Eliana membeku membaca isi artikel itu. Ia begitu syok membaca berita tak benar mengenai dirinya itu.
Tring!
Tring!
Tring!
Tiba tiba saja ponsel Eliana dipenuhi notifikasi dari sosial media miliknya. Ternyata ratusan orang menghujami direct message dan kolom komentar miliknya. Eliana membuka notifikasi itu dan seketika darahnya mendidih membaca komentar komentar jahat itu.
‘Apa kau benar sedang berkencan dengan William Vinclet?’
‘Eliana Clark, sebaiknya kau jangan macam macam dengan William. Atau kami akan membuat hidupmu tidak tenang!’
‘Jangan ambil William kami! Dasar wanita murahan! Tak punya harga diri!’
‘Lihat wajahnya! yang seperti itu sangat tidak cocok dengan William kami!’
‘Tidak mungkinkan William berkencan dengan Tante Tante seperti ini?!’
Eliana menjatuhkan ponselnya, ia merasa kesal, marah dan sedih. Ini adalah sebuah bentuk penghinaan secara verbal. Tentu saja ini melukai perasaannya dan mentalnya.
Sementara itu ponselnya terus berdering menandakan teror itu masih berlangsung. Eliana menutup telinganya dan berharap ada seseorang yang datang untuk menenangkannya. Jujur, Eliana belum siap menghadapi gosip gosip murahan seperti ini.
Ting! Tong!
Tiba tiba bel rumah Eliana berbunyi, ia segera berlari menuju pintu dan membukanya. Begitu ia membuka pintu, seorang pria dengan mantel hitam dan masker hitam berdiri di sana. Tanpa berkata apa apa, pria itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah Eliana dan menutup pintunya. Begitu membuka maskernya, Eliana langsung menghambur ke dalam pelukannya.
“Joe!”
“Bagaimana ini, mereka menghujatku di sosial media. Mereka juga mengancam ku, Joe! Aku takut sekali! aku takut karirku akan hancur, Joe!” lirih Eliana ketakutan.
Joe tak berkata apa apa, ia hanya membelai lembut kepala Eliana. Begitu Eliana sudah mulai tenang, barulah Joe mengajaknya berbicara.
“Apa yang diberitakan itu benar dirimu?” tanya Joe dengan menatap mata Eliana dalam. Mereka kini sedang duduk di sofa, tangan Joe menggenggam tangan Eliana mesra. Eliana hanya bisa mengangguk lemah.
“Maafkan aku, Joe!” lirihnya.
Joe hanya bisa menghela napas sesak, pasalnya Eliana memang lebih sering menghabiskan waktu bersama William. Entah saat proses syuting mau pun saat di rumah. Karena memang Eliana dekat dengan William.
Joe tidak bisa marah pada Eliana ataupun William. Mengingat berkat Williamlah akhirnya ia bertemu dengan Eliana. Saat itu William mengenalkan Eliana pada Joe. Eliana ketika itu baru masuk agency yang sama dengan Joe dan sedang menjalani trainee. William meminta Joe untuk menjaga Eliana dan mengawasinya. Sejak saat itulah Joe dan Eliana akhirnya menjadi dekat satu sama lain dan memutuskan untuk menjalin hubungan secara diam diam.
Joe memeluk tubuh Eliana, ia mengecup puncak kepala Eliana dengan lembut. Hal ini membuat Eliana terasa nyaman.
“Tenanglah, pihak agency pasti akan mengurus ini semua. Maafkan aku jika selama ini selalu tidak ada waktu untukmu. Tadi siang ponselku mati ketika aku sedang pemotretan untuk majalah.”
“Tidak apa apa, Joe. Terima kasih karena sudah datang malam ini.”
Baru saja Joe ingin mengecup bibir Eliana, bel rumah Eliana berbunyi. Joe membuka pintu untuk mengetahui siapa yang datang.
“William ..."
“Ah, tenyata kau datang, Joe. Aku hanya khawatir dengan Eliana setelah membaca berita itu. Apa ia baik baik saja?” tanya William canggung.
“Kau tidak perlu khawatir, ia sudah tidak apa apa. Silahkan masuk.”
“Tidak, aku hanya ingin tahu saja. Baiklah aku permisi."
