Sudah keberapa kalinya Briana menghembuskan nafas panjangnya, dia terduduk termenung didepan cermin nya dan menatap dirinya di pantulan cermin.
Pagi ini sekitar pukul 8 pagi dia baru saja pulang dan langsung mandi setelah dia terbangun di kamar Club dalam keadaan telanjang dan sendirian.Tentu saja dia ingat dengan kejadian semalam, dimana dia menikmati malam yang panjang bersama pria asing yang tak pernah dia temui, anehnya semalam dia tidak menolak tapi saat terbangun dia menyesali semua yang terjadi.Tapi itu tidak masalah karena dia yakin kalau mereka tidak akan pernah bertemu lagu, semalam adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka nanti.Suara pintu yang di ketuk membuat Briana menoleh kearah pintunya, dia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar."Ada Morgan dibawah," ucap Rith-Sang Ibu tercinta.Briana sedikit terdiam mendengar itu, dia hanya mengangguk menanganggapi ucapan Ibunya. belum menjawab ucapan sang Ibu dia pun kembali menutup pintu kamarnya.Dia sama sekali tidak berniat untuk turun kebawah, karena dia sudah terlalu muak dengan Morgan.Baru saja dia hendak merebahkan tubuhnya kembali karena merasa kalau tubuhnya masih butuh istirahat, dia ingat betul dengan kejadian semalam yang membuat dia sangat kelelahan.Bercinta dengan Pria asing yang benar benar menguras tenaga, dia bahkan sempat kewalahan menyeimbangi permainan Pria itu. Meski tak bisa di sangkal kalau dia amat menikmati permainan pria itu dan amat puas dengan malam itu.Briana membuka matanya dengan kesal saat pintu kamarnya di buka tanpa izin, dia pikir kalau itu Ibunya yang masuk, tetapi dia langsung terdiam saat melihat Morgan yang datang masuk kedalam rumahnya."Ngapain kamu kesini heh! " sentak Briana tak Terima, dia langsung bangkit dari tidurnya dan menatap tajam kearah Morgan."Briana, izinkan aku menjelaskan semuanya tentang malam tadi," pinta Morgan dengan memohon."Cih gayamu sok sokan memohon! Aku tidak akan tertipu! Pergi kamu! Hubungan kita sudah putus! dan aku muak melihat wajah kurang ajar mu itu! " sanggah Briana kasar."Aku mohon, ayo kita selesaikan semuanya dengan baik, aku tahu perbuatan ku semalam sangat kasar tapi--""Persetan dengan alasanmu! Aku tidak akan pernah mendengarnya lagi! Sekarang aku katakan sekali lagi, pergi, atau aku seret kamu keluar dari rumah ini! " ancam Briana tegas dan tajam."Tunggu Briana, kamu tidak bisa memutuskan pernikahan ini tanpa adanya perbincangan antar keluarga! " ucap Morgan, seperti nya dia tengah mencari cara untuk membuat pernikahan mereka tidak batal."Kamu tenang saja, aku akan membicarakan ini segera dengan keluarga mu! " ucap Briana tegas.Morgan menghela nafasnya pelan, dia menunduk lesu tak bersemangat."Ya sudah kita bertemu dirumah ku mau? kebetulan Mamah ingin bertemu dengan mu, dirumah nanti kamu bisa bicara dengan Mamahku soal batalnya pernikahan ini," ucap Morgan dengan nada lesu."Bawa saja orang tuamu kesini!" titah Briana."Mamah lagi sakit, dia tidak bisa kesini, maaf. "Briana menghembuskan nafasnya kasar."Baiklah, nanti malam aku akan datang kerumah mu! untuk membicarakan soal ini! " ucap Briana dengan terpaksa."Baik, nanti malam aku jemput kamu! "********Dev mengguyur tubuhnya di bawah air yang mengalir lewat shower yang langsung membasahi seluruh tubuhnya dengan cepat.Dia baru saja pulang kerumah orang tuanya, karena dia yang baru kembali ke tanah kelahiran dia mendapat sambutan kecil dari orang rumah.Mereka bertanya soal dia yang semalam tidak langsung pulang kerumah, dan dia menjawab dengan penuh kebohongan, padahal dia bermalam di club bersama wanita yang baru dia kenal.Namanya Briana, ah dia jadi teringat wanita cantik itu saat mengubah namanya yang indah.Entah kenapa fantasi liarnya langsung aktif saat dia mengingat perempuan cantik semalam tadi, dia bahkan pertama kalinya merasakan hal seperti ini, padahal dia susah sekali tertarik dengan perempuan mana pun.Sudah