“Karena menghindar bukan lagi solusi, maka kali ini sepertinya semesta sengaja mempertemukan.”
-Sinner-
🍑🍑🍑
Keadaan menjadi canggung hanya bagi Crystal. Tentu tidak dengan yang lain, bahkan seluruh keluarganya mengisi acara makan malam ini dengan perbincangan panjang. Lebih tepatnya, tema yang menjadi perbincangan kali ini adalah tentang hubungan Austin dan Lauren, lalu kapan pernikahan mereka akan dilangsungkan. Ah, jangan lupakan Izzy yang begitu ingin segera meminang cucu diselingi dengan gurauan Xander yang sudah semakin tua, tidak sepantasnya Austin terus menunda-nunda pernikahan apalagi sampi menunda untuk mempunyai anak.
"Ya, melupakan adalah solusi. Dan pergi adalah keputusan terbaik. Seharusnya begitu, tetapi manusia memilih untuk tetap singgah meskipun akhirnya terluka kembali. " -Sinner- 🍑🍑🍑 Karena Autumn, Austin mendapatkan ceramah dadakan yang sangat panjang dari Xander. Dan begitu selesai, Austin terlihat menatap tajam Autumn--adiknya itu dan memberi kode seakan 'kau berurusan denganku'. Saat ini, agenda selanjutnya adalah bakar-bakaran di halaman belakang mansion. Para pelayan sudah menyiapkan alat pemanggang, sosis, daging sapi yang sudah diiris ukuran sedang, pa
“Obat dari luka hati adalah bersenang-senang.”-Sinner-🍑🍑🍑Suara dentuman musik, lampu yang berkelap-kelip, semua orang meliuk-liukkan tubuhnya dengan bebas seakan dengan begitu bahagia seakan tidak ada beban hidup. Crystal melangkahkan kakinya, memasuki club itu, sesekali tubuhnya menghindar ketika ada orang yang menari dengan sangat bersemangat. Ini bukan pertama kalinya Crystal menginjakkan kaki di tempat di mana para pendosa berkumpul. Tetapi, ini pertama kalinya Crystal datang sendiri tanpa ada teman atau orang yang dikenalnya menemani.Tadi, be
“Seharusnya, jika semua telah usai dengan sebuah pengabaian saja sudah cukup.”-Sinner-🍑🍑🍑Austin menatap satu persatu keluarganya, tidak ada Crystal. Di mana gadis itu? Tanyanya dalam hati. “Mom, di mana Crystal?” tanyanya pada Izzy yang sedang berdiri tidak jauh darinya.Izzy menoleh, mengerutkan keningnya berpikir sejenak. “Ah, tadi dia berkata pada Mom ingin beristirahat. Kenapa?”Austin menggelengkan kepalanya. “Tidak apa, Mom
"Sepertinya rasa nyaman satu sama lain mampu menghilangkah kecanggungan yang terjadi beberapa saat lalu."-Sinner-🍑🍑Canggung.Keadaan di dalam mobil hening dan canggung. Mereka sama-sama diam, menutup mulut--tidak berniat membuka suaranya. Crystal memainkan kaca jendela mobil dengan menaik-nurunkannya sedangkan Austin, pria itu sesekali melirik ke arah Crystal yang sibuk memainkan kaca jendela. Terlihat sangat jelas dari raut wajah gadis itu jika sedang bosan. "Kau bosan?" tanya Austin pada akhirnya, membuat Crystal menghentikan aktivitasnya.