William langsung meninggalkan Joe begitu saja. Joe menatap punggung William dengan tatapan sinis. Hubungan keduanya sebelumnya memang baik baik saja. Tapi sejak Joe memberitahu William bahwa ia sedang berkencan dengan Eliana, William agak sedikit dingin pada Joe dan menjauh secara perlahan.
***
“Apa kau yakin akan pulang sekarang, Joe?” tanya Eliana yang terbangun begitu Joe beranjak dari ranjangnya. Eliana melihat Joe yang sudah siap dengan mantel hitamnya.
“Iya, aku harus pulang sekarang, El! Pagi ini aku ada jadwal pemotretan dan siang ini bukankah kita memiliki jadwal syuting,” jawab Joe sambil memakai topinya.
Eliana bangkit dari tidurnya, ia mengecup lembut bibir Joe.
“Hati hati di jalan, baby!” bisiknya lembut. Hal itu membuat Joe tersipu malu, ia membalas Eliana dengan sebuah pelukan hangat.
“Jangan pernah ragu untuk menceritakan apapun padaku, ok?!”
Tiba tiba ponsel Eliana berdering, tertera nomor tidak dikenal disana. Eliana tak berani mengangkat panggilan itu, akhirnya Joe yang mengangkatnya.
"Wanita murahan! pergi kau dari dunia ini! jika kau berani melukai William kami, kami akan membunuhmu?" teriak seorang wanita. Saking besarnya suara wanita itu membuat Joe harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Siapa kau?!" tanya Joe.
"Kau tidak perlu tahu aku siapa, kau sendiri siapa? Ah, kau pasti client wanita murahan itu ya?! Hahaha dasar jalang!"
"Teruslah kau berkata seperti itu, aku sudah merekam semuanya. Tunggu polisi datang di rumahmu ya!"
Klik!
Joe langsung mematikan ponsel Eliana, ia menghela napasnya kesal. Eliana hanya bisa terdiam melihat Joe yang sedang kesal.
"S ... Siapa Joe?" tanyanya terbata.
"Tidak penting, sekarang kau harus selalu menutup dan mengunci pintu rumahmu rapat rapat. Kau harus selalu berhati hati. Juga, jangan terima apapun dari orang asing!" perintah Joe mengingatkan. Karena memang posisi Eliana sedang tidak aman sekarang.
"Aku takut, Jo"
"Selama kau mengikuti ucapanku, kau akan baik baik saja, El. Haruskah aku meminta saudaraku untuk tinggal di sini menemanimu?"
"Tidak! Sepertinya aku masih bisa mengurus semuanya sendiri. Aku akan meminta pihak appartment memperketat pengamanan di bawah. Seperti katamu, aku akan baik baik saja, kan?"
Joe tak mengatakan sepatah katapun, ia memeluk tubuh Eliana dan mengecup keningnya.
"Beritahu aku jika ada sesuatu terjadi."
"Baiklah, Joe," jawab Eliana sambil membalas pelukan hangat dari kekasihnya itu.
Sebelum akhirnya Eliana mengantar Joe hanya sampai depan pintu rumahnya. Karena takut ada yang melihat Eliana di sana. Joe langsung bergegas menuju mobilnya yang terparkir di basement.
Begitu sampai di dalam mobil, Joe menyaksikan pemandangan yang tak seharusnya ia lihat. Ia melihat William dan seorang wanita tengah berciuman di dalam sebuah mobil yang terparkir tepat di depan mobilnya. Walaupun kondisi di dalam basement cukup gelap dan juga kaca mobil William yang gelap. Namun Joe dapat melihat sedikit bayangan William dengan seorang gadis dari dalam mobil itu.
Terlebih lagi, Joe tahu kalau itu adalah mobil William karena Joe hapal nomor belakang plat mobil William. Joe tidak dapat melihat dengan jelas siapa wanita yang bersama William. Joe yakin itu bukan Angela, karena yang Joe ingat rambut Angela tidak berwarna coklat kemerahan. Tidak mungkin Angela mengganti warna rambutnya secepat itu. Joe lalu mengeluarkan ponselnya.
