Share

Part 49

Author: Maylafaisha
last update Last Updated: 2022-01-13 06:20:19

Perlahan lelaki itu mengusap wajah Rasti, sementara bibirnya perlahan menyentuh bibir Rasti, semakin lama semakin intens dan jauh sehingga membuat Rasti dan lelaki jelmaan iblis itu melakukan hubungan terlarang yang tidak masuk akal itu.

Usai melakukan hubungan terlarang itu, Rasti berniat menanyakan siapa lelaki itu, tetapi belum sempat pertanyaan tersebut terucap, lelaki sudah menghilang dari pandangan matanya, hanya tertinggal suaranya saja yang masih bisa terdengar, "aku Ganendra, jelmaan iblis yang akan selalu membantumu. Mulai saat ini aku adalah suami gaibmu, Rasti, aku bersedia berbagi dengan suami manusiamu tapi kau tidak akan memiliki hasrat selain kepada diriku. Apa kau terima itu?" tanya suara sosok jelmaan iblis yang ternyata bernama Ganendra itu.

"Ya, Ganendra. Aku menerimanya, aku menerima dirimu sebagai suami gaibku. Tapi bagaimana dengan Mbah Kromo yang juga menginginkan diriku setelah ini?" Rasti menanyakan persyaratan sela

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Santet Pengantin   Part 50

    Di saat yang bersamaan, di sudut lain kota Jakarta.Senja itu Kania tampak gembira menikmati pemandangan matahari terbenam di pantai bersama Andra. Mereka berdua saling melemparkan lelucon dan terbahak-bahak berdua saat merasa lelucon yang mereka lemparkan itu terdengar aneh atau tidak lucu sama sekali.Andra sedang menatap Kania dengan rasa kagum, ketika tiba-tiba manik wanita cantik berambut hitam panjang itu menatap dua matanya dengan lekat dan tajam, seakan ingin menyelidiki apa yang ada dalam pikirannya saat ini sehingga membuatnya gagap ketika perempuan bertubuh mungil itu menanyainya, "Mas Andra, nggak bosen lihatin aku terus dari tadi. Ada apa, Mas? Awas, jangan lama-lama! Nanti kalau Mas Andra kepincut sama aku bisa panjang urusannya!" Kania pura-pura mengingatkan Andra tetapi matanya mengirimkan sinyal menggoda lelaki itu."E ... eh ... i ... iya, nggak ada apa-apa kok. Aku cuma merasa senang melihat dirimu ter

    Last Updated : 2022-01-13
  • Santet Pengantin   Part 51

    "Sudahlah, Mas, nggak usah diingat-ingat dan dikenang lagi semua peristiwa buruk yang sudah terjadi. Toh, aku juga sudah bisa melepaskan Mas Arga, fokusku saat ini hanyalah untuk mencari uang sebanyak mungkin guna membiayai pengobatan ayahku yang sedang terkena stroke setelah kejadian itu." Kania mengakhiri percakapan mereka dan beranjak menuju bibir pantai, di sana Kania tiba-tiba saja berteriak dengan sangat nyaring sehingga membuat Andra yang baru saja akan berdiri merasa sangat terkejut dan langsung berlari ke arah Kania, yang ternyata sudah menangis tersedu-sedu."AAAAAAAAA!" Nyaring terdengar teriakan Kania mengagetkan Andra yang baru saja akan berdiri."KANIA! KANIA! KAMU KENAPA KANIA!" Andra balas berteriak sekuat tenaga sambil berlari menghampiri Kania, dan Andra di buat semakin terkejut ketika sampai di sana dilihatnya Kania tengah menangis tersedu-sedu.Andra tidak tahu harus bagaimana, karena berbicara dengan

    Last Updated : 2022-01-14
  • Santet Pengantin   Part 52

    Lima tahun silam dalam ruang kerja Irvan di PT. Andara Steel Mining"Jadi, bagaimana Sasti? Kamu mau 'kan menjadi istri simpanan saya? Saya akan menjamin semua keperluan kamu, sehingga kamu nggak perlu lagi bekerja di luar rumah seperti ini. Saya akan memanjakan kamu dengan semua yang saya miliki." Irvan mengungkapkan hasratnya untuk memperistri Sasti ketika sedang meminta tanda tangan persetujuan Irvan untuk dokumen-dokumen penting yang akan di proses segera oleh pihak keuangan."Maaf, Pak. Saya tidak bisa, Bapak sudah memiliki keluarga sendiri dan saya pun sudah mempunyai seorang calon suami. Saya tidak mau menjadi duri dalam rumah tangga orang lain, Pak. Saya tidak ingin menjadi seorang pelakor atau apa pun itu sebutannya. Tolong jangan samakan saya dengan perempuan-perempuan yang sudah menjual murah tubuh dan harga dirinya hanya untuk menjadi seorang pelakor." Sasti menolak dengan halus dan tegas semua permintaan Irvan, dia benar-benar t