banyak perempuan juga yang dia tiduri, tapi Briana adalah perempuan pertama yang membuat langsung tertarik, bahkan semalam mereka melakukannya tanpa ingat waktu dan itu adalah pertama kalinya bagi Dev.Biasanya kalau dia sudah puas sekali dia tidak akan melakukannya lagi, tapi bersama Briana dia ingin terus menghujami Briana dan memanggil namanya dengan kenikmatan.Dan fakta lain lainnya Dev, tidak pernah tidur dua kali dengan perempuan sama, tapi bersama Briana, dia sudah merencanakan untuk kembali bertemu dengannya dan mengulang kembali malam panjang itu.Untuk itu, sepertinya Dev harus mencari tahu keberadaan Briana sekarang, dia harus tahu asal usul Briana itu seperti apa.Setelah selesai membersihkan tubuhnya, dia pun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang sudah melilit di pinggang kekarnya.Dia mengambil kaos putih dengan celana panjang berwarna putih, lalu setelah itu dia pun keluar saat dirasa perutnya berbunyi minta di isi.Sejenak dia merasa heran dengan keluarganya yang terlihat heboh sekali, biasanya kalau keluarga nya heboh seperti ini pasti akan ada sesuatu seperti acara acara tertentu."Mam, aku lapar," ucap Dev dengan nada sedikit kesal, melihat ibunya tidak melirik nya sama sekali karena sakit sibuknya dengan kehebohan."Oh Tuhan putraku lapar, ayo ke ruang makan, Biar Mommy siapkan makanan untukmu," seru Eve dengan menarik tangan putranya untuk masuk ke ruang makan.Dev duduk sambil memperhatikan ibunya yang tengah menyiapkan makanan untuknya."Apa akan ada acara Mom? " tanya Dev bingung."Tidak ada, hanya saja kakak mu bilang kalau malam nanti calon istrinya akan berkunjung kesini, untuk membahas pernikahan jadi Mommy sibuk membereskan rumah karena calon kakak ipar mu itu sangat menyukai kerapihan," jawab Eve dengan terkekeh pelan.Dev menganggukkan kepalanya paham, ngomong ngomong soal calon istri kakaknya itu, semenjak mereka bertunangan Dev tidak pernah tahu seperti apa wujud calon kakak iparnya itu.Karena dulu dia benar benar sibuk mengurus bisnis keluarganya yang tak bisa dia tinggal, sedangkan kakaknya yang menjabat sebagai seorang Dokter itu hanya di tugaskan untuk mengurus warisan rumah sakit yang diberikan oleh ayah mereka.Untuk masalah perusahaan Dev di percaya untuk mengelola perusahaan itu, karena memang dari dulu Dev pecinta Bisnis jadi dia lebih mudah paham menyangkut soal itu."Aku jadi penasaran seperti apa calon kakak iparku," gumam Dev sembari menikmati makanannya."Yang jelas dia sangat cantik, dia elegan dan dia mandiri. Dia benar benar tipikal menantu idaman bagi Mommy, pertama kali bertemu dengannya, Mommy langsung menyukainya. Memang kakakmu itu pintar sekali mencari pasangan yang setara dengan kita.Dan kamu Dev, ikuti jejak kakakmu, kamu pun harus mencari perempuan yang berkelas dan elegan oke! ""Of Course! "Malam ini Briana sudah siap dengan pakaian rapihnya, dia kini didepan halaman rumahnya dia menatap sebuah mobil yang baru saja datang untuk menjemput nya. Meski pun niat dia datang berkunjung kerumah Morgan bukan untuk sekedar makan malam, tetapi dia harus tetap berpenampilan rapih dan juga cantik, karena memang itulah dirinya! Kemana pun dia pergi dia selalu punya prinsip sendiri untuk terlihat rapih dan formal, untuk menujukkan berapa berkelas nya dirinya ini. "Ayo," ajak Morgan dengan membuka Kan pintu mobil. Dengan malas dan terpaksa Briana pun langsung masuk kedalam mobil Morgan, dia diam sampai Morgan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Dia tidak perlu berpamitan pada kedua orang tuanya, kerana kebetulan sore tadi mereka berpamitan untuk pergi dan berpesan kalau mereka tidak bisa ikut berkunjung ke rumah calon besannya. Ah seandainya mereka tahu niat Briana pergi kesana untuk membatalkan pernikahan mungkin panggilan calon besan akan berganti menjadi mantan calon
