Share

Part 54

Penulis: Maylafaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-14 04:41:31

Sementara itu di dalam sebuah ruangan kerja di Restoran Makanan Jepang Shibuya yang berada di sebuah mal ternama di Jakarta, tampak seorang perempuan yang tengah menatap layar ponsel miliknya dengan tatapan masih tidak percaya, di layar ponsel itu terpampang nyata video-video yang berisikan suaminya tengah merayu sekretaris pribadinya untuk menjadi istri muda atau hanya sekedar menjadi simpanan dan pacar gelapnya saja bila gadis cantik itu tidak mau.

Merasa geram dengan apa yang dilihatnya, perempuan itu lalu menghubungi salah satu kenalannya seorang ahli telematika untuk membuktikan video-video tersebut asli atau editan. Setelah mendapat jawaban bahwa video-video tersebut asli, perempuan itu langsung menghubungi seorang detektif swasta yang sudah menjadi langganan keluarganya, dan meminta detektif swasta itu untuk menjauhkan perempuan muda itu dari suaminya dengan cara apa pun juga, tetapi dengan syarat tidak mencelakai gadis belia tersebut.

<
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Santet Pengantin   Part 55

    Dan, terjadilah peristiwa laknat itu, yang pada akhirnya hanya menyisakan isakan tangis kebencian dan ketakutan Sasti, hingga membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidup setelah tiga tahun harus dirawat di pusat rehabilitasi jiwa.Sejak dirawat di pusat rehabilitasi jiwa, Sasti memang lebih senang berada di dalam kamarnya, kamar yang memiliki nuansa khas rumah sakit, dengan sprei putih seperti kebanyakkan warna sprei yang dipakai oleh semua rumah sakit, tetapi memiliki jendela berteralis besi yang sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dirusak.Walau pun dirinya setiap harinya mengikuti berbagai kegiatan konseling dan lain-lain yang bertujuan mengembalikan kesehatan jiwanya. Tetapi rupanya ada satu kondisi Sasti yang luput dari perhatian mereka, kondisi itu adalah di mana Sasti mulai bisa berhalusinasi melihat satu sosok bayangan hitam tanpa wajah yang selalu berbincang-bincang dengan dirinya setiap malam. Dan, hal itu baru diketahui oleh

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-14
  • Santet Pengantin   Part 56

    Masa sekarangHari ini adalah hari ke empat puluh, Kania melakukan puasa putih, puasa yang tidak pernah ada dalam ajaran Islam, karena puasa putih atau mutih ini hanya dikenal dikalangan penganut kejawen dan praktisi supranatural yang sedang mendalami ilmu hitam, dan orang yang melakukan puasa putih ini tidak diperbolehkan melakukan ibadah apalagi mengingat Tuhan, karena bila pelaku puasa putih melanggar syarat itu maka tubuhnya seketika akan merasa sakit luar biasa, tulang-tulangnya terasa seperti remuk.Meskipun selama tiga sembilan hari puasa, Kania hanya mengkonsumsi nasi putih dan air putih saja, tetapi Kania merasa semakin bugar dan selama itu pula dia merasakan tubuhnya seperti mendapatkan kekuatan yang luar biasa dan kepekaannya terhadap mereka yang tak kasat mata pun semakin meningkat.Dan, di hari ini tepatnya malam ini adalah puncak dari puasa yang dilakukannya, sebab akan ada ritual akbar antara dirinya dan Raden Mahesa, Kania merasa sedikit tegang d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Santet Pengantin   Part 57

    Kania menatap Kirana lama, diam-diam Kania memuji kehebatan Raden Mahesa yang sudah berhasil menundukkan Kirana sehingga mau menjadi abdinya yang setia, 'Kirana, maafkan aku selama beberapa waktu ini tidak pernah memberimu tumbal, tapi setelah ini aku akan menebusnya.'"Tidak usah, Kania. Kau tidak perlu lagi menebus tumbal-tumbal itu, setelah aku menjadi abdi Raden Mahesa, aku tidak pernah lagi kekurangan. Walau pun kau tidak memberiku tumbal dalam jangka waktu yang lumayan lama. Sekarang, aku mau pergi dulu, Kania. Raden, aku pergi dulu." Kirana mengundurkan diri dari kamar Kania menuju ke sebuah tempat yang selama beberapa bulan ini menjadi tujuannya mencari mangsa.Setelah kepergian Kirana, perlahan-lahan Raden Mahesa berjalan mengelilingi Kania, dihidunya bau harum tubuh perempuan itu, bau harum bunga kantil menambah besar keinginannya untuk segera menjadikan perempuan itu sebagai ratunya.Aura gelap Kania yang semakin bersinar pun menambah kuat hasrat raja

