Beranda / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 80. Tabir Kepalsuan

Share

Bab 80. Tabir Kepalsuan

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 14:19:12

Arnold tertegun mendengar perkataan Sarah. Apa dirinya sejahat itu kepada istri pertamanya? Tapi sungguh Arnold tidak menyadarinya. Sedari awal Arnold hanya ingin menggauli Emily karena harus segera memiliki seorang anak, tidak lebih. Tapi godaan tubuh Emily memang membuatnya lupa dan Arnold tidak kuasa menahannya.

"Maafkan aku!"

Dua kata itu akhirnya meluncur dari bibir Arnold. Arnold menghela nafasnya dalam, dia memejamkan matanya coba mengingat lagi kejadian empat tahun lalu.

Empat tahun lalu, Arnold baru saja pulang bekerja dan berjalan cepat menuju mobilnya di basement parkir Maurer Corp. Hari itu Robert tidak masuk kantor karena sedang sakit, sehingga Arnold menyetir mobilnya sendirian.

Arnold menghadap mobilnya hendak membuka pintu kemudinya namun tiba-tiba saja seorang laki laki menggunakan topeng ingin menusuknya dari belakang. Arnold melihat sekilas dari kaca mobilnya namun gerakan laki-laki itu sangat cepat hingga membuat Arnold tidak bisa menghindar. Arnold meme
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 81. Menjebak Sarah

    "Belum, mereka baru saja mengantongi identitasnya dan bersiap untuk menangkapnya, hanya saja ini sangat rahasia, jadi jangan sampai info ini tersebar, nanti pelakunya kabur." "Ya, ya. Aku mengerti!" Sarah menarik nafasnya pendek-pendek. "Kenapa kau terlihat gugup?" "Aku? Oh tidak, aku hanya sedikit trauma. Aku takut kalau harus berhadapan dengan orang yang melakukan penusukan itu. Kau tahu kan, akibat tusukannya aku tidak lagi bisa mengandung." Sarah memang sangat pandai menutupi ketakutannya, tapi Arnold yang sudah tahu sifat Sarah sudah mulai bisa membaca gerak geriknya. "Ya kau benar, karena tusukannya kau tidak bisa memberiku keturunan. Aku akan meminta pengadilan menghukum pelakunya seberat beratnya!" "Iya, pelakunya harus dihukum seberat beratnya!" timpal Sarah, dia sudah terlihat tenang walau bibirnya tampak pucat. Arnold menatap jam di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. "Aku harus segera pergi, ada lelang proyek pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 82. Tahan, Tuan

    Arlen berdiri di samping Emily dengan senyum manisnya. Dan yang membuat Arnold semakin meradang adalah letak tangan Arlen yang bertengger di pundak Emily. "Jangan sentuh istriku!" Desis Arnold dengan mata berapi. Bukannya memindahkan tangannya dari pundak Emily, Arlen malah dengan sengaja merapatkan tubuhnya. "Apa kami terlihat cocok? Aku dan Emily!" Kedua sudut bibirnya terangkat. Arlen tampak seperti mengolok olok Arnold. Panas melihat istrinya dirangkul oleh rivalnya, Arnold hendak melayangkan bogem mentahnya namun Robert menahan tubuh Arnold. "Tahan, Tuan. Ada banyak orang penting disini, jangan sampai kejadian ini mempengaruhi kredibilitas Maurer Corp di mata para investor." Arnold melepaskan cengkraman tangan Robert di tubuhnya dan menundukkan kepalanya untuk sesaat. Setelah emosinya mereda, Arnold mengangkat kepalanya dan menatap Emily dengan tatapan sendu. "Ikut pulang denganku, Sayang. Aku merindukanmu!" Emily tidak bergeming, wajahnya datar, pun dengan tatapan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 83. Berebut Emily

