"BAJINGAN KAU MORGAN!! " Briana terlihat sangat murka, dengan wajah yang memerah padam saat dia melihat bagaimana panasnya kegiatan calon suami dan adik kandungnya di atas ranjang sana.
Terlihat kedua pasangan yang baru saja tercyduk itu langsung memakai pakaian mereka dengan lengkap. Morgan menghampiri Briana dengan Terpongoh-pohong dan deru nafas yang belum stabil di akibat kegiatan panas nya tadi bersama sang selingkuhan."Sayang, ini salah paham--""TUTUP MULUT MU BAJINGAN! " bentak Briana dengan menunjuk wajah Morgan penuh amarah."Benar ternyata dugaanku! Kau berselingkuh di belakang ku. Tapi, kenapa harus dengan adikku, Morgan? " Perlahan nadanya terdengar lirih dengan mata yang berkaca-kaca, dia menatap perempuan yang tengah berdiri menunduk tak mampu membalas tatapannya."Adikmu yang menggodaku lebih dulu," alibinya dengan menujukan kearah perempuan dibelakang."Apa? Aku? " tanya Fani dengan menunjukkan dirinya sendiri."Tidak kak, jangan percaya dengannya! Bukan aku yang lebih dulu menggoda nya! tapi dia yang lebih dulu menggodaku! Dia bilang padaku kalau aku lebih cantik dan lebih bisa memuaskan dia di atas ranjang," bantah Fani dengan wajah marahnya, tentu saja dia tidak Terima saat pria yang sering tidur dengannya malah menuduhnya dan membalikkan fakta."Jangan berbohong--""DIAM! aku tidak ingin mendengar alasan apa pun! Kamu mau pun adikku, kalian sama sama mengecewakan aku!" ucap Briana dengan kedua tangan yang mengepal kuat menahan amarahnya.Fani memutar bola matanya malas, dengan dagu yang terangkat angkuh pun dia melangkah mendekati kakak perempuan nya itu."Oke aku gak bisa ngasih alasan lain lagi, toh semuanya sudah terjadi. Mau bagaimana lagi kan? Nasi sudah menjadi bubur! Dan aku akui kalau aku sangat menyukai calon kakak iparku ini, maafkan aku Kak, aku tidak bisa menyangkal untuk hal ini. " Fani menatap Briana dengan senyuman tak bersalahnya, menurutnya ini lebih baik, dari pada dia harus terus sembunyi-sembunyi hanya untuk bersama dengan pria yang sudah membuat dia tertarik.Tidak peduli dengan pria yang berstatus calon suami kakaknya atau calon kakak iparnya, dia tidak peduli! Perasaannya lebih penting sekarang."Fani kamu bicara--""Sudahlah kak, kita tidak perlu sembunyikan semuanya lagi, Kak Briana sudah lihat. Lebih baik kita jujur saja kalau kita memang saling mencintai," tukas Fani dengan memegang bahu Morgan dengan lembut.Wajah Briana kembali memerah padam penuh amarah, dia menatap kedua pasangan itu dengan penuh dendam dan penuh kebencian."Mulai hari ini, kita PUTUS! " ungkap Briana dengan tegas dan penuh penekanan."Tidak Briana, Jangan--"BRAKBelum selesai berucap pintu kamar hotel di banting oleh Briana begitu keras sampai menciptakan denturan dan suara yang begitu memggema.Morgan menghembuskan nafas kasarnya, pernikahan yang sudah di atur dengan rapih terancam gagal. Yah Morgan sudah pasti menebak kalau Briana akan membatalkan pernikahan yang akan di langsungkan 1 minggu lagi."Sudahlah Kak--""Cukup Fani, yah saya akui kalau saya menyukai kamu, tapi rasa suka saya hanya karena kamu mampu menyeimbangkan saya di ranjang, untuk hal lain saya lebih menyukai kakak kamu ketimbang kamu.Kamu harus tahu kalau Kakak kamu pekerja keras, dia wanita yang berkelas! Jika orang tuaku tahu kalau Pernikahan ini batal, mereka akan memarahiku! Tentu saja mereka tidak mau kehilangan sosok menantu seperti Briana yang berkelas.Berbeda denganmu! Kamu masih kekanak kanakan dantidak akan mampu menyeimbangkan--""Kalau dari awal kamu hanya mencintai kakakku, lantas kenapa kamu malah menggodaku hah! " sentak Fani tak Terima."Itu karena aku membutuhkan pelampiasan, anggap saja kamu hanya pemuas nafsu ku, tidak lebih dari itu!" sanggah Morgan penuh amarah."Aku menyesal! " gumam Morgan, dengan emosinya dia pun mengambil jasnya dan melempar segepok uang berwarna merah keatas tempat tidur. lalu, dia pun pergi meninggalkan kamar itu dengan pikiran yang berkecamuk.Fani berteriak marah saat di tinggal begitu saja oleh Morgan, dia melempar barang didalam kamar hotel itu dengan sangat brutal.Pernyataan Morgan berhasil membuatnya sangat murka dan berhasil membuatnya semakin membenci sang Kakak.Dia memang sudah membenci sang Kakak dari dulu, semua orang selalu memuji sang kakak, bahkan dengan terang-terangan mereka membandingkan antara dia dan Kakaknya Briana.Tapi tak bisa di pungkiri juga kalah dia dan Briana memang sangat jauh, Kakaknya sangat pintar dan urusan bisnis dan mengharumkan nama baik keluarga!Sedangkan dia, dia lebih suka menghamburkan uang dan berfoya-foya diatas harta orang tuanya sendiri.Sangat jauh sekali bukan?