Karena ponselnya yang sedari tadi berdering, ternyata manajernyalah yang meneleponnya. Joe tak menjawab panggilan itu . Dan kembali memperhatikan apa yang dilakukan oleh William. Joe berdecih melihat kelakuan temannya itu. Joe memang sudah hapal betul dengan tingkah William yang sering berkencan dengan beberapa teman artisnya. Tentu saja karena William tampan dan kaya raya. Semua wanita pasti akan takluk dengan ketampanan William yang sungguh di atas rata rata. “Cih, anak itu selalu saja berbuat ulah!” gumam Joe kesal dengan kelakuan William, apalagi kali ini kekasihnya sedang terlibat rumor tidak jelas dengan pria itu.*** Hari ini pihak agency melakukan klarifikasi mengenai rumor yang beredar. Hal ini membuat seluruh media semakin heboh. Tentu saja karena kedua agency mengiyakan rumor tersebut. "Ya, dalam video itu memang benar adalah kedua artis kami,"
Pagi ini seluruh media kembali dihebohkan dengan berita skandal video syur yang diduga adalah William Vinclet dan Eliana Clark. Seluruh media sosial William dan Eliana sudah dibanjiri oleh para netizen yang meminta klarifikasi dari William dan Eliana. Sosial media agency keduanya pun tak luput dari serbuan netizen yang mencari berita kebenarannya. Karena jika memang video itu benar adalah mereka berdua, maka tamatlah riwayat keduanya. Eliana yang syok dengan berita ini hanya bisa mengurung dirinya di kamar. Jujur saja, ia benar benar tak habis pikir dengan berita bodoh semacam itu lagi. Eliana dan William tak pernah melakukan seperti apa yang ada di dalam video itu apalagi sampai memvideokannya. Itu sama saja dengan melanggar kontrak yang telah Eliana tanda tangani. Dan itu artinya karirnya bisa saja hancur dan agency akan langsung memecatnya bahkan ia harus membayar denda karena telah melanggar kontrak tersebut.
William menatap Hans serius, lalu berkata, “Maafkan aku Hans! lain kali aku akan hati hati." “Bukan berhati hati! Kau seharusnya menghentikan kebiasaanmu itu! Kau selalu saja bermain dengan para wanita! Cepat atau lambat karirmu akan hancur, Will!” Hans nampak tidak puas mendengar jawaban William. Ia meneguk kopi di tangannya dengan kasar. Melihat Hans yang mulai kesal, William memilih tak menggubris perkataan pria berkacamata bulat itu, dan ia memilih pergi meninggalkannya. Sementara Hans hanya bisa mendengus kesal dengan perilaku artisnya itu. Tiba tiba Ia teringat pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Ketika William baru saja debut menjadi aktor dan Hans ditugaskan untuk menjadi manajernya. "Hansel Scott, kau akan menjadi manajer dari William Vinclet!" ucap Smith kala itu. Saat itu Hans baru bekerja selama dua bulan sebagai kepala divisi Marketing. Pria berusia 30 tahun itu
Joe mematung begitu melihat layar laptop yang tengah menampilkan sebuah video yang memutar Eliana. Video itu memutar video syur Eliana dan William yang sedang ramai dibicarakan. Baru saja Joe ingin mengutak atik video itu, seseorang menginterupsinya dari belakang. "Siapa kau?!" Suara berat seorang pria menggema di dalam ruangan itu. Joe menoleh ke arah sumber suara, ia melihat sesosok pria berkacamata kotak dan berambut keriting berdiri dengan menatapnya tajam. Joe menebak itu adalah Benedict, adik Jenny. Belum sempat Joe berkata-kata, pria itu sudah meneriakinya lagi. "Menjauh dari sana!" Benedict berjalan cepat ke arah meja belajarnya dan menutup layar laptopnya keras. Ia mendorong Joe dengan kasar, hingga membuatnya tersungkur ke lantai. "Brengsek! Bisakah kau sedikit tenang?! Kita bisa membicarakan ini baik baik!" Joe berusaha menahan emosinya, tangannya mengepal kuat-kuat. Jika buka
William bergegas menuju tempat duduknya. Ia melihat dua buah gelas, namun salah satunya telah kosong. Dengan cepat ia meneguk gelas yang masih berisi minuman itu. Rasa asam dan manis ia rasakan pada indera pengecapnya. "Dia salah minum milikku!" gumam William. Ia dapat dengan mudah membedakan antara minuman beralkohol dan bukan. Akhirnya William kembali ke lantai dansa, dan mendapati Eliana sedang bersama beberapa pria. Eliana yang polos seketika berubah menjadi liar. Eliana tanpa risih menari bersama para pria itu. William hanya memperhatikan dari jauh, matanya tertuju pada sesosok pria yang dikenalnya. Tiba tiba, pria itu merangkul pundak Eliana yang terkespos. Karena mantel bulu tebalnya ia tinggalkan di kursi, dan Eliana hanya mengenakan sebuah dress selutut berwarna hitam. Eliana tampak tidak menyukai hal itu, dengan kasar ia melepas tangan pria lancang tersebut. "Lepas!"