    Melihat Emily pergi, Arnold segera menyusul. Arlen yang menyadari hal itu berniat mengikuti, tetapi panitia acara memanggilnya. Ia hanya bisa menatap punggung Arnold yang menghilang di balik pintu kaca. Sudah pasti Arnold akan mengejar Emily. Emily masuk ke dalam toilet dan menyeka keringatnya. Padahal ruangan ber-AC, tetapi tubuhnya terasa gerah. Tak bisa dimungkiri, ia merasa takut berhadapan langsung dengan Arnold. Setelah menenangkan diri dan mencuci muka, Emily mengeringkan wajahnya dengan tisu lalu keluar. Saat melewati lorong tangga darurat, seseorang tiba-tiba menarik tangannya dengan paksa dan menghimpitnya ke dinding. Jantung Emily berdebar kencang saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Arnold, lepaskan!" serunya, berusaha melepaskan diri. Namun, genggaman Arnold begitu kuat. "Sayang, kembalilah padaku. Aku mohon," ujar Arnold dengan tatapan penuh permohonan. Emily tak tergerak. "Tidak! Aku tidak akan kembali ke neraka itu!" Emily terus meronta, ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 84. Berlian Yang Disia-siakan

    Arnold terdiam, bak ditikam belati hatinya mendadak perih. "Ikut aku keluar!" Arnold beranjak dari tempat duduknya dan berjalan lebih dulu sedangkan Robert mengikutinya di belakang. Meeting memang sedang rehat karena pihak penyelenggara rapat tertutup untuk memutuskan perusahaan mana yang memenangkan tender. Arnold menghempaskan tubuhnya di sofa lobby hotel, disandarkannya kepalanya sambil tangannya memijat keningnya yang berdenyut. "Nyonya Sarah meminta laki-laki bernama Sergio yang tidak lain adalah kakak kandungnya sendiri untuk menusuk Anda hari itu dan Nyonya Sarah datang sebagai pahlawan yang menyelamatkan nyawa Anda," jelas Robert yang duduk di seberang Arnold. Arnold tidak habis pikir dengan apa yang barusan dia dengar, entah dirinya yang terlalu percaya ataukah Sarah yang terlalu pandai memerankan sandiwaranya. "Tapi Sarah berani sekali sampai mengorbankan dirinya, dia hampir kehilangan nyawanya dan setelah sadar dia juga harus menerima kenyataan menjadi mandul!" Bukanny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 85. Penyesalan

    Felix mengangguk, tampaknya masalah yang dihadapi sahabatnya sebelas dua belas dengan masalahnya. "Ternyata beristri dua itu memang tidak mudah," gumam Felix. "Tapi akhirnya kau bisa tahu mana yang batu kali dan mana yang berlian. Bukankah begitu?" "Ya, tepat sekali." Arnold dan Felix menghabiskan waktu hingga petang, kedua sahabat itu saling bercerita tentang masalah pribadi tanpa ada yang ditutup-tutupi. Begitulah mereka, walaupun terpisah jarak namun tidak mengurangi kadar kedekatan dan kepercayaan terhadap satu sama lain. Setelah mengantarkan Felix ke hotel, Arnold kembali ke kediaman orang tuanya. Arnold belum siap kembali ke rumah yang penuh dengan kenangan buruk yang sudah dia torehkan di hati Emily. "Arnold, ada apa denganmu?" Nyonya Ruby yang sedang duduk minum teh menyapa Arnold yang tampak kacau. Arnold mendudukkan dirinya di sofa seberang papa dan mamanya. Dia diam membisu, matanya terpejam. Tuan dan Nyonya William saling menatap. Tahu anaknya sedang ada ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 86. Sarah Mendekam di Hotel Prodeo

    Sementara itu di Hotel Prodeo, Sarah duduk meringkuk di lantai. Sejak ditangkap, dia hanya diam dan tidak mau membuka mulutnya. Dan sudah hampir setengah hari Sarah ditahan di ruangan berukuran tiga kali tiga dengan lantai ubin yang dingin dan kotor. Tidak ada karpet mahal yang menutupi lantainya. Dan parahnya lagi, pengacaranya belum kunjung datang. 'Apa Arnold belum tahu aku ditahan? Tidak mungkin!' batinnya. Tadi Sarah sempat menghubungi Arnold tapi teleponnya tidak diangkat, Sarah akhirnya menghubungi Robert dan memintanya untuk menyampaikan kabar penahanannya kepada suaminya. Gembok dibuka, Sarah sontak menoleh, seorang petugas tengah berdiri di depan pintu jeruji besi. "Silahkan keluar, ada tamu untuk Anda!" Sarah langsung berdiri. "Itu pasti suamiku," gumamnya dengan senyum terulas di bibirnya. Sarah yakin sekali Arnold datang untuk menjemputnya dan dia akan keluar dari tempat laknat ini. Sarah berjalan dengan cepat mengikuti penjaga, namun saat melihat siapa yang se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 87. Bagaimana Jika Arnold kembali?