*******Malam ini dengan di penuhi amarah yang belum reda, Briana masuk kedalam sebuah gedung mewah yang didalamnya terdapat lautan manusia yang tengah sibuk dengan surga mereka sendiri.Dia melangkah gontai menuju mini bar, dia duduk di kursi sana dan memesan minuman yang bisa menghilangkan depresinya.Sungguh dia butuh ketenangan setelah menghadapi sebuah perselingkuhan yang di lakukan oleh Pria yang begitu dia cintai.Selama hampir 3 Tahun menjalin hubungan, dengan teganga Morgan berselingkuh, oke kalau dengan wanita lain dia masih bisa memaafkan, tapi dia dengan adik kandungnya sendiri?Lelucon macam apa ini! Kenapa sangat lucu sekali! Briana rasanya ingin berteriak dan tertawa layaknya orang gila saat ini."Berikan aku wine! " perintah Briana dengan tegas."Tentu saja Nona! "Dengan rakus dia meminum Wine sampai tubuhnya lemah, jujur saja dia paling tidak kuat kalau minum minuman semacam wine ini, hanya karena dia tengah di landa amarah, dia pun terpaksa mencari pelampiasan dengan minuman haram itu.Dengan pandangan yang mulai kabur, dia berjalan sempoyongan menuju tempat dimana orang-orang tengah berjoget ria dengan tanpa rasa malu.Dia pun ikut bergabung disana dan mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik DJ yang menggema begitu nyaring.Dia sudah setengah kehilangan sadar, sampai tanpa sadar pun dia menarik pria tampan yang tengah memperhatikan nya dari tadi.Entah siapa Pria itu yang jelas dia butuh teman untuk menikmati alunan DJ itu, dia mengalungkan kedua tangannya di leher sang pria sambil sesekali tertawa tanpa beban.Pria itu pun tidak keberatan sama sekali, dia justru menyimpan kedua tangannya di pinggang ramping Briana dan menarik tubuh mereka untuk lebih dekat dan menempel lagi.Lenguhan terdengar dari mulut manis Briana, dia mengeluh saat dengan tanpa izinnya pria itu mencumbu bibir manis yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.Karena kondisi dia yang mulai tak sadar dia hanya menikmati apa yang di lakukan oleh pria didepannya ini, kalau seandainya dia tidak mabuk, mungkin dia akan marah karena pria lain berhasil menyentuhnya.Yah, harga dirinya sangat tinggi dan berkelas seperti apa yang di ucapkan Morgan tadi.Ciuman itu semakin menuntut penuh nafsu, di tengah tengah lautan manusia yang tengah berjoget ria, mereka dilanda nafsu yang besar.Briana merasa kehabisan nafas, dia pun melepaskan pautan itu dan menatap pria tampan di depannya dengan sayu."Mau ke kamar? " tanya Pria tersebut dengan nada beratnya.Dengan lirih Briana pun menganggukkan kepalanya, dan dia merasakan kalau dirinya di angkat oleh pria di depannya ini."Les't play, Honey! "Briana terbaring diatas ranjang empuk, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun kebawah. Dengan sayu dia melihat pria tampan di atasnya yang tengah membuka kemeja putihnya lalu melempar kemeja putih itu ke lantai dengan sembarangan. Pria itu pun mulai mendekatkan diri pada Briana, sejenak mereka saling menatap satu sama lain dengan nafas yang saling terasa. Perlahan tapi pasti mereka kembali menautkan benda kenyal yang sudah tak sabar untuk di sentuh, mereka hanyut dalam gelora api yang tak bisa di hentikan begitu saja. Suara robekan dan pekikan terdengar jelas dikamar bernuasa hitam itu, suara lenguhan dan desahan terdengar begitu indah. Dengan alunan alunan penyatuan dan suara decitan ranjang yang semakin membuat keduanya terbawa dalam lautan nafsu. "Ah shit! Siapa namamu... " Pria itu meracau dalam kenikmatan yang sudah tidak pernah dia rasakan lagi, setelah bertahun tahun sibuk dengan dunia bisnisnya, akhirnya dia kembali merasakan surga dunia yang tidak ada duanya. "Br