    Last Updated : 2022-01-14
  • Santet Pengantin   Part 53

    Tok! Tok! Tok!"Permisi, Pak Irvan, Bu Sasti, maaf kalau saya mengganggu. Saya mau mengantar dokumen-dokumen penting yang tadi Bu Sasti minta untuk difotokopi. Maaf, Bu, saya agak lama memfotokopinya karena harus bergantian dengan beberapa bapak dan ibu karyawan yang lainnya." Rahma, office girl itu menyerahkan dokumen-dokumen yang sudah difotokopikannya kepada Sasti dan bermaksud untuk mengundurkan diri dari ruangan, ketika terdengar suara Sasti memanggil dirinya."Mbak Rahma, tunggu sebentar, jangan keluar dulu. Ada sesuatu yang mau saya tanyakan sama Mbak Rahma setelah ini, jadi kamu jangan keluar dulu. Nanti sama saya aja keluarnya, sekarang tunggu saya minta tanda tangan Bapak dulu untuk semua dokumen ini, ya." Sasti mencegah Rahma untuk pergi meninggalkan ruangan Irvan, sehingga Sasti tidak perlu lagi mendengar bujuk rayu Irvan.Irvan yang merasa kesal dengan tingkah Sasti yang malah menyuruh Rahma untuk menunggu d

    Last Updated : 2022-01-14
  • Santet Pengantin   Part 54

    Sementara itu di dalam sebuah ruangan kerja di Restoran Makanan Jepang Shibuya yang berada di sebuah mal ternama di Jakarta, tampak seorang perempuan yang tengah menatap layar ponsel miliknya dengan tatapan masih tidak percaya, di layar ponsel itu terpampang nyata video-video yang berisikan suaminya tengah merayu sekretaris pribadinya untuk menjadi istri muda atau hanya sekedar menjadi simpanan dan pacar gelapnya saja bila gadis cantik itu tidak mau.Merasa geram dengan apa yang dilihatnya, perempuan itu lalu menghubungi salah satu kenalannya seorang ahli telematika untuk membuktikan video-video tersebut asli atau editan. Setelah mendapat jawaban bahwa video-video tersebut asli, perempuan itu langsung menghubungi seorang detektif swasta yang sudah menjadi langganan keluarganya, dan meminta detektif swasta itu untuk menjauhkan perempuan muda itu dari suaminya dengan cara apa pun juga, tetapi dengan syarat tidak mencelakai gadis belia tersebut.

    Last Updated : 2022-01-14
  • Santet Pengantin   Part 55

    Dan, terjadilah peristiwa laknat itu, yang pada akhirnya hanya menyisakan isakan tangis kebencian dan ketakutan Sasti, hingga membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidup setelah tiga tahun harus dirawat di pusat rehabilitasi jiwa.Sejak dirawat di pusat rehabilitasi jiwa, Sasti memang lebih senang berada di dalam kamarnya, kamar yang memiliki nuansa khas rumah sakit, dengan sprei putih seperti kebanyakkan warna sprei yang dipakai oleh semua rumah sakit, tetapi memiliki jendela berteralis besi yang sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dirusak.Walau pun dirinya setiap harinya mengikuti berbagai kegiatan konseling dan lain-lain yang bertujuan mengembalikan kesehatan jiwanya. Tetapi rupanya ada satu kondisi Sasti yang luput dari perhatian mereka, kondisi itu adalah di mana Sasti mulai bisa berhalusinasi melihat satu sosok bayangan hitam tanpa wajah yang selalu berbincang-bincang dengan dirinya setiap malam. Dan, hal itu baru diketahui oleh

    Last Updated : 2022-01-14
  • Santet Pengantin   Part 56

    Masa sekarangHari ini adalah hari ke empat puluh, Kania melakukan puasa putih, puasa yang tidak pernah ada dalam ajaran Islam, karena puasa putih atau mutih ini hanya dikenal dikalangan penganut kejawen dan praktisi supranatural yang sedang mendalami ilmu hitam, dan orang yang melakukan puasa putih ini tidak diperbolehkan melakukan ibadah apalagi mengingat Tuhan, karena bila pelaku puasa putih melanggar syarat itu maka tubuhnya seketika akan merasa sakit luar biasa, tulang-tulangnya terasa seperti remuk.Meskipun selama tiga sembilan hari puasa, Kania hanya mengkonsumsi nasi putih dan air putih saja, tetapi Kania merasa semakin bugar dan selama itu pula dia merasakan tubuhnya seperti mendapatkan kekuatan yang luar biasa dan kepekaannya terhadap mereka yang tak kasat mata pun semakin meningkat.Dan, di hari ini tepatnya malam ini adalah puncak dari puasa yang dilakukannya, sebab akan ada ritual akbar antara dirinya dan Raden Mahesa, Kania merasa sedikit tegang d

    Last Updated : 2022-01-16
  • Santet Pengantin   Part 57

    Kania menatap Kirana lama, diam-diam Kania memuji kehebatan Raden Mahesa yang sudah berhasil menundukkan Kirana sehingga mau menjadi abdinya yang setia, 'Kirana, maafkan aku selama beberapa waktu ini tidak pernah memberimu tumbal, tapi setelah ini aku akan menebusnya.'"Tidak usah, Kania. Kau tidak perlu lagi menebus tumbal-tumbal itu, setelah aku menjadi abdi Raden Mahesa, aku tidak pernah lagi kekurangan. Walau pun kau tidak memberiku tumbal dalam jangka waktu yang lumayan lama. Sekarang, aku mau pergi dulu, Kania. Raden, aku pergi dulu." Kirana mengundurkan diri dari kamar Kania menuju ke sebuah tempat yang selama beberapa bulan ini menjadi tujuannya mencari mangsa.Setelah kepergian Kirana, perlahan-lahan Raden Mahesa berjalan mengelilingi Kania, dihidunya bau harum tubuh perempuan itu, bau harum bunga kantil menambah besar keinginannya untuk segera menjadikan perempuan itu sebagai ratunya.Aura gelap Kania yang semakin bersinar pun menambah kuat hasrat raja

    Last Updated : 2022-01-16

Latest chapter

  • Santet Pengantin   113

    Hening menyelimuti ruangan. Hanya suara kayu yang berderak samar di tungku dan napas mereka yang terdengar. Asap dupa masih menguar tipis, namun bau anyir dari ritual tadi masih terasa menyesakkan. Arga menyandarkan tubuhnya ke dinding, matanya terpaku pada lantai. Wajahnya lelah, tapi sorot matanya penuh tekad. “Kita nggak bisa terus-terusan bertahan seperti ini,” katanya akhirnya. “Kalau kita nggak bergerak duluan, mereka yang akan menghancurkan kita.” Barda mengangguk, tangannya meraih segenggam garam dari mangkuk kecil di meja, menaburkannya ke lantai sambil berbisik pelan. “Wangsa Jagal bukan lawan biasa. Mereka bukan cuma sekte pemuja kegelapan, tapi juga penjaga kekuatan yang jauh lebih tua dari yang kita hadapi tadi.” Kania mengerutkan kening. “Kamu tahu siapa yang kita lawan, Barda?” Barda menarik napas panjang. “Aku pernah mendengar tentang mereka dari guruku dulu… Wangsa Jagal bukan sekadar kelompok manusia. Mereka memiliki darah keturunan penjaga gerbang antara d

  • Santet Pengantin   113

    Hening menyelimuti ruangan. Hanya suara kayu yang berderak samar di tungku dan napas mereka yang terdengar. Asap dupa masih menguar tipis, namun bau anyir dari ritual tadi masih terasa menyesakkan. Arga menyandarkan tubuhnya ke dinding, matanya terpaku pada lantai. Wajahnya lelah, tapi sorot matanya penuh tekad. “Kita nggak bisa terus-terusan bertahan seperti ini,” katanya akhirnya. “Kalau kita nggak bergerak duluan, mereka yang akan menghancurkan kita.” Barda mengangguk, tangannya meraih segenggam garam dari mangkuk kecil di meja, menaburkannya ke lantai sambil berbisik pelan. “Wangsa Jagal bukan lawan biasa. Mereka bukan cuma sekte pemuja kegelapan, tapi juga penjaga kekuatan yang jauh lebih tua dari yang kita hadapi tadi.” Kania mengerutkan kening. “Kamu tahu siapa yang kita lawan, Barda?” Barda menarik napas panjang. “Aku pernah mendengar tentang mereka dari guruku dulu… Wangsa Jagal bukan sekadar kelompok manusia. Mereka memiliki darah keturunan penjaga gerbang antara d