"Angela!” ucap William terkejut melihat Angela. William nampak panik, karena memang sedang ada Eliana di dalam rumahnya. Dan William tahu betul jika Angela pasti tak akan menyukainya. Angela langsung menerobos masuk dan memeluk kekasihnya itu. “Kenapa kau tak mengabariku jika ingin kesini?” tanya William. Angela tak menjawab karena ia menangkap sosok Eliana di meja makan William tengah menyantap sandwich. Angela melirik tajam ke arah William sebelum akhirnya menghampiri Eliana yang sama terkejutnya. “Hai, Eliana.” “A-Angela! A-aku bisa jelaskan ini.” Eliana nampak kikuk, namun Angela dengan santai duduk dihadapannya. Dan meneguk gelas yang berisi air yang ada di atas meja. “It’s okay, Eliana. William pasti butuh bersenang-senang juga,” ucap Angela datar.
Baru saja bibir mereka akan bersentuhan, Eliana tiba-tiba membuka matanya. Ia terkejut ketika melihat William berada di depan wajahnya, sangat dekat. Refleks Eliana mendorong tubuh William dan menjauh darinya. “A-apa yang kau lakukan?!” Eliana ketakutan melihat William. William tersenyum tipis dan malah semakin mendekatkan wajahnya ke Eliana, bahkan ia naik ke atas ranjang Eliana. Ia menatap Eliana dalam, pandangannya begitu menghangatkan. Eliana berusaha menahan degup jantungnya yang bergemuruh. Nafasnya tercekat ketika wajah William hanya tinggal berjarak beberapa centi lagi dari wajahnya. “Mau dilanjutkan?” bisik William dengan suara berat yang terdengar seksi. Mendengar hal itu membuat tubuh Eliana merinding seketika. Entah mengapa tubuhnya seperti membeku, tak bisa berkutik dihadapan pria seperti vampire ini. “W-Will, j-jangan macam-macam.” Eli
Hingga tanpa sadar Joe memperdalam ciumannya pada gadis itu. Dan terjadilah hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.***Joe terbangun dari tidurnya kala mendengar ponselnya berdering. Kepalanya masih terasa berputar-putar. Ia memperhatikan sekelilingnya yang tampak asing. Ini bukanlah kamarnya atau pun kamar Eliana.Karena terlalu syok, ia sampai mengabaikan ponselnya yang terus berdering sedari tadi.“Kau sudah bangun?” Suara seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet. Gadis itu hanya memakai piyama mandinya.“A-apa yang kita lakukan semalam?!” tanyanya terkejut bercampur bingung.Jenny menghampiri Joe dan duduk didekatnya. Ia mengamati tiap senti dari wajah pria tampan di sampingnya itu.“Kau sungguh tidak ingat?!” Jari jemari Jenny mengelus wajah Joe secara perlahan, hingga membuat pria itu merinding seketika.Joe menggeleng sambil beringsut dari tempatnya berbaring, berusaha agar s
Mobil yang dikendarai Eliana bertabrakan dengan mobil yang berlawanan arah dengannya. Tubuh Eliana terbentur dashboard mobil dengan keras. Ia kehilangan kesadarannya karena terlalu banyak kehilangan darah.Begitu pula dengan pengemudi mobil yang terlibat kecelakaan dengan Eliana. Jika saja ia tak membanting stir. Kecelakaan yang dialami Eliana pasti lebih parah dari ini. Pria itu keluar dari mobil dengan kepala bercucuran darah.Dengan tertatih, ia berjalan menghampiri mobil Eliana yang rusak parah. Dan seketika ia terkejut kala melihat Eliana yang sudah tak sadarkan diri.“Eliana?” pekik pria berambut coklat yang sepertinya mengenal gadis itu.Tak berapa lama, orang-orang yang melintas langsung menolong mereka dan segera melarikannya ke Rumah Sakit terdekat.***William dan Joe yang mendengar kabar kecelakaan Eliana segera menuju ke Rumah Sakit. Mereka sangat khawatir dengan kondisi Eliana. Mereka bahkan tak menghirauka