“Memang lebih baik diam, daripada saling berinteraksi tetapi berakhir dengan menyakiti.”-Sinner-🍑🍑🍑Crystal terbangun dari tidurnya, ia melirik ke arah sofa ternyata kakaknya itu terlihat masih tertidur sangat pulas. Ia turun dari kasur, mengambil tasnya dan berniat untuk segera pergi tanpa membuat suara. Ia bernapas lega ketika dirinya sudah keluar dari apartemen. Mengetikkan sesuatu di ponsel, Crystal berniat untuk menghubungi Hugo agar menjemputnya di mana ia berada. Karena apartemen Austin dengan mansion Hugo satu arah.Hugo Vasilli
“Pertemuan kedua: Ketidak sengajaan atau sebuah takdir?”-Sinner-🍑🍑🍑“Baby, kau lama sekali.”“Maaf, karena aku harus menjemput Crystal terlebih dahulu.”Crystal membuka matanya, lalu kepalanya menoleh ke kiri. Di sana ada Lauren––tunangan kakaknya itu sedang berdiri di luar mobil. Ia dapat melihat, Austin membuka pintunya untuk menemui tunangannya dan berbincang sebentar. “Crys, bisakah kau pindah ke belakang?” t
"Woah di sini terlihat indah. Aku sangat yakin di malam hari pasti semakin indah." Crystal takjub melihat pemandangan yang dilihatnya dari ketinggian entah berapa ratus meter. Ternyata, selain restoran berbintang, mulai dari lantai lima hingga lantai paling atas yaitu 70 adalah apartemen. "Kau ingin melihatnya ketika malam hari? Ku pikir aku akan mengajakmu ketika kau bisa." Sontak, Crystal menoleh menatap ke arah Calvin dengan binar di matanya. "Kau serius dengan perkataanmu?" Calvin mengangguk, "Tentu. Kapan kau bisa, aku akan membawamu kemari." "Bagaimana dengan akhir pekan? Sepertinya itu akan menarik." Usul Crystal membuat Calvin mengangguk setuju. "Ide yang bagus," balas Calvin. Crystal memejamkan matanya,
“Bagaikan candu yang membuat gila. Hingga tidak akan ada yang bisa menghentikannya.”-Sinner-🍑🍑🍑“Dari mana aja kamu?” Suara seseorang yang mengejutkan membuat Crystal menghentikan langkahnya tiba-tiba.Saat ini ia sudah menginjakkan kaki di mansion, keadaan mansion juga sudah sepi, semua lampu mati. Crystal kira, keluarganya sudah tidur tapi sepertinya ia salah karena masih ada penghuni manison yang belum tidur. Dan tentu, dirinya sudah bisa menebak siapa dia. Siapa lagi jika bukan kakaknya, Austin.Untung saja, Crystal berhasil memaksa Calvin untuk pulang tanpa harus berpamitan pada keluarganya. Ia tidak bisa membayangk
Crystal menggenggam kertas yang telah usang itu dengan erat. Sebuah surat yang Austin tulis sendiri di saat detik-detik pria itu menutup mata untuk selamanya. Masih ada bekas-bekas air mata yang menetes di kertas ini. Crystal menutup mata, menangis dalam diamnya. Masih teringat jelas di ingatannya saat Austin menutup mata. Berkata padanya untuk selalu menjadi wanita kuat saat dia sudah pergi nanti. Berpesan pada Crystal untuk jangan menangis begitu Austin pergi. Dan benar, saat detak jantung dan denyut nadi pria itu berhenti. Memejamkan mata selamanya dengan meninggalkan senyum kedamaian untuk Crystal, ia benar-benar tidak menangis. Crystal masih ingat itu dengan baik. Di saat seluruh anggota menangis atas kepergian Austin. Hanya dirinya yang diam dengan kedamaian dan ketenangan hatinya. Tentu juga Crystal tidak akan mengingkari janji Austin untuk tidak menangis saat dia pergi. Tapi setelah itu, tahun pertama, kedua, dan ketiga setelah kepergian Austin—barulah Cr
