BUGH
Wajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan.Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar.Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu?Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah."Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima."Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah."APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah."Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kurang ajar nya kau berani meniduri kekasihku! " teriak Morgan murka, dia hendak memukul kembali wajah adiknya itu, tetapi lagi lagi sang ibu mencegahnya."Mommy mohon selesaikan semuanya dengan baik baik, jangan ada yang berkelahi, Mommy sedih lihatnya," ucap Eve dengan wajah yang cemas."Kalian bedua duduklah, kita bicara kan baik baik," titah Jones penuh perintah.Mau tak mau kedua pria bersaudara itu pun patuh, dengan jarak yang jauh mereka duduk saling berhadapan dengan wajah yang terlihat sangat marah."Apa maksud mu? kekasih mana yang aku--""BRIANA! KAU MENIDURI NYA BAJINGAN! " teriak Morgan marah.Dev terdiam, ah dia tengah berpikir kalau sepertinya Morgan sudah tahu tentang dia dan Briana. Tetapi dari mana?"Briana? Maksudmu mantanmu? " tanya Dev dengan sedikit mengoreksi panggilan Kakaknya itu."Dia--""Dia bukan kekasihmu Kak, dia mantan mu! Apa kau belum terima kalau Briana sendiri yang membatalkan pernikahan kalian! Jadi jangan pernah bilang kalau Briana adalah kekasihmu! " tukas Dev dengan sangat tegas."Bajingan, apa kau menyukainya? " sentak Morgan tak Terima."Yah aku menyukainya! ah ralat aku menyukai tubuhnya! " ucap Dev dengan terkekeh pelan. "Apa kau tahu, aku dan Briana sudah amat sering melakukan hal itu, kami sering bercinta dengan penuh gairah! " lanjutnya dengan sinis."Dev! " seru Jones, dia terlihat sangat kaget mendengar pengakuan anak keduanya itu."Itu fakta Dad," ucap Dev dengan tampang santainya."Ya Tuhan, sejak kapan kalian dekat? " tanya Eve yang sama kagetnya."Emm baru baru ini, tapi aku sudah sangat menyukai nya, apalagi setiap kami bercinta aku makin menyukainya," jawab Dev dengan terkekeh pelan."BRIANA BUKAN JAL*NG! " teriak Morgan murka."Siapa yang bilang seperti itu! Aku tidak bilang seperti itu! " ucap Dev dengan sinis."Sudah cukup jangan ada yang ribut lagi, Daddy pusing mendengarnya! " ucap Jones dengan helaan nafasnya pelan."Aku tidak mencari keributan, anak sulung kalian yang mencari keributan! " ucap Dev dengan mendelik sebal."Kau yang mencari keributan! bisa bisanya kau tidur--""Mantanmu! mantan mu! " potong Dev dengan penuh penekanan."Sudahlah aku malas berdebat di malam hari seperti ini, aku butuh istirahat dan tubuhku sangat lelah. Bye. " Dev langsung beranjak dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan ruang keluarga.Dia tidak memperdulikan soal teriakan Morgan yang masih marah padanya, tidak peduli Dev benar benar tidak peduli!******Briana menghentikan langkahnya saat dia melihat satu kaki menghalang jalannya, kalau saja dia tidak hati hati mungkin dia sudah terjatuh akibat kaki itu.Di lihatnya pemilik kaki yang menghalangi jalannya yang ternyata itu kelakuan adiknya sendiri."Ngapain kamu? " tanya Briana dengan tatapan yang sinis."Ah aku ketahuan tadinya aku bikin kakak jatuh sampai gak bisa jalan lagi, " ucap Fani dengan tak kalah sinis nya, dia keluar dari persembunyiannya dan menatap sang kakak dengan penuh kebencian."Kenapa? " tanya Briana dengan alis yang terangkat satu."Aku ingin berbicara! " ucap Fani tegas."Bukankah sedari tadi kau banyak omong? " tanya Briana sinis."Aku serius! " sentak Fani marah."Ya sudah bicaralah! yang cepat karena aku tidak punya banyak waktu! " ucap Briana amat tegas."Baik! Aku ingin memperingati kakak! Jangan pernah kakak deketi Kak Morgan lagi! Karena kak Morgan sekarang sudah jadi milik aku! " ucap Fani dengan kedua tangan yang mengepal sangat kuat.Briana terkekeh sinis mendengar itu, dia pikir ada hal yang lebih serius lagi tetapi semuanya hanya omong kosong. Tidak mau meladeni adiknya itu, dia pun hendak