Eliana terkejut bukan main ketika mendengar penawaran dari Angela. Netranya menatap gadis dengan rambut blonde itu lekat-lekat. Sungguh, ia sama sekali tak menyangka bahwa kata-kata seperti itu akan meluncur dari bibir Angela, temannya sendiri.“K-kau bicara apa Angela? Jangan bercanda!” tukas Eliana.Angela berdecih mendengar perkataan Eliana. “Apa aku terlihat seperti sedang bercanda, El?”Eliana terdiam.“Walaupun kau temanku, aku tidak akan tinggal diam jika sesuatu yang telah menjadi milikku terancam direbut orang lain. Kau tahu, aku orang yang ambisius, kan?” ujar Angela.Perkataan Angela barusan sukses membuat Eliana terdiam.“Baiklah, jika kau tak ingin menjawab sekarang. Kau bisa menghubungiku jika berminat. Kau tahu nomor teleponku, kan?” Angela bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan gadis berambut coklat itu."Tunggu, Angela. Kau mungkin telah salah pah
Hingga tanpa sadar Joe memperdalam ciumannya pada gadis itu. Dan terjadilah hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.***Joe terbangun dari tidurnya kala mendengar ponselnya berdering. Kepalanya masih terasa berputar-putar. Ia memperhatikan sekelilingnya yang tampak asing. Ini bukanlah kamarnya atau pun kamar Eliana.Karena terlalu syok, ia sampai mengabaikan ponselnya yang terus berdering sedari tadi.“Kau sudah bangun?” Suara seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet. Gadis itu hanya memakai piyama mandinya.“A-apa yang kita lakukan semalam?!” tanyanya terkejut bercampur bingung.Jenny menghampiri Joe dan duduk didekatnya. Ia mengamati tiap senti dari wajah pria tampan di sampingnya itu.“Kau sungguh tidak ingat?!” Jari jemari Jenny mengelus wajah Joe secara perlahan, hingga membuat pria itu merinding seketika.Joe menggeleng sambil beringsut dari tempatnya berbaring, berusaha agar s
Baru saja bibir mereka akan bersentuhan, Eliana tiba-tiba membuka matanya. Ia terkejut ketika melihat William berada di depan wajahnya, sangat dekat. Refleks Eliana mendorong tubuh William dan menjauh darinya. “A-apa yang kau lakukan?!” Eliana ketakutan melihat William. William tersenyum tipis dan malah semakin mendekatkan wajahnya ke Eliana, bahkan ia naik ke atas ranjang Eliana. Ia menatap Eliana dalam, pandangannya begitu menghangatkan. Eliana berusaha menahan degup jantungnya yang bergemuruh. Nafasnya tercekat ketika wajah William hanya tinggal berjarak beberapa centi lagi dari wajahnya. “Mau dilanjutkan?” bisik William dengan suara berat yang terdengar seksi. Mendengar hal itu membuat tubuh Eliana merinding seketika. Entah mengapa tubuhnya seperti membeku, tak bisa berkutik dihadapan pria seperti vampire ini. “W-Will, j-jangan macam-macam.” Eli
"Angela!” ucap William terkejut melihat Angela. William nampak panik, karena memang sedang ada Eliana di dalam rumahnya. Dan William tahu betul jika Angela pasti tak akan menyukainya. Angela langsung menerobos masuk dan memeluk kekasihnya itu. “Kenapa kau tak mengabariku jika ingin kesini?” tanya William. Angela tak menjawab karena ia menangkap sosok Eliana di meja makan William tengah menyantap sandwich. Angela melirik tajam ke arah William sebelum akhirnya menghampiri Eliana yang sama terkejutnya. “Hai, Eliana.” “A-Angela! A-aku bisa jelaskan ini.” Eliana nampak kikuk, namun Angela dengan santai duduk dihadapannya. Dan meneguk gelas yang berisi air yang ada di atas meja. “It’s okay, Eliana. William pasti butuh bersenang-senang juga,” ucap Angela datar.