Crystal menatap Austin yang terbaring di atas ranjang. Selama pria itu sakit, Crystal tidak pernah sekalipun meninggalkan. Jika harus, tidak pernah lama.Tangan Austin yang mengeriput meraih tangan Crystal—mengusapnya. Wajahnya yang terlihat sayu dengan bibirnya yang pitih pucat. Terlihat tidak se-segar dulu, tersenyum menatap belahan jiwanya penuh kekaguman. “Crys...,” panggilnya pelan. Crystal menaikkan sebelah alisnya, balas tersenyum menatap Austin. “Kenapa hm?”“Ada sesuatu yang ingin aku berikan untukmu,” katanya lalu memberi kode Crystal untuk membuka loker nakas dan Crystal menurutinya, “ada sebuah kotak, ambillah.”Crystal meraih kotak beludru saat melihat hanya ada kotak satu-satunya di loker nakas itu. Lalu menunjukkannya pada Austin. “Ini?”Austin mengangguk, “Bukalah.”Crystal membuka kotak itu, dan terkejut melihat isinya. Sebuah perhiasan yang Crystal yakini pasti sangat mahal. “Selamat hari pernikahan ke dua pulu
Sepuluh tahun setelah kelahiran Arthur. “Arthur Cyrilo Oberoi!” Teriakan dari arah koridor membuat Arthur yang sedang membagikan sebuah undangan ulang tahunnya yang ke-10 pada teman-temannya, membuat langkah kaki kecilnya berhenti. Bocah laki-laki bernama Arthur itu membalikkan badannya. Tidak jauh dari posisinya berdiri, seorang gadis dengan surai pirang yang diikat pony tail itu tersenyum lebar. Arthur berdecak malas. Gadis itu berlari kecil untuk menghampirinya. “Apa tidak ada undangan untukku?” tanyanya dengan kedua tangan yang diulurkan.Arthur menatapnya datar, menggeleng. “Tidak,” jawabnya dengan singkat lalu berbalik pergi meninggalkan gadis bersurai pirang itu. “YA ARTHUR!” Teriaknya yang diabaikan Arthur, bocah laki-laki itu berjalan begitu saja tanpa memperdulikan gadis di belakangnya yang terus meneriaki namanya.Hingga seseorang berdiri di depannya, membuat Arthur hampir saja menabrak. Kepalanya mendongak ke atas karena seseorang yang berdiri
Beberapa tahun sebelum kelahiran Ameera.Kehamilan kedua Crystal cukup menjadi sebuah kabar bahagia untuk seluruh anggota keluarga Oberoi. Tak terlebih Austin dan Crystal—apalagi pria itu terlihat sangat bahagia. Bahkan, Austin terus saja menempel pada Crystal. Cukup lama Austin meyakinkan pada Crystal tentang memberikan adik untuk Aslan. Karena kalian pasti tahu, kan saat Austin berselingkuh itu di saat Crystal sedang hamil. Karena nyatanya kejadian itu membuat Crystal sedikit trauma untuk hamil kembali. Takut jika Austin akan bermain di belakangnya. Kembali mengulang kesalahan.“Austin, lepaskan aku.” Crystal sedikit bergeser, tapi Austin tetap saja memeluknya. Pria itu menggelengkan kepala jika ia menolak. “Kau tahu, aku sangat senang, baby. Karena akhirnya Aslan akan memiliki seorang adik.”“Tapi kau tahu, aku masih—” Austin menempatkan jari telunjuknya tepat di bibir Crystal, tidak ingin mendengar kalimat lebih lanjut istrinya itu.
Benar memang, kehidupan pernikahan jika tidak ada luka dan masalah akan terasa hambar. Seperti sayur tanpa garam. Begitu banyak pelajaran hidup yang Crystal ambil. Menikah di usia muda memang bukan waktu yang tepat, saat kita belum siap untuk menjalaninya. Seperti bagi Crystal. Karena memang ia belum mampu dan siap untuk semua segala sesuatunya. Tapi setelah menjalani, meskipun banyak permasalahan yang datang membuatnya mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Sejak Austin memperjuangkannya lagi, melihat membuktian pria itu bukan hanya sekedar kata. Tapi juga perbuatan, membuat Crystal sekali lagi memberi kesempatan. Tidak mudah memang. Menjalani rumah tangga, hidup bersama seorang pria yang pernah mengkhianatimu. Memberikan luka yang begitu dalam. Karena itu membuat trauma tersendiri bagi Crystal. Hanya saja Austin berkata, untuk berjuang bersama-sama dengan Crystal yang selalu ada di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.Dan hari ini, adalah tahun ke