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya. Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu. "Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut. "Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal. "Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah. Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev. "Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah. "Aku lihat kinerja kerjamu sa
BUGHWajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan. Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar. Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu? Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah. "Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima. "Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah. "APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah. "Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kura
Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
"Aku punya rencana, dan rencana ini akan sama sama menguntungkan kita," ucap Dev dengan menatap lekat Briana. Briana menaikan satu alisnya bingung, kali ini apa yang akan di ucapkan pria tampan didepannya ini. "Aku serius Briana, kalau kita melangsungkan rencana ini maka kita akan saling menguntungkan," ucap Dev berusaha menyakinkan Briana. "Aku tidak ingin rencana busukmu, lagi pula hidupku tidak akan pernah aku pakai--""Aku tahu tapi apa kamu tidak membenci Morgan yang melukai mu? " tanya Dev dengan kekehan sinisnya. "Aku membenci perbuatan, tapi bukan berarti--""Maka balas dendam lah, ayo bersama ku. kamu bantu aku dan aku akan membantu mu, menguntungkan bukan? " tanya Dev dengan sinis. Briana menghela nafasnya pelan. Ada apa dengan Dev ini? kenapa dia seperti membenci kakaknya sendiri. "Kalau kau menganggap aku membenci kakakku, itu salah besar! aku tidak membencinya hanya saja aku ingin mendapatkan sesuatu dan hanya kamu yang bisa membantuku! maka dari itu ayo kita kerja
"BAJINGAN KAU MORGAN!! " Briana terlihat sangat murka, dengan wajah yang memerah padam saat dia melihat bagaimana panasnya kegiatan calon suami dan adik kandungnya di atas ranjang sana. Terlihat kedua pasangan yang baru saja tercyduk itu langsung memakai pakaian mereka dengan lengkap. Morgan menghampiri Briana dengan Terpongoh-pohong dan deru nafas yang belum stabil di akibat kegiatan panas nya tadi bersama sang selingkuhan. "Sayang, ini salah paham--""TUTUP MULUT MU BAJINGAN! " bentak Briana dengan menunjuk wajah Morgan penuh amarah. "Benar ternyata dugaanku! Kau berselingkuh di belakang ku. Tapi, kenapa harus dengan adikku, Morgan? " Perlahan nadanya terdengar lirih dengan mata yang berkaca-kaca, dia menatap perempuan yang tengah berdiri menunduk tak mampu membalas tatapannya. "Adikmu yang menggodaku lebih dulu," alibinya dengan menujukan kearah perempuan dibelakang. "Apa? Aku? " tanya Fani dengan menunjukkan dirinya sendiri. "Tidak kak, jangan percaya dengannya! Bukan aku ya
"Aku punya rencana, dan rencana ini akan sama sama menguntungkan kita," ucap Dev dengan menatap lekat Briana. Briana menaikan satu alisnya bingung, kali ini apa yang akan di ucapkan pria tampan didepannya ini. "Aku serius Briana, kalau kita melangsungkan rencana ini maka kita akan saling menguntungkan," ucap Dev berusaha menyakinkan Briana. "Aku tidak ingin rencana busukmu, lagi pula hidupku tidak akan pernah aku pakai--""Aku tahu tapi apa kamu tidak membenci Morgan yang melukai mu? " tanya Dev dengan kekehan sinisnya. "Aku membenci perbuatan, tapi bukan berarti--""Maka balas dendam lah, ayo bersama ku. kamu bantu aku dan aku akan membantu mu, menguntungkan bukan? " tanya Dev dengan sinis. Briana menghela nafasnya pelan. Ada apa dengan Dev ini? kenapa dia seperti membenci kakaknya sendiri. "Kalau kau menganggap aku membenci kakakku, itu salah besar! aku tidak membencinya hanya saja aku ingin mendapatkan sesuatu dan hanya kamu yang bisa membantuku! maka dari itu ayo kita kerja
Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
BUGHWajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan. Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar. Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu? Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah. "Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima. "Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah. "APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah. "Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kura
"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya. Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu. "Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut. "Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal. "Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah. Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev. "Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah. "Aku lihat kinerja kerjamu sa
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang
Malam ini Briana sudah siap dengan pakaian rapihnya, dia kini didepan halaman rumahnya dia menatap sebuah mobil yang baru saja datang untuk menjemput nya. Meski pun niat dia datang berkunjung kerumah Morgan bukan untuk sekedar makan malam, tetapi dia harus tetap berpenampilan rapih dan juga cantik, karena memang itulah dirinya! Kemana pun dia pergi dia selalu punya prinsip sendiri untuk terlihat rapih dan formal, untuk menujukkan berapa berkelas nya dirinya ini. "Ayo," ajak Morgan dengan membuka Kan pintu mobil. Dengan malas dan terpaksa Briana pun langsung masuk kedalam mobil Morgan, dia diam sampai Morgan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Dia tidak perlu berpamitan pada kedua orang tuanya, kerana kebetulan sore tadi mereka berpamitan untuk pergi dan berpesan kalau mereka tidak bisa ikut berkunjung ke rumah calon besannya. Ah seandainya mereka tahu niat Briana pergi kesana untuk membatalkan pernikahan mungkin panggilan calon besan akan berganti menjadi mantan calon
Sudah keberapa kalinya Briana menghembuskan nafas panjangnya, dia terduduk termenung didepan cermin nya dan menatap dirinya di pantulan cermin. Pagi ini sekitar pukul 8 pagi dia baru saja pulang dan langsung mandi setelah dia terbangun di kamar Club dalam keadaan telanjang dan sendirian. Tentu saja dia ingat dengan kejadian semalam, dimana dia menikmati malam yang panjang bersama pria asing yang tak pernah dia temui, anehnya semalam dia tidak menolak tapi saat terbangun dia menyesali semua yang terjadi. Tapi itu tidak masalah karena dia yakin kalau mereka tidak akan pernah bertemu lagu, semalam adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka nanti. Suara pintu yang di ketuk membuat Briana menoleh kearah pintunya, dia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar. "Ada Morgan dibawah," ucap Rith-Sang Ibu tercinta. Briana sedikit terdiam mendengar itu, dia hanya mengangguk menanganggapi ucapan Ibunya. belum menjawab ucapan sang Ibu dia pun kembali menutup
Briana terbaring diatas ranjang empuk, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun kebawah. Dengan sayu dia melihat pria tampan di atasnya yang tengah membuka kemeja putihnya lalu melempar kemeja putih itu ke lantai dengan sembarangan. Pria itu pun mulai mendekatkan diri pada Briana, sejenak mereka saling menatap satu sama lain dengan nafas yang saling terasa. Perlahan tapi pasti mereka kembali menautkan benda kenyal yang sudah tak sabar untuk di sentuh, mereka hanyut dalam gelora api yang tak bisa di hentikan begitu saja. Suara robekan dan pekikan terdengar jelas dikamar bernuasa hitam itu, suara lenguhan dan desahan terdengar begitu indah. Dengan alunan alunan penyatuan dan suara decitan ranjang yang semakin membuat keduanya terbawa dalam lautan nafsu. "Ah shit! Siapa namamu... " Pria itu meracau dalam kenikmatan yang sudah tidak pernah dia rasakan lagi, setelah bertahun tahun sibuk dengan dunia bisnisnya, akhirnya dia kembali merasakan surga dunia yang tidak ada duanya. "Br