Sudah keberapa kalinya Briana menghembuskan nafas panjangnya, dia terduduk termenung didepan cermin nya dan menatap dirinya di pantulan cermin. Pagi ini sekitar pukul 8 pagi dia baru saja pulang dan langsung mandi setelah dia terbangun di kamar Club dalam keadaan telanjang dan sendirian. Tentu saja dia ingat dengan kejadian semalam, dimana dia menikmati malam yang panjang bersama pria asing yang tak pernah dia temui, anehnya semalam dia tidak menolak tapi saat terbangun dia menyesali semua yang terjadi. Tapi itu tidak masalah karena dia yakin kalau mereka tidak akan pernah bertemu lagu, semalam adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka nanti. Suara pintu yang di ketuk membuat Briana menoleh kearah pintunya, dia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar. "Ada Morgan dibawah," ucap Rith-Sang Ibu tercinta. Briana sedikit terdiam mendengar itu, dia hanya mengangguk menanganggapi ucapan Ibunya. belum menjawab ucapan sang Ibu dia pun kembali menutup
Malam ini Briana sudah siap dengan pakaian rapihnya, dia kini didepan halaman rumahnya dia menatap sebuah mobil yang baru saja datang untuk menjemput nya. Meski pun niat dia datang berkunjung kerumah Morgan bukan untuk sekedar makan malam, tetapi dia harus tetap berpenampilan rapih dan juga cantik, karena memang itulah dirinya! Kemana pun dia pergi dia selalu punya prinsip sendiri untuk terlihat rapih dan formal, untuk menujukkan berapa berkelas nya dirinya ini. "Ayo," ajak Morgan dengan membuka Kan pintu mobil. Dengan malas dan terpaksa Briana pun langsung masuk kedalam mobil Morgan, dia diam sampai Morgan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Dia tidak perlu berpamitan pada kedua orang tuanya, kerana kebetulan sore tadi mereka berpamitan untuk pergi dan berpesan kalau mereka tidak bisa ikut berkunjung ke rumah calon besannya. Ah seandainya mereka tahu niat Briana pergi kesana untuk membatalkan pernikahan mungkin panggilan calon besan akan berganti menjadi mantan calon
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya. Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu. "Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut. "Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal. "Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah. Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev. "Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah. "Aku lihat kinerja kerjamu sa
BUGHWajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan. Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar. Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu? Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah. "Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima. "Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah. "APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah. "Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kura
Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
"Aku punya rencana, dan rencana ini akan sama sama menguntungkan kita," ucap Dev dengan menatap lekat Briana. Briana menaikan satu alisnya bingung, kali ini apa yang akan di ucapkan pria tampan didepannya ini. "Aku serius Briana, kalau kita melangsungkan rencana ini maka kita akan saling menguntungkan," ucap Dev berusaha menyakinkan Briana. "Aku tidak ingin rencana busukmu, lagi pula hidupku tidak akan pernah aku pakai--""Aku tahu tapi apa kamu tidak membenci Morgan yang melukai mu? " tanya Dev dengan kekehan sinisnya. "Aku membenci perbuatan, tapi bukan berarti--""Maka balas dendam lah, ayo bersama ku. kamu bantu aku dan aku akan membantu mu, menguntungkan bukan? " tanya Dev dengan sinis. Briana menghela nafasnya pelan. Ada apa dengan Dev ini? kenapa dia seperti membenci kakaknya sendiri. "Kalau kau menganggap aku membenci kakakku, itu salah besar! aku tidak membencinya hanya saja aku ingin mendapatkan sesuatu dan hanya kamu yang bisa membantuku! maka dari itu ayo kita kerja
Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
BUGHWajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan. Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar. Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu? Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah. "Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima. "Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah. "APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah. "Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kura
"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya. Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu. "Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut. "Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal. "Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah. Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev. "Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah. "Aku lihat kinerja kerjamu sa
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang
Malam ini Briana sudah siap dengan pakaian rapihnya, dia kini didepan halaman rumahnya dia menatap sebuah mobil yang baru saja datang untuk menjemput nya. Meski pun niat dia datang berkunjung kerumah Morgan bukan untuk sekedar makan malam, tetapi dia harus tetap berpenampilan rapih dan juga cantik, karena memang itulah dirinya! Kemana pun dia pergi dia selalu punya prinsip sendiri untuk terlihat rapih dan formal, untuk menujukkan berapa berkelas nya dirinya ini. "Ayo," ajak Morgan dengan membuka Kan pintu mobil. Dengan malas dan terpaksa Briana pun langsung masuk kedalam mobil Morgan, dia diam sampai Morgan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya. Dia tidak perlu berpamitan pada kedua orang tuanya, kerana kebetulan sore tadi mereka berpamitan untuk pergi dan berpesan kalau mereka tidak bisa ikut berkunjung ke rumah calon besannya. Ah seandainya mereka tahu niat Briana pergi kesana untuk membatalkan pernikahan mungkin panggilan calon besan akan berganti menjadi mantan calon
Sudah keberapa kalinya Briana menghembuskan nafas panjangnya, dia terduduk termenung didepan cermin nya dan menatap dirinya di pantulan cermin. Pagi ini sekitar pukul 8 pagi dia baru saja pulang dan langsung mandi setelah dia terbangun di kamar Club dalam keadaan telanjang dan sendirian. Tentu saja dia ingat dengan kejadian semalam, dimana dia menikmati malam yang panjang bersama pria asing yang tak pernah dia temui, anehnya semalam dia tidak menolak tapi saat terbangun dia menyesali semua yang terjadi. Tapi itu tidak masalah karena dia yakin kalau mereka tidak akan pernah bertemu lagu, semalam adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka nanti. Suara pintu yang di ketuk membuat Briana menoleh kearah pintunya, dia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar. "Ada Morgan dibawah," ucap Rith-Sang Ibu tercinta. Briana sedikit terdiam mendengar itu, dia hanya mengangguk menanganggapi ucapan Ibunya. belum menjawab ucapan sang Ibu dia pun kembali menutup
Briana terbaring diatas ranjang empuk, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun kebawah. Dengan sayu dia melihat pria tampan di atasnya yang tengah membuka kemeja putihnya lalu melempar kemeja putih itu ke lantai dengan sembarangan. Pria itu pun mulai mendekatkan diri pada Briana, sejenak mereka saling menatap satu sama lain dengan nafas yang saling terasa. Perlahan tapi pasti mereka kembali menautkan benda kenyal yang sudah tak sabar untuk di sentuh, mereka hanyut dalam gelora api yang tak bisa di hentikan begitu saja. Suara robekan dan pekikan terdengar jelas dikamar bernuasa hitam itu, suara lenguhan dan desahan terdengar begitu indah. Dengan alunan alunan penyatuan dan suara decitan ranjang yang semakin membuat keduanya terbawa dalam lautan nafsu. "Ah shit! Siapa namamu... " Pria itu meracau dalam kenikmatan yang sudah tidak pernah dia rasakan lagi, setelah bertahun tahun sibuk dengan dunia bisnisnya, akhirnya dia kembali merasakan surga dunia yang tidak ada duanya. "Br