Ronggo tertawa saat ini, sebelum kemudian dia memberi perintah kepada beberapa satria suci. “Hancurkan!”Satria suci yang dimaksud sekitar 30 atau mungkin 40 orang. Mereka adalah satria suci yang membawa palu besar, bahkan lebih besar dari tubuh mereka sendiri.Puluhan satria itu memiliki satu tugas utama, menghancurkan benteng pertahanan Indra Pura.“Jangan biarkan mereka mendekat!!!” Danur Jaya memberi perintah kepada semua prajurit pemanah untuk menghentikan pasukan penghancur yang dimiliki musuh.Mereka melakukan serangan panah yang cukup banyak, beberapa bahkan menancap di tubuh satria suci, tapi satria itu tidak menghentikan langkah kaki mereka.“Hancur!!!” mereka berteriak keras.Lalu! Bommm… suara ledakan terdengar setelah palu-palu besar itu mendarat di dinding tembok besar.Tidak hanya sekali, mereka menyerang benteng pertahanan hingga beberapa kali, dan akhirnya retakan besar mulai bermunculan di sekitar benteng pertahanan.Teriakan keras yang keluar dari mulut mereka akhir
“Hoi bocah,” tiba-tiba terdengar suara di relung kepala Rawai Tigkis, “mereka adalah pecandu, mereka tidak bisa dikatakan sebagai manusia lagi.”“Apa maksudmu, Singa Emas?”“Manusia yang menggunakan kekuatan kami, tidak akan kembali menjadi manusia lagi. Mereka yang kau sebut sebagai satria suci, memiliki ketergantungan terhadap Mutiara Emas.”“Apa yang kau katakana, ketergantungan? Apa maksudnya?”“Apa kau tidak menyadarinya, sumber daya yang dianggap berharga itu, akan merenggut semuanya. Usia, kekuatan, pikiran bahkan jiwa mereka, Mutiara Emas akan merenggut semuanya. Manusia tidak akan kembali menjadi manusia setelah menggunakan Mutiara Emas, pada akhirnya mereka akan bergantung akan benda itu, jika mereka berhenti, mereka akan merasa berada di ujung kehidupan. Mereka harus menggunakan mutiara emas lagi untuk terus bertahan hidup.”“Singa Emas, apa itu berlaku denganku?” tanya Rawai Tingkis.“Satria Roh Suci berbeda dengan Satria Suci, takdir Satria Roh Suci hanya ada dua, menguas
Senopati Danur Jaya mulai merasa khawatir saat ini, sebab belasan panah yang dia gunakan untuk menumbangkan Ronggo tidak membuahkan hasil.Danur Jaya hanya menjaga jarak aman saat ini, sementara Ronggo dengan sombong terus mendekati pria tersebut.Dua atau tiga serangan panah yang dilepaskan oleh Danur Jaya, malah ditangkap oleh Ronggo dengan hanya dua jari tangannya saja. Lalu dia tersenyum kecil.Perbedaan kekuatan yang begitu jauh antara keduanya.Sementara di sisi lain, para senopati utama masih berjibaku melawan belasan satria suci yang menggila, mereka tidak sempat memperhatikan posisi Danur Jayayang dalam bahaya.Ah, lagipula tidak ada satupun prajurit yang merasa aman saat ini, semuanya dalam bahaya. Hanya keberuntungan yang bisa menyelamatkan mereka, karena kekuatan sudah jelas tertinggal jauh dari Satria Suci.Bom bom..Sebuah ledakan besar baru saja terjadi, tapi kali ini ledakan itu berasal dari beberapa bangunan yang berada di dekat istana Indra Pura.Kemudian terdengar l
Danur Jaya melepaskan satu serangan lagi, dan ketika dia ingin mengambil anak panah, dia baru menyadari jika semua anak panah telah digunakannya untuk menyerang Ronggo.Tidak ada satupun yang tersisa di wadahnya, dan ini membuat wajah Danur Jaya menjadi lebih tegang.Ya, dia telah menyiapkan anak panah yang berlapis emas dan bercampur racun untuk menembus kulit keras satria suci, tapi dia lupa jika serangannya tidak akan berguna jika lawan mampu menghindar atau menangkis anak panah tersebut.Mungkin dia pikir, semua satria suci hanya bermodal kekuatan pisik, tapi sekali lagi dia lupa mengenai Ronggo. Ronggo jelas berbeda, dia memiliki teknik untuk bertarung.Ronggo adalah satria yang menguasai seni bela diri menggunakan pedangnya.“Apa panahmu sudah habis, Senopati Danur Jaya?” Ronggo melompat ke salah satu atap bangunan yang ada di dekat Istana Indra Pura.Di seberang atap itu, ada atap lain yang ditempati oleh Danur Jaya.“Sekarang apa yang ingin kau lakukan?” tanya Ronggo lagi.Dan