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Santet Pengantin   Part 58

    "Tentu saja bisa, karena kita akan menikah sekarang dan kau akan menjadi permaisuri kerajaan Mahasura ini. Sekarang tutuplah matamu, Ratuku." Mahesa memerintahkan Kania untuk menutup matanya dan dia pun mulai mencumbui Kania.Kania pun menuruti perintah Mahesa, dia begitu menikmati cumbuan Mahesa, untuk sejenak dia merasakan ada sesuatu yang menari-nari di wajahnya, rasanya begitu lembut, basah dan hangat, meninggalkan sensasi geli luar biasa.Dengan perlahan sesuatu itu bergerak ke arah lehernya yang putih. Di sana, sesuatu itu memberi banyak tanda merah sebagai arti kepemilikkan dirinya atas Kania, setelah merasa puas bermain di leher Kania, dia bergerak ke dada Kania dan bermain cukup lama di sana, memberi sensasi geli, menimbulkan gairah syahwat yang telah lama sengaja dipendam oleh Kania."Ugh ... Raden ... Mahesa ... puaskan aku ... Mahesa ...." Kania mulai meracau karena gairah yang mulai terbakar, nafasnya mulai tersengal-sengal menahan gairah yang meled

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Santet Pengantin   Part 59

    Sementara itu di Mahasura, kerajaan para lelembut, tampak Raden Mahesa sedang duduk termenung di singgasananya. Raja para lelembut yang usianya sudah ribuan tahun itu sedang memikirkan Kania, istri manusia ke duanya setelah Lakeswari, perempuan separuh abad yang selama ini selalu setia membantunya mencari orang-orang yang sedang di mabuk asmara tetapi tidak ingin repot dalam memperjuangkan cintanya, dan juga mereka yang sakit hati setelah cintanya ditolak orang yang mereka cintai.Dulu bagi Mahesa, tidak ada manusia satu pun yang mampu berkorban seperti Nyai Lakeswari, tetapi setelah bertemu dengan Kania, hatinya bergetar begitu hebat. Bagai terhipnotis, Mahesa merasakan cinta yang luar biasa kepada Kania, bahkan dia rela mengorbankan dirinya asalkan wanita itu bahagia, satu hal yang tidak pernah dia rasakan kepada Nyai Lakeswari."Raden. Raden, sedang memikirkan apa? Raden teringat pada manusia perempuan itu? Raden jatuh cinta padanya? Sehebat apa perempuan itu melaya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Santet Pengantin   Part 60

    Setelah beberapa lama, Nyai Lakeswari berpamitan kepada Mahesa untuk kembali ke dunia manusia, sebelum pergi tidak lupa dia meninggalkan pesan supaya Mahesa jangan sampai jatuh cinta kepada Kania, apabila dirinya masih ingin selamat.Mahesa mengangguk tanda setuju, karena bagaimanapun juga permasalahannya dengan Nyai Lakeswari, Mahesa tidak ingin mencelakakan ratunya.Sambil beranjak pergi meninggalkan Mahasura, Nyai Lakeswari menyusun satu rencana untuk Kania. Karena tanpa diberi tahu siapapun sebenarnya Nyai Lakeswari sudah mengetahui apa yang terjadi antara Raden Mahesa dan Kania. Nyai Lakeswari berkeinginan menjadikan Kania sebagai penerusnya, sebab Nyai Lakeswari sangat tertarik dengan aura gelap yang dimiliki oleh Kania, sangat gelap, mempesona tetapi mampu menipu musuh untuk mendekat dan membunuh musuh dengan perlahan.'Kania ... aku sudah tahu apa yang terjadi antara kau dan Raden Mahesa tadi malam, sekarang aura kegelapan milikmu semakin kuat, makin mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Santet Pengantin   Part 61