William bergegas menuju tempat duduknya. Ia melihat dua buah gelas, namun salah satunya telah kosong. Dengan cepat ia meneguk gelas yang masih berisi minuman itu. Rasa asam dan manis ia rasakan pada indera pengecapnya. "Dia salah minum milikku!" gumam William. Ia dapat dengan mudah membedakan antara minuman beralkohol dan bukan. Akhirnya William kembali ke lantai dansa, dan mendapati Eliana sedang bersama beberapa pria. Eliana yang polos seketika berubah menjadi liar. Eliana tanpa risih menari bersama para pria itu. William hanya memperhatikan dari jauh, matanya tertuju pada sesosok pria yang dikenalnya. Tiba tiba, pria itu merangkul pundak Eliana yang terkespos. Karena mantel bulu tebalnya ia tinggalkan di kursi, dan Eliana hanya mengenakan sebuah dress selutut berwarna hitam. Eliana tampak tidak menyukai hal itu, dengan kasar ia melepas tangan pria lancang tersebut. "Lepas!"
Joe mematung begitu melihat layar laptop yang tengah menampilkan sebuah video yang memutar Eliana. Video itu memutar video syur Eliana dan William yang sedang ramai dibicarakan. Baru saja Joe ingin mengutak atik video itu, seseorang menginterupsinya dari belakang. "Siapa kau?!" Suara berat seorang pria menggema di dalam ruangan itu. Joe menoleh ke arah sumber suara, ia melihat sesosok pria berkacamata kotak dan berambut keriting berdiri dengan menatapnya tajam. Joe menebak itu adalah Benedict, adik Jenny. Belum sempat Joe berkata-kata, pria itu sudah meneriakinya lagi. "Menjauh dari sana!" Benedict berjalan cepat ke arah meja belajarnya dan menutup layar laptopnya keras. Ia mendorong Joe dengan kasar, hingga membuatnya tersungkur ke lantai. "Brengsek! Bisakah kau sedikit tenang?! Kita bisa membicarakan ini baik baik!" Joe berusaha menahan emosinya, tangannya mengepal kuat-kuat. Jika buka
William menatap Hans serius, lalu berkata, “Maafkan aku Hans! lain kali aku akan hati hati." “Bukan berhati hati! Kau seharusnya menghentikan kebiasaanmu itu! Kau selalu saja bermain dengan para wanita! Cepat atau lambat karirmu akan hancur, Will!” Hans nampak tidak puas mendengar jawaban William. Ia meneguk kopi di tangannya dengan kasar. Melihat Hans yang mulai kesal, William memilih tak menggubris perkataan pria berkacamata bulat itu, dan ia memilih pergi meninggalkannya. Sementara Hans hanya bisa mendengus kesal dengan perilaku artisnya itu. Tiba tiba Ia teringat pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Ketika William baru saja debut menjadi aktor dan Hans ditugaskan untuk menjadi manajernya. "Hansel Scott, kau akan menjadi manajer dari William Vinclet!" ucap Smith kala itu. Saat itu Hans baru bekerja selama dua bulan sebagai kepala divisi Marketing. Pria berusia 30 tahun itu
Pagi ini seluruh media kembali dihebohkan dengan berita skandal video syur yang diduga adalah William Vinclet dan Eliana Clark. Seluruh media sosial William dan Eliana sudah dibanjiri oleh para netizen yang meminta klarifikasi dari William dan Eliana. Sosial media agency keduanya pun tak luput dari serbuan netizen yang mencari berita kebenarannya. Karena jika memang video itu benar adalah mereka berdua, maka tamatlah riwayat keduanya. Eliana yang syok dengan berita ini hanya bisa mengurung dirinya di kamar. Jujur saja, ia benar benar tak habis pikir dengan berita bodoh semacam itu lagi. Eliana dan William tak pernah melakukan seperti apa yang ada di dalam video itu apalagi sampai memvideokannya. Itu sama saja dengan melanggar kontrak yang telah Eliana tanda tangani. Dan itu artinya karirnya bisa saja hancur dan agency akan langsung memecatnya bahkan ia harus membayar denda karena telah melanggar kontrak tersebut.