    "Apa Anda jadi menemuinya?" Penjaga tahanan yang tadi membawa Sarah kembali ke selnya bertanya karena laki-laki yang memegang kartu identitas advokat di tangan kanannya itu tidak beranjak dari pintu yang menghubungkan ruang besuk dan sel sementara di mana Sarah tengah berada. Laki-laki itu menggeleng, dia tidak tega melihat Sarah terpuruk sedemikian rupa. Tapi untuk membantunya pun pasti berat mengingat Arnold sudah menyiapkan tim pengacara terbaik untuk menuntut Sarah. Rio berbalik dan meninggalkan kantor polisi. Sarah sudah pasti tidak bisa ditemui dalam kondisi seperti ini dia pasti akan mengamuk dan meminta agar Rio membantunya keluar dari tahanan, namun itu sangat mustahil. Rio memutuskan untuk kembali ke kantornya untuk mempelajari kasus yang sedang menimpa Sarah, jujur Rio tidak menyangka Sarah seberani itu. Rio sendiri cukup terkenal di London, dia bahkan termasuk dalam daftar pengacara terbaik namun lawannya kali ini Arnold. Tidak mudah tentunya terlebih Sarah terbukti b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 88. Ingin Mengobati Luka

    Mendengar pertanyaan Arlen, Emily menghembuskan napasnya dalam, seolah ingin mengusir beban berat yang menekan dadanya. "Dia tidak bisa memaksaku!" suaranya terdengar tegas, meski ekspresi wajahnya tetap datar. "Bukankah aku berhak atas hidupku sendiri?" Arlen menghela napas, matanya menatap Emily dengan penuh pertimbangan. "Ya, kau berhak," katanya pelan, "tapi sayangnya, kau masih terikat dengan perjanjian kontrak dengannya." Mata Emily menyipit. Kontrak. Kata itu selalu mengingatkannya pada belenggu yang selama ini menjeratnya. Dia menelan ludah sebelum berbicara lagi. "Dia sudah melanggar kontrak itu, bisakah aku menuntutnya?" Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan. Emily menggigit bibir bawahnya, pikirannya melayang pada masa lalu—pada kedua orang tuanya yang telah tiada. Mereka yang seharusnya melindunginya, justru menyerahkannya pada Arnold tanpa mempertimbangkan perasaannya. Namun, mereka sendiri akhirnya menjadi korban dari ambisi dan kekejaman pria itu. Arle

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 183. Kau Tidak Mencintai Bayi Kita

    Arnold mengambil surat itu. Dengan teliti ia membaca seluruh isi dokumen, memastikan setiap kata dan konsekuensinya. Setelah memahami sepenuhnya, ia menarik napas panjang, seolah ingin mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu akhirnya membubuhkan tanda tangannya di bawah lembaran surat persetujuan itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyelesaikannya, namun tidak ada keraguan dalam goresan tinta itu—hanya ketulusan dan pengorbanan. "Oke, saya salut dengan kalian. Ini bukti cinta Tuan Arnold ke Nyonya Emily. Kalau Tuan Arnold bersikeras mempertahankan janinnya, itu artinya Tuan Arnold hanya cinta buah hatinya, bukan ibunya!" Kalimat Dokter Natasha meluncur dengan ketegasan penuh makna. Namun, ucapan itu tak serta-merta membuat Emily merasa tersanjung. Hatinya masih diliputi rasa hampa dan perih. Kenyataan bahwa ia harus mengorbankan janin yang baru tumbuh dalam rahimnya begitu berat untuk diterima. Setelah menyimpan surat pernyataan yang sudah ditandatangani Arnold, Dokter Nata

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 182. Obat Pembersih Rahim?

    Dokter Natasha menghentikan ucapannya sejenak, membiarkan suasana hening menyelimuti ruangan. Tatapannya bergantian mengamati Arnold dan Emily, seolah mencari tanda-tanda keraguan atau ketegasan dari kedua pasiennya. Keduanya tampak berusaha tenang. Tidak ada reaksi terkejut yang berlebihan—wajar, karena mereka sudah mengetahui kemungkinan ini sebelumnya, meski tetap saja bayangan kenyataan itu terasa berat. "Mumpung usia kandungannya masih muda, saya sarankan sebaiknya kita bersihkan dulu rahimnya dan obati lukanya," ujar Dokter Natasha dengan suara datar namun penuh kehati-hatian. Arnold mengangguk sedikit, mencoba mencerna setiap kata. Namun kemudian, dengan suara yang terdengar lebih berat daripada biasanya, ia bertanya, "Kalau kami ingin mempertahankan janinnya, apa risiko yang mungkin akan istri saya hadapi, Dokter?" Dokter Natasha menautkan kedua tangan di atas meja sebelum menjawab, tatapannya menjadi lebih serius. "Kalau lukanya tidak diobati dan terus ditekan oleh