    Di Perumahan Pondok Indah tempat tinggal Arga dan Rasti.Beberapa bulan sejak Rasti melakukan ritual pemasangan susuk emas dan ritual nikah jin, rumah tangga Rasti dan Arga terlihat baik-baik saja dan semakin mesra saja, hanya ada beberapa perubahan saja yang tampak begitu mencolok. Rasti yang biasanya tidak tampak digandrungi banyak lelaki, sekarang mendadak menjadi sangat populer di kalangan pria manapun yang dia jumpai saat bepergian. Bahkan tak sedikit dari lelaki-lelaki hidung belang itu berani meminta berkenalan dengan dirinya meski ada Arga berdiri di sampingnya.Arga yang lama kelamaan merasa jengah dengan situasi itu menegur Rasti supaya tidak terlalu mencari perhatian lelaki selain dirinya, tetapi teguran Arga itu diacuhkan Rasti karena dia merasa senang dengan aneka perhatian yang diterimanya, hingga hal itu kembali memicu petengkaran antara mereka."Rasti! Sebagai imammu, aku tidak suka melihatmu menerima semua perhatian yang terlalu berlebihan dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Santet Pengantin   Part 62

    "Ih, Mas Arga nggak usah terlalu lebay deh. Masa cuma kaya gitu aja l main larang aku pergi sih! Lagipula Mas Arga juga tahu kan, dari dulu aku selalu pakai baju yang seperti ini. Aku nggak biasa kalau harus pakai baju yang panjang-panjang, panas tahu!" Rasti memprotes Arga yang mulai melarangnya keluar rumah dan juga harus memakai baju panjang bila bepergian."Kamu bilang aku lebay?! Aku ini suamimu! Laki-laki yang bertanggungjawab penuh atas semua perbuatanmu, ucapanmu dan pakaianmu, aku yang akan menanggung dosanya bila kau seenaknya! Dan yang seperti itu kamu bilang, aku lebay?! Di mana akalmu, Rasti!" Nada suara Arga mulai meninggi mendengar sebutan lebay yang ditujukan kepadanya.Usai mengutarakan kata hatinya, Arga pergi meninggalkan Rasti sendirian. Arga sungguh tidak habis pikir dengan istrinya, yang dengan sangat mudah mengatakan bahwa dirinya terlalu lebay karena telah meminta wanita itu memakai pakaian yang lebih tertutup saat keluar rumah.Untuk beb

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20

Bab terbaru

  • Santet Pengantin   109

    Keheningan yang mencekam menggantung di udara.Ruangan yang tadinya dipenuhi bisikan dan suara tawa menyeramkan kini terasa sunyi. Namun, hawa dingin yang menyelimuti mereka belum sepenuhnya pergi.Arga masih terduduk di lantai, merasakan sisa-sisa nyeri akibat hantaman keras tadi. Napasnya masih berat, pikirannya kacau. Ia mengalihkan pandangannya ke Kania, yang masih berdiri tegap dengan belati di tangannya.Kania tetap waspada, matanya mengitari ruangan, seakan mencari tanda-tanda keberadaan sosok tadi.Rahayu masih terisak di sudut ruangan, sementara Roy berdiri kaku di sampingnya. Wajahnya pucat, tangannya bergetar.Ia tidak pernah percaya pada hal-hal seperti ini sebelumnya. Tapi kini?**Ia baru saja melihat putrinya yang telah mati… atau sesuatu yang menyerupainya.**

  • Santet Pengantin   108

    Cahaya lilin kembali berkedip-kedip, menciptakan bayangan menari di dinding yang seakan hidup. Sosok itu masih berdiri di sana—diam, tetapi keberadaannya memenuhi ruangan dengan hawa dingin yang menyesakkan. Rahayu semakin erat mencengkeram lengan Roy, tubuhnya gemetar. “T-tidak… Ini tidak mungkin…” suaranya nyaris tak terdengar. Roy menelan ludah, otot-ototnya menegang. Ia ingin melindungi istrinya, tetapi tubuhnya terasa berat, seakan sesuatu menahannya. Arga masih terpaku di tempatnya. Matanya tidak bisa lepas dari sosok itu. Wujud itu memang terlihat seperti Rasti… tapi ada sesuatu yang sangat salah. Wajah itu. Saat masih hidup, Rasti memiliki tatapan tajam penuh emosi. Tapi yang berdiri di hadapan mereka sekarang hanya memiliki mata kosong, merah membara, seakan dipenuhi api neraka yang berpendar dalam kegelapan. "Kau pikir ini sudah berakhir, Arga?" Suara itu menggema, lebih berat, lebih dalam. Lalu… ia mulai melangkah. Bukan dengan cara manusia berjalan. Tetap