pergi menuju kamarnya tetapi Fani langsung menarik tangannya dan mencegahnya untuk tidak pergi."Apa Lagi? kau ingin membicarakan soal Morgan? Fani aku tidak peduli! lagi pula aku sudah tidak berhubungan lagi dengan Morgan! dan itu semua karena kau! " ucap Briana dengan menatap jengah pada adiknya itu!"Aku tahu! Tapi aku dengar Ayah dan Daddynya kak Morgan akan membicarakan soal ini! Jangan sampai pernikahan ini terjadi karena kalau tidak akau akan menghancurkan mu kak! " ancam Fani penuh penekanan."Kau takut? " tanya Briana menatap remeh adiknya."Aku sama sekali tidak takut padamu! aku hanya takut Kak Morgan tidak menjadi milikku!" ucap Fani dengan nafas yang memburu karena marah."Cih, kau pikir aku peduli! Jangan pedulikan itu Fani! Aku sama sekali tidak akan pernah mau menikah dengan Pria yang sudah kau tiduri! " ucap Briana dengan amat sinis."Kau janji? " tanya Fani dengan menatap lekat kakaknya itu dengan penuh kemarahan."Tenang saja! Aku tidak akan bersama Morgan lagi! Ambil saja bekas ku karena dari kecil pun kau hanya di takdirkan memakai bekas ku! " ucap Briana dengan terkekeh penuh remeh.Mendengar hal itu Fani semakin marah, karena memang benar adanya tentang fakta itu, dari kecil Fani selalu mendapatkan bekas dari kakaknya.Permainan, pakaian dan sebagainya dia selalu mendapatkan bekas, dan sekarang kekasih? dia pun mendapatkan bekas milik kakaknya.Tapi untuk Morgan Fani tidak peduli, obsesinya untuk bersama Morgan sudah menjadi impiannya, dia sudah amat menyukai Morgan dan sebab itu lah dia nekat melakukan hal ini pada sang kakak setelah sekian lama dia selalu diam!"Ambil dia Fani! Aku tidak akan pernah mau pada bekas! Dan kau tenang saja Morgan hanya akan menjadi milikmu karena kalian sama saja! Sama sama murahan dan tidak punya harga diri! " ucap Briana dengan sinis, dia pun langsung melangkah meninggalkan adiknya itu dengan langkah yang begitu angkuh.Dia tidak takut pada apa pun termasuk pada ancaman Fani tadi, menurutnya itu hanya lelucon belakang!Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
"Aku punya rencana, dan rencana ini akan sama sama menguntungkan kita," ucap Dev dengan menatap lekat Briana. Briana menaikan satu alisnya bingung, kali ini apa yang akan di ucapkan pria tampan didepannya ini. "Aku serius Briana, kalau kita melangsungkan rencana ini maka kita akan saling menguntungkan," ucap Dev berusaha menyakinkan Briana. "Aku tidak ingin rencana busukmu, lagi pula hidupku tidak akan pernah aku pakai--""Aku tahu tapi apa kamu tidak membenci Morgan yang melukai mu? " tanya Dev dengan kekehan sinisnya. "Aku membenci perbuatan, tapi bukan berarti--""Maka balas dendam lah, ayo bersama ku. kamu bantu aku dan aku akan membantu mu, menguntungkan bukan? " tanya Dev dengan sinis. Briana menghela nafasnya pelan. Ada apa dengan Dev ini? kenapa dia seperti membenci kakaknya sendiri. "Kalau kau menganggap aku membenci kakakku, itu salah besar! aku tidak membencinya hanya saja aku ingin mendapatkan sesuatu dan hanya kamu yang bisa membantuku! maka dari itu ayo kita kerja
"BAJINGAN KAU MORGAN!! " Briana terlihat sangat murka, dengan wajah yang memerah padam saat dia melihat bagaimana panasnya kegiatan calon suami dan adik kandungnya di atas ranjang sana. Terlihat kedua pasangan yang baru saja tercyduk itu langsung memakai pakaian mereka dengan lengkap. Morgan menghampiri Briana dengan Terpongoh-pohong dan deru nafas yang belum stabil di akibat kegiatan panas nya tadi bersama sang selingkuhan. "Sayang, ini salah paham--""TUTUP MULUT MU BAJINGAN! " bentak Briana dengan menunjuk wajah Morgan penuh amarah. "Benar ternyata dugaanku! Kau berselingkuh di belakang ku. Tapi, kenapa harus dengan adikku, Morgan? " Perlahan nadanya terdengar lirih dengan mata yang berkaca-kaca, dia menatap perempuan yang tengah berdiri menunduk tak mampu membalas tatapannya. "Adikmu yang menggodaku lebih dulu," alibinya dengan menujukan kearah perempuan dibelakang. "Apa? Aku? " tanya Fani dengan menunjukkan dirinya sendiri. "Tidak kak, jangan percaya dengannya! Bukan aku ya