“Hoi Rawai Tingkis! Apa yang kau lakukan? Ini tidak lucu, bangun! Hoi!!!” Dua senopati muda itu berusaha untuk membuat Rawai Tingkis terjaga, bahkan salah satu dari mereka menampar wajah remaja itu, memukulnya cukup keras, tapi tetap saja Rawai Tingkis tidak bergerak.“Aku membawa satu gentong air!!!” seorang prajurit level tinggi berlari ke arah Rawai Tingkis dengan gentong besar, lalu menumpahkan gentong tersebut ke wajah Rawai Tingkis, tapi tetap saja tidak berguna.Remaja itu masih mendengkur keras, tidak peduli dengan situasi yang terjadi saat ini.“Gawat, ini gawat!”“Gawat bagaimana?”“Ya Gawat, kalau begini tugas kita harus membawa dirinya, jangan sampai terbunuh oleh musuh.”“Apa?”“Tidak ada pilihan lain, sekarang aku akan menggendong Rawai Tingkis, dan kalian semua tolong buat jalan agar kami bisa bersembunyi!”Sungguh semua prajurit yang adai dekat Rawai Tingkis merasa begitu geram saat ini. Mereka tidak habis pikir, orang sehebat Rawai Tingkis bisa menjadi beban yang begi
“Paman Senopati, bantulah para prajurit yang lain! Ada beberapa belas satria suci yang masih tersisa!”Ucapan Rawai Tingkis seketika mengejutkan Ronggo, yang tidak tahu jika anak buahnya telah banyak terbantai saat ini.Sementara itu, Danur Jaya dengan senyum pahit akhirnya pergi ke arah prajurit untuk membantu mereka mengalahkan para satria.Sesempainya di sana, Danur Jaya juga terkejut melihat begitu banyak satria suci yang bergeletakan di permukaan tanah merah karena darah.Namun rata-rata dari mereka dipenuhi oleh banyak tombak dan pedang. Ya, ketika Rawai Tingkis terjaga dari tidurnya, hal pertama yang dia lakukan adalah melukai seluruh tubuh satria suci.Dia tidak sempat membunuh mereka, karena harus pergi menemui Ronggo yang rupanya hampir saja membunuh Danur Jaya serta Senopati Santa.“Apa dia yang melakukan semua ini?” gumam Danur Jaya, “Rawai Tingkis, dia membuat aku menjadi takut.”Sementara di sisi lain, Senopati Santa baru saja bangun setelah mendapat banyak serangan.“Ha
Rawai Tingkis masih bertarung begitu sengit melawan Ronggo, sementara di sisi lain, para prajurit harus bekerja sama menghadapi satria suci yang kini hanya tinggal selusin orang lagi.Namun ini tidak baik karena mengingat semua prajurit dalam keadaan terluka parah saat ini. Semua serangan yang dilakukan oleh prajurit bahkan terkesan sia-sia belaka saat menghadapi musuhnya.Bantuan yang dilakukan oleh senopati tampaknya juga tidak begitu berpengaruh kepada satria suci tersebut.“Sepertinya mereka adalah para satria paling kuat yang tersisa,” ucap beberapa senopatimuda saat ini. “Sial, bahkan mereka setelah terkena luka yang parah masih bisa memberikan dampak sangat besar bagi kita.”“Aku merasa tulang belulangku seakan remuk saat terkena pukulan mereka.”“Kau pikir hanya dirimu, aku bahkan tidak bisa bergerak saat ini setelah mencoba menahan kekuatannya.”“Apa yang harus kita lakukan saat ini?”“Jangan menyerah!!!” Senopati Danur Jaya berteriak seraya melepaskan beberapa erangan ke ara
Ronggo, pemuda itu menatap Rawai Tingkis dengan pandangan yang berbeda. Seolah dari sinar matanya ada dendam dan penyesalan yang bercampur menjadi satu. Ada amarah tapi juga ada simpati yang disembunyikan olehnya.Tatapan yang membuat Rawai Tingkis merasa bimbang untuk mengakhiri hidup pemuda tersebut.“Aghkkk!” Rawai Tingkis menusukan mata pedangnya, dan kini Ronggo terlihat menutup mata.Begitu aneh jika seorang mesin pembunuh seperti Ronggo menutup mata saat menemui ajalnya.Namun.“Rawai Tingkis …?” Ronggo berkata serak, saat mengetahui bahwa mata pedang Rawai Tingkis tidak menembus batang lehernya, hanya menikam tanah yang berada dua jari dari leher pemuda tersebut.“Pergilah!” ucap Rawai Tingkis.Remaja itu menarik lagi pedangnya, lalu melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan Ronggo.Sementara itu, Ronggo menatap punggung Rawai Tingkis yang perlahan hilang di balik puing-puing bangunan.“Bukan kami, bukan kami orang yang terpilih …tapi dirimu, Rawai Tingkis …” ucap Ronggo, lal
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma