Tadi, be