Briana terbaring diatas ranjang empuk, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun kebawah. Dengan sayu dia melihat pria tampan di atasnya yang tengah membuka kemeja putihnya lalu melempar kemeja putih itu ke lantai dengan sembarangan. Pria itu pun mulai mendekatkan diri pada Briana, sejenak mereka saling menatap satu sama lain dengan nafas yang saling terasa. Perlahan tapi pasti mereka kembali menautkan benda kenyal yang sudah tak sabar untuk di sentuh, mereka hanyut dalam gelora api yang tak bisa di hentikan begitu saja. Suara robekan dan pekikan terdengar jelas dikamar bernuasa hitam itu, suara lenguhan dan desahan terdengar begitu indah. Dengan alunan alunan penyatuan dan suara decitan ranjang yang semakin membuat keduanya terbawa dalam lautan nafsu. "Ah shit! Siapa namamu... " Pria itu meracau dalam kenikmatan yang sudah tidak pernah dia rasakan lagi, setelah bertahun tahun sibuk dengan dunia bisnisnya, akhirnya dia kembali merasakan surga dunia yang tidak ada duanya. "Br
Sudah keberapa kalinya Briana menghembuskan nafas panjangnya, dia terduduk termenung didepan cermin nya dan menatap dirinya di pantulan cermin. Pagi ini sekitar pukul 8 pagi dia baru saja pulang dan langsung mandi setelah dia terbangun di kamar Club dalam keadaan telanjang dan sendirian. Tentu saja dia ingat dengan kejadian semalam, dimana dia menikmati malam yang panjang bersama pria asing yang tak pernah dia temui, anehnya semalam dia tidak menolak tapi saat terbangun dia menyesali semua yang terjadi. Tapi itu tidak masalah karena dia yakin kalau mereka tidak akan pernah bertemu lagu, semalam adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka nanti. Suara pintu yang di ketuk membuat Briana menoleh kearah pintunya, dia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar. "Ada Morgan dibawah," ucap Rith-Sang Ibu tercinta. Briana sedikit terdiam mendengar itu, dia hanya mengangguk menanganggapi ucapan Ibunya. belum menjawab ucapan sang Ibu dia pun kembali menutup
Malam ini Briana sudah siap dengan pakaian rapihnya, dia kini didepan halaman rumahnya dia menatap sebuah mobil yang baru saja datang untuk menjemput nya. Meski pun niat dia datang berkunjung kerumah Morgan bukan untuk sekedar makan malam, tetapi dia harus tetap berpenampilan rapih dan juga cantik, karena memang itulah dirinya! Kemana pun dia pergi dia selalu punya prinsip sendiri untuk terlihat rapih dan formal, untuk menujukkan berapa berkelas nya dirinya ini. "Ayo," ajak Morgan dengan membuka Kan pintu mobil. Dengan malas dan terpaksa Briana pun langsung masuk kedalam mobil Morgan, dia diam sampai Morgan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Dia tidak perlu berpamitan pada kedua orang tuanya, kerana kebetulan sore tadi mereka berpamitan untuk pergi dan berpesan kalau mereka tidak bisa ikut berkunjung ke rumah calon besannya. Ah seandainya mereka tahu niat Briana pergi kesana untuk membatalkan pernikahan mungkin panggilan calon besan akan berganti menjadi mantan calon
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Aku punya rencana, dan rencana ini akan sama sama menguntungkan kita," ucap Dev dengan menatap lekat Briana. Briana menaikan satu alisnya bingung, kali ini apa yang akan di ucapkan pria tampan didepannya ini. "Aku serius Briana, kalau kita melangsungkan rencana ini maka kita akan saling menguntungkan," ucap Dev berusaha menyakinkan Briana. "Aku tidak ingin rencana busukmu, lagi pula hidupku tidak akan pernah aku pakai--""Aku tahu tapi apa kamu tidak membenci Morgan yang melukai mu? " tanya Dev dengan kekehan sinisnya. "Aku membenci perbuatan, tapi bukan berarti--""Maka balas dendam lah, ayo bersama ku. kamu bantu aku dan aku akan membantu mu, menguntungkan bukan? " tanya Dev dengan sinis. Briana menghela nafasnya pelan. Ada apa dengan Dev ini? kenapa dia seperti membenci kakaknya sendiri. "Kalau kau menganggap aku membenci kakakku, itu salah besar! aku tidak membencinya hanya saja aku ingin mendapatkan sesuatu dan hanya kamu yang bisa membantuku! maka dari itu ayo kita kerja
Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
BUGHWajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan. Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar. Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu? Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah. "Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima. "Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah. "APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah. "Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kura
"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya. Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu. "Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut. "Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal. "Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah. Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev. "Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah. "Aku lihat kinerja kerjamu sa
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang
Malam ini Briana sudah siap dengan pakaian rapihnya, dia kini didepan halaman rumahnya dia menatap sebuah mobil yang baru saja datang untuk menjemput nya. Meski pun niat dia datang berkunjung kerumah Morgan bukan untuk sekedar makan malam, tetapi dia harus tetap berpenampilan rapih dan juga cantik, karena memang itulah dirinya! Kemana pun dia pergi dia selalu punya prinsip sendiri untuk terlihat rapih dan formal, untuk menujukkan berapa berkelas nya dirinya ini. "Ayo," ajak Morgan dengan membuka Kan pintu mobil. Dengan malas dan terpaksa Briana pun langsung masuk kedalam mobil Morgan, dia diam sampai Morgan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Dia tidak perlu berpamitan pada kedua orang tuanya, kerana kebetulan sore tadi mereka berpamitan untuk pergi dan berpesan kalau mereka tidak bisa ikut berkunjung ke rumah calon besannya. Ah seandainya mereka tahu niat Briana pergi kesana untuk membatalkan pernikahan mungkin panggilan calon besan akan berganti menjadi mantan calon
Sudah keberapa kalinya Briana menghembuskan nafas panjangnya, dia terduduk termenung didepan cermin nya dan menatap dirinya di pantulan cermin. Pagi ini sekitar pukul 8 pagi dia baru saja pulang dan langsung mandi setelah dia terbangun di kamar Club dalam keadaan telanjang dan sendirian. Tentu saja dia ingat dengan kejadian semalam, dimana dia menikmati malam yang panjang bersama pria asing yang tak pernah dia temui, anehnya semalam dia tidak menolak tapi saat terbangun dia menyesali semua yang terjadi. Tapi itu tidak masalah karena dia yakin kalau mereka tidak akan pernah bertemu lagu, semalam adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka nanti. Suara pintu yang di ketuk membuat Briana menoleh kearah pintunya, dia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar. "Ada Morgan dibawah," ucap Rith-Sang Ibu tercinta. Briana sedikit terdiam mendengar itu, dia hanya mengangguk menanganggapi ucapan Ibunya. belum menjawab ucapan sang Ibu dia pun kembali menutup
Briana terbaring diatas ranjang empuk, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun kebawah. Dengan sayu dia melihat pria tampan di atasnya yang tengah membuka kemeja putihnya lalu melempar kemeja putih itu ke lantai dengan sembarangan. Pria itu pun mulai mendekatkan diri pada Briana, sejenak mereka saling menatap satu sama lain dengan nafas yang saling terasa. Perlahan tapi pasti mereka kembali menautkan benda kenyal yang sudah tak sabar untuk di sentuh, mereka hanyut dalam gelora api yang tak bisa di hentikan begitu saja. Suara robekan dan pekikan terdengar jelas dikamar bernuasa hitam itu, suara lenguhan dan desahan terdengar begitu indah. Dengan alunan alunan penyatuan dan suara decitan ranjang yang semakin membuat keduanya terbawa dalam lautan nafsu. "Ah shit! Siapa namamu... " Pria itu meracau dalam kenikmatan yang sudah tidak pernah dia rasakan lagi, setelah bertahun tahun sibuk dengan dunia bisnisnya, akhirnya dia kembali merasakan surga dunia yang tidak ada duanya. "Br