  • Santet Pengantin   112

    “Lalu dia apa?” Arga menatap curiga. “Dia adalah Wangsa Jagal,” jawab Barda. “Makhluk yang lahir dari rasa dendam, kemarahan, dan rasa kehilangan yang mendalam."Arga menelan ludah. “Jadi... makhluk itu muncul karena…?”“Karena jiwa Rasti yang belum tenang,” Barda menatap mereka penuh makna. “Dan jika kalian tidak cepat bertindak… arwah Rasti yang asli akan terseret… menjadi bagian dari kegelapan itu.”Di balik bayang-bayang malam, sosok menyerupai Rasti berjongkok di tanah, mencakar-cakar bumi dengan jari-jarinya yang kurus dan hitam. “Aku akan kembali…” suaranya bergetar, penuh kebencian. “Aku akan membuat mereka merasakan rasa sakit yang sama…” Sosok itu menengadah, matanya bersinar merah membara. “Aku akan membuat mereka membayar… dengan nyawa mereka."Malam kembali turun, menyelimuti desa dengan keheningan yang mencekam. Kania dan Arga duduk di beranda rumah Barda, menunggu sang paranormal menyelesaikan persiapannya. Cahaya lampu minyak berkelip samar, menambah kesan mura

  • Santet Pengantin   111

    Sosok yang menyerupai Rasti melesat ke arah mereka dengan kecepatan yang tidak wajar. Nafas Rahayu terhenti, tubuhnya menegang dalam pelukan Roy. “Minggir!” bentak Kania. Dengan cepat, Kania mendorong Roy dan Rahayu ke samping. Bayangan mengerikan itu melesat melewati mereka, nyaris mencengkeram bahu Rahayu. Namun Kania lebih sigap. Dengan sejumput garam yang selama ini ia simpan di sakunya, ia menebarkannya ke arah bayangan itu. SRAAKK!Sosok yang menyerupai Rasti berteriak nyaring. Tubuhnya mengerut, kulit pucatnya mengelupas, memperlihatkan lapisan hitam berlendir di bawahnya. Matanya, yang tadinya bersinar merah, kini mendidih seperti darah mendidih. “Kau akan membayar ini…” desisnya sebelum menghilang dalam kabut kelam yang menyesakkan. Suasana mendadak senyap. Hanya suara napas Rahayu yang terdengar, tersengal-sengal seperti orang yang baru keluar dari mimpi buruk. Roy membantu Rahayu duduk di sofa. Tubuh istrinya gemetar hebat. “Sayang… tenang… tenang…” Roy

  • Santet Pengantin   110

    Malam semakin larut, tetapi tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa tidur. Rahayu masih duduk di sofa, sesekali menggigil meskipun Roy sudah menyelimutinya. Tatapannya kosong, pikirannya penuh dengan suara yang tadi ia dengar—suara yang seharusnya tidak mungkin ada. Roy sendiri berusaha menenangkan dirinya. Sebagai seorang pria yang selalu berpikir logis, semua ini sulit ia terima. Tetapi ia tidak bisa menyangkal kenyataan. Mereka melihat sesuatu. Mereka mendengar sesuatu. Dan sekarang… mereka tidak tahu apakah itu akan kembali atau tidak. Di sudut ruangan, Kania berdiri sambil menatap langit malam di luar jendela. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi ia bisa merasakan sesuatu di luar sana. Sesuatu yang belum pergi. Arga, yang sejak tadi diam, akhirnya bangkit dari duduknya. “Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.” Roy mengerutkan kening. “Maksudmu?” Arga menatap mereka semua. “Apa yang kita hadapi ini bukan sekadar arwah penasaran. Kalau memang Rasti masih