Suara isak tangis terdengar, Crystal kembali menangis. Entah sudah berapa banyak air matanya yang ia keluarkan sejak kemarin-kemarin. Tidak mudah untuk mengatakan sebuah perceraian pada Austin. Sangat sakit rasanya. Tapi, Crystal hanya ingin bebas. Ia ingin tidak lagi merasakan sebuah kekecewaan yang dibuat oleh seseorang yang dicintainya.Crystal menenggelamkan wajah di antara kedua lututnya yang tertekuk. Menangis dalam keheningan.🍑Crystal baru saja selesai untuk berkonsultasi dengan psikiaternya. Sudah tiga minggu, ia menjalani terapi. Lumayan dan sangat membantu Crystal. Perlahan tapi pasti, beban di pundaknya seakan terangkat. “Kau ingin ke mana?” Calvin, pria itu melajukam mobilnya dengan santai. Memang sejak Crystal menjalani terapi, yang mengantarkannya antara Aiden, Calvin, atau Xander dan Izzy. Karena Crystal tidak mau jika Austin yang mengantar.“Bisakah bawa aku ke rumah pohon. Tapi tanpa grandpa tahu.” Calvin m
Austin dengan rasa bersalahnya. Benar memang, penyesalan selalu datang di akhir. Tidak pernah terlintas di benak Austin, saat ia melakukan semua dosa—melakukan sebuah pengkhianatan itu. Bagaimana dengan akibat yang akan diterima nantinya. Dan benar, manusia adalah tempatnya dosa. Austin diam di tempatnya, terus merenungi semua kesalahan yang telah ia perbuat.“Jika kau terus diam, merenungi semua kesalahanmu. Tanpa memikirkan bagaimana caramu memperbaikinya dengan segera maka, semua akan terlambat lagi.” Aiden mengusap bahu Austin, menguatkan kakaknya itu.Crystal juga sudah menjalani terapi dengan seorang psikiater yang Autumn carikan. Sebelumnya, postpartum depression yang dialami sang istri itu terlihat sudah benar-benar ada di tahap yang paling parah. Mengingat, bagaimana perlakuan Crystal pada Aslan setiap harinya. Bahkan saat itu, Izzy pernah mencoba mendekatkan Aslan pada Crystal saat wanita itu tertidur. Berharap, begitu bangun dan melihat Aslan saat bayi i
Dari jauh, Austin memandangi bahu Crystal yang memunggunginya. Gadis kecilnya, yang sekarang menjadi wanitanya. Kelahiran putranya bukanlah kesalahan. Tetapi waktunya yang tidak tepat. Apalagi pengkhianatan yang dilakukannya. Membuat Crystal semakin down. Dan karena itu, Crystal harus melakukan terapi, juga membiarkan Crystal berbuat sesukanya. Dan ini semua salahnya. Seharusnya, Crystal tidak mengalami hal sulit di usianya yang masih begitu muda. Rumah tangga, yaitu menjadi istri dan seorang ibu. Padahal Austin tau, cita-cita Crystal menjadi seorang pelukis sukses adalah impiannya sejak kecil. Lalu sekarang, belum saja Crystal memulai semuanya, Austin sudah menghancurkan impian istri kecilnya itu.Austin menghembuskan napasnya kasar, melangkahkan kakinya menghampiri Crystal yang sedang duduk di balkon dengan menghadap pemandangan berupa kebun di samping mansion mereka. Sejak melahirkan, Crystal memang banyak diam dan lebih sensitif. Tetapi tidak jarang juga, Crys
“Aku pernah merasakan bagaimana seseorang yang aku cintai berselingkuh. Bahkan, dia mengatakan dengan jujur padaku.” Autumn membuka suara, menatap Austin dalam, “itu saja rasanya sangat menyesakkan untukku. Lalu bagaimana yang dirasakan oleh adikku itu. Pasti lebih menyesakkan dan menyiksa. Dia tau melalui semua bukti yang dicurigai, dan juga melihat sebuah video percintaan suaminya dengan wanita lain. Itu menyedihkan,” lanjutnya terkekeh. Bahkan Izzy dan Anastasia yang mendengar kalimat Autumn—tidak bisa membendung tangisannya. Berbeda dengan Arabella yang memilih menahannya. Austin diam, mendengarkan setiap kalimat demi kalimat yang diucapkan sang adik, Autumn. “Kau benar-benar harus memperbaikinya, Kak. Pun jika nanti Crystal meminta cerai, kau harus mempertahankannya. Karena, satu alasan untuk kalian tetap bersama adalah putra kalian, Aslan.”Tanpa banyak bicara lagi, Austin mengambil kunci mobil dan memutuskan untuk mencari Crystal. “Son, kau mau ke