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 181. Luka Yang Cukup Dalam

    Arnold dan Emily bergegas menghampiri Angel dan seorang laki-laki yang berdiri menghadap Angel. Dari kejauhan, yang terlihat hanya rambut hitam rapi dan punggungnya yang tegap, memberi kesan penuh wibawa namun asing di mata mereka. "Angel!" panggil Arnold dengan nada penuh kecemasan. Angel menoleh cepat ketika mendengar namanya. Sontak, dia berdiri, dengan tangan yang masih erat menggenggam tangan laki-laki di hadapannya. Ekspresi Angel terlihat campur aduk—terkejut sekaligus bersalah. Laki-laki itu juga menoleh, menampakkan wajah yang segera membuat Arnold terperangah. "Alex!" desis Arnold dengan rahang mengeras. Langkah Arnold semakin cepat, penuh emosi. Tanpa berpikir panjang, ia menarik keras kerah kemeja Alex, hingga membuat Angel memekik panik. "Kak, lepasin!" teriak Angel sambil berusaha keras menarik tangan Arnold yang mencengkram Alex dengan penuh amarah. Emily yang shock segera bergerak, meraih tubuh Arnold dan menggenggam jemari suaminya yang mengepal, siap menghanta

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 180. Memadu Kasih

    Arnold membalas pelukan Emily erat-erat, seolah berusaha mentransfer seluruh perasaannya ke dalam pelukan itu. "Aku hanya ingin kau bahagia bersamaku!" bisiknya dengan suara serak. Sebenarnya, di dalam hatinya, Arnold belum sepenuhnya yakin untuk mempertahankan kandungan Emily. Ada ketakutan, ada keraguan yang menyesakkan dadanya. Namun, menolak permintaan Emily saat ini terasa seperti meruntuhkan dinding harapan yang mulai dibangun di antara mereka. Ia tidak sanggup berkata tidak. "Sudah, sekarang tidurlah," ucap Arnold lembut, membelai rambut Emily dengan penuh kasih sayang. "Kau harus banyak beristirahat. Besok kita harus memeriksakan kandunganmu." Dengan hati-hati, Arnold membantu Emily berbaring. Ia menyelimutinya dengan gerakan penuh perhatian, memastikan setiap bagian tubuhnya terlindungi dari dingin. Belum sempat Emily menutup mata, ia berkata dengan suara lirih, hampir seperti sebuah gumaman penuh kecemasan, "Kalau aku tidak ada nanti, apa kau akan mencari gant-" "Diam!"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 179. Terimakasih Telah Mempertahankannya

    "Jahe. Bukankah wangi?" Emily tertawa kecil dan mendekatkan bibirnya untuk mencium Arnold. Namun, alih-alih membalas ciuman, Arnold malah berlari ke kamar mandi. Tak lama, suara muntah terdengar keras dari dalam. Emily terpaku, bingung. "Kenapa dia muntah, padahal wanginya enak sekali?" Dengan perasaan tak enak, Emily membereskan tas kerja dan jas Arnold di walk-in closet. Saat hendak keluar, Arnold muncul dengan langkah gontai, kancing kemeja terbuka, wajahnya pucat. "Sayang, kau sakit?" tanya Emily khawatir, hendak menghampirinya. Namun Arnold segera mengangkat tangan, menghentikannya. "Diam di sana... jangan mendekat. Kepalaku pusing." Emily membeku, wajahnya berubah sendu. Perlahan ia mundur, mengambil toples permen jahe dan keluar kamar, meninggalkan Arnold yang masih berusaha menahan rasa pusingnya. "Apa yang terjadi dengannya?" bisik Emily pada dirinya sendiri, hatinya penuh tanda tanya. Emily melangkah pelan menuju dapur, mengembalikan toples permen jahe ke te

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 178. Memulai Dari Nol

    Hanya suara tarikan napas berat yang terdengar, membebani suasana yang sudah suram. Arnold tidak mau menjawab, seolah setiap kata hanya akan memperburuk keadaan. Dia memilih membenamkan Emily ke dalam pelukannya, merangkulnya erat seakan tak ingin melepaskan. "Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu," bisik Arnold dengan suara bergetar, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Emily. Jawaban itu sebetulnya sudah sangat jelas, namun Emily tetap bertahan dengan pikirannya sendiri. Dia paham, cinta sebesar apapun tidak bisa menahan waktu. Cepat atau lambat, mereka akan menghadapi perpisahan itu. Emily hanya ingin, sebelum saat itu datang, dia bisa meninggalkan sesuatu—seorang penerus, darah daging mereka. "Ayo kita makan," ucap Arnold kemudian, suaranya lembut tapi memaksa, tidak ingin mereka tenggelam terlalu dalam dalam kesedihan. Dengan berat hati, Arnold melepaskan pelukannya, lalu berdiri sambil tetap menggenggam jemari Emily. Sentuhan itu seperti tali penyel

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 177. Jangan Gugurkan, Aku mohon...

    Arnold beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam walk-in closet. Langkahnya mantap namun terasa berat, seakan ada beban yang ikut menyeret setiap gerakan. Tidak berselang lama, dia keluar dengan membawa sebuah amplop berwarna putih di tangannya. Tangannya sedikit gemetar, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang, seolah berusaha menyembunyikan badai yang tengah mengamuk di dalam dadanya. Dia lalu duduk perlahan di samping Emily yang sejak tadi terlihat gelisah, menggigit bibir bawahnya dan menunduk, menghindari tatapan. Arnold meletakkan amplop itu di atas pahanya, dengan sengaja memastikan Emily tahu betapa pentingnya isi dari amplop tersebut. “St. Thomas Hospital,” ucapnya pelan, namun nadanya tegas dan penuh makna. Emily menatap amplop itu dengan mata membulat. Hatinya berdebar hebat, napasnya memburu. Tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk. Tangannya mulai berkeringat, dan ia bahkan belum berani menyentuh amplop itu. "Ini pasti berat untukmu,"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 176. Menagih Janji

    Arnold mengusap puncak kepala Emily hingga ke punggungnya, berulang kali hingga akhirnya Emily bangun dari tidurnya. Sentuhan itu lembut dan penuh perhatian, seakan ingin meredakan beban di hati sang istri. Napas Emily yang semula berat perlahan menjadi teratur, tapi matanya masih tampak sembab. Dengan gerakan cepat Emily menyeka sudut mata dan pipinya yang basah karena air mata. Ia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Arnold, terlebih setelah apa yang baru saja terjadi. "Kau menangis?" tanya Arnold saat melihat Emily menyeka wajahnya. Suaranya lembut, ada nada khawatir yang tak bisa disembunyikan. Emily tidak menjawab, dia turun dari kasur melalui sisi sebelah kanannya untuk menghindari Arnold. Emily sedang kesal dan enggan menatap suaminya yang menjadi serba salah. Ia berjalan pelan menuju jendela, membiarkan sinar matahari menyinari wajahnya yang masih tampak murung. "Kita pulang, Sally, tolong bereskan barang-barang Emily. Aku akan meminta supir untuk kemari." Arnold be

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 175. Tidak Bertanggungjawab

    Sementara itu, di ruangan Dokter Lexa. Arnold tengah menunggu Dokter Lexa yang sedang menangani pasien melahirkan sesar. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Jarum jam yang berdetak di dinding seakan sengaja memperpanjang kegelisahan yang merayap dalam dada Arnold. Sesekali ia menatap layar ponselnya, namun tak satu pun pesan masuk. Pikirannya kacau, hatinya berkecamuk. Arnold duduk dengan gelisah, dia benar-benar kaget saat mengetahui Emily sudah mengetahui kehamilannya, padahal akan lebih mudah kalau Emily tidak tahu sehingga Dokter bisa memberikannya obat penggugur kandungan, seperti saran awal Dokter Lexa yang ditanggapi Arnold dingin tadi malam. Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Pintu dibuka perlahan dan wajah lelah Dokter Lexa muncul di ambang pintu. "Tuan Arnold, maaf menunggu lama." Dokter Lexa menarik kursinya dan duduk dengan wajah muram. Beberapa helai rambut terurai dari sanggulnya yang sedikit berantakan, menunjukkan betapa berat kasus yang baru saja ia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status