  • Santet Pengantin   109

    Keheningan yang mencekam menggantung di udara.Ruangan yang tadinya dipenuhi bisikan dan suara tawa menyeramkan kini terasa sunyi. Namun, hawa dingin yang menyelimuti mereka belum sepenuhnya pergi.Arga masih terduduk di lantai, merasakan sisa-sisa nyeri akibat hantaman keras tadi. Napasnya masih berat, pikirannya kacau. Ia mengalihkan pandangannya ke Kania, yang masih berdiri tegap dengan belati di tangannya.Kania tetap waspada, matanya mengitari ruangan, seakan mencari tanda-tanda keberadaan sosok tadi.Rahayu masih terisak di sudut ruangan, sementara Roy berdiri kaku di sampingnya. Wajahnya pucat, tangannya bergetar.Ia tidak pernah percaya pada hal-hal seperti ini sebelumnya. Tapi kini?**Ia baru saja melihat putrinya yang telah mati… atau sesuatu yang menyerupainya.**

  • Santet Pengantin   108

    Cahaya lilin kembali berkedip-kedip, menciptakan bayangan menari di dinding yang seakan hidup. Sosok itu masih berdiri di sana—diam, tetapi keberadaannya memenuhi ruangan dengan hawa dingin yang menyesakkan. Rahayu semakin erat mencengkeram lengan Roy, tubuhnya gemetar. “T-tidak… Ini tidak mungkin…” suaranya nyaris tak terdengar. Roy menelan ludah, otot-ototnya menegang. Ia ingin melindungi istrinya, tetapi tubuhnya terasa berat, seakan sesuatu menahannya. Arga masih terpaku di tempatnya. Matanya tidak bisa lepas dari sosok itu. Wujud itu memang terlihat seperti Rasti… tapi ada sesuatu yang sangat salah. Wajah itu. Saat masih hidup, Rasti memiliki tatapan tajam penuh emosi. Tapi yang berdiri di hadapan mereka sekarang hanya memiliki mata kosong, merah membara, seakan dipenuhi api neraka yang berpendar dalam kegelapan. "Kau pikir ini sudah berakhir, Arga?" Suara itu menggema, lebih berat, lebih dalam. Lalu… ia mulai melangkah. Bukan dengan cara manusia berjalan. Tetap

  • Santet Pengantin   107

    Suasana di dalam rumah duka semakin terasa berat. Waktu seolah berhenti, meninggalkan hanya isak tangis yang menggema di antara dinding.Rahayu masih terisak, wajahnya basah oleh air mata, sementara Roy tetap duduk diam, menatap lantai dengan pandangan kosong.Arga tak mengatakan apa-apa lagi. Semua yang perlu ia sampaikan sudah keluar. Namun, di dalam dirinya, perasaan bersalah tetap menyelubungi.Kania masih berdiri di sudut ruangan, diam-diam memperhatikan ekspresi Arga. Ada sesuatu dalam tatapannya—sebuah kehampaan yang begitu dalam, seolah ia telah kehilangan lebih dari sekadar istri.Namun, ketegangan belum sepenuhnya reda.Sebuah suara lirih akhirnya keluar dari mulut Rahayu.“Jika Rasti memang sudah... pergi, kenapa aku masih bisa merasakannya?”Arga menoleh,

  • Santet Pengantin   106

    Langit kelabu seolah berduka, menurunkan gerimis yang tipis namun dingin. Angin membawa aroma tanah basah, menyelimuti pemakaman dengan kesunyian yang berat.Sejumlah orang berpakaian hitam berdiri di sekitar pusara yang masih merah, menundukkan kepala. Payung-payung terbuka, melindungi mereka dari hujan, tapi tidak bisa melindungi hati mereka dari luka yang menganga.Kania berdiri di antara mereka, tanpa payung, membiarkan hujan membasahi wajahnya yang sudah dipenuhi air mata.Di depannya, Arga berdiri kaku, tatapannya kosong. Ia tak berkedip saat tanah perlahan menutupi peti Lilian. Di sampingnya, Darma hanya terdiam, wajahnya mengeras seperti batu, tapi tangan yang mengepal menunjukkan emosi yang ia tahan mati-matian.Kania tidak bisa menatap mereka lama-lama. Terutama Darma.Ia tahu, di mata Darma, dirinya adalah penyebab semua ini.Ketika doa terakhir selesai dibacakan, satu per satu orang mulai beranjak pergi. Beberapa menyentuh bahu Arga dengan lembut, memberi dukungan dalam di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status