  • Santet Pengantin   107

    Suasana di dalam rumah duka semakin terasa berat. Waktu seolah berhenti, meninggalkan hanya isak tangis yang menggema di antara dinding.Rahayu masih terisak, wajahnya basah oleh air mata, sementara Roy tetap duduk diam, menatap lantai dengan pandangan kosong.Arga tak mengatakan apa-apa lagi. Semua yang perlu ia sampaikan sudah keluar. Namun, di dalam dirinya, perasaan bersalah tetap menyelubungi.Kania masih berdiri di sudut ruangan, diam-diam memperhatikan ekspresi Arga. Ada sesuatu dalam tatapannya—sebuah kehampaan yang begitu dalam, seolah ia telah kehilangan lebih dari sekadar istri.Namun, ketegangan belum sepenuhnya reda.Sebuah suara lirih akhirnya keluar dari mulut Rahayu.“Jika Rasti memang sudah... pergi, kenapa aku masih bisa merasakannya?”Arga menoleh,

  • Santet Pengantin   106

    Langit kelabu seolah berduka, menurunkan gerimis yang tipis namun dingin. Angin membawa aroma tanah basah, menyelimuti pemakaman dengan kesunyian yang berat.Sejumlah orang berpakaian hitam berdiri di sekitar pusara yang masih merah, menundukkan kepala. Payung-payung terbuka, melindungi mereka dari hujan, tapi tidak bisa melindungi hati mereka dari luka yang menganga.Kania berdiri di antara mereka, tanpa payung, membiarkan hujan membasahi wajahnya yang sudah dipenuhi air mata.Di depannya, Arga berdiri kaku, tatapannya kosong. Ia tak berkedip saat tanah perlahan menutupi peti Lilian. Di sampingnya, Darma hanya terdiam, wajahnya mengeras seperti batu, tapi tangan yang mengepal menunjukkan emosi yang ia tahan mati-matian.Kania tidak bisa menatap mereka lama-lama. Terutama Darma.Ia tahu, di mata Darma, dirinya adalah penyebab semua ini.Ketika doa terakhir selesai dibacakan, satu per satu orang mulai beranjak pergi. Beberapa menyentuh bahu Arga dengan lembut, memberi dukungan dalam di

  • Santet Pengantin   105

    Darah membanjiri tanah.Tubuh Kania gemetar. Nafasnya tersengal. Luka di perutnya menganga, mengalirkan cairan merah yang tak henti-hentinya.Matanya kabur, kepalanya pening.Dia seharusnya mati.Seharusnya…Tapi, di depan matanya—Darma yang kini telah berubah menjadi makhluk kegelapan tengah menatapnya dengan senyum menyeramkan.Di sampingnya, Rasti berdiri penuh kemenangan.“Kau sudah selesai, Kania,” ujar Rasti dengan nada penuh kepuasan. “Terimalah takdirmu. Tak ada lagi yang bisa menolongmu.”Kania mengatupkan giginya.Tidak.Aku belum kalah.&nb

  • Santet Pengantin   104

    Lorong itu menjadi saksi keheningan yang mencekik.Sisa energi dari tubuh Lilian masih berpendar di udara, bercampur dengan bayangan yang kini berputar liar, seperti haus akan korban baru. Darma masih membeku, tangannya gemetar di atas lantai yang dingin."Lilian..." Namanya meluncur dari bibirnya seperti doa yang tertunda—sebuah panggilan yang tak akan pernah dijawab lagi. Arga mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Brengsek!"Matanya menatap Rasti—atau makhluk yang kini bersemayam dalam tubuh Rasti—dengan api amarah yang menyala-nyala.Tapi sebelum Arga bisa bergerak, Kania sudah lebih dulu maju.Wajahnya berubah. Bukan lagi ketakutan. Bukan lagi keraguan.Hanya dendam.Dan sesuatu yang lebih gelap dari itu. "Aku akan menghabisimu." Suara Kania lirih, tetapi menggetarkan udara di sekitar mereka. Makhluk dalam tubuh Rasti hanya menyeringai."Oh? Apa kau benar-benar yakin, Kania? Aku sudah mengambil satu. Kau mau jadi yang berikutnya?"DUARRR!!Kania tidak menjawab dengan

  • Santet Pengantin   103

    Lorong itu meledak dalam lautan energi ghoib.Cahaya ungu dan kegelapan pekat saling menghantam, menciptakan dentuman yang mengguncang tanah hingga serpihan batu berjatuhan dari langit-langit.Lilian dan Darma masih terperangkap dalam jeratan bayangan hitam."AAARGHHH!!!"Lilian berteriak, tubuhnya bergetar hebat saat sesuatu merasuk ke dalam dirinya. Bayangan itu bukan hanya mencengkeram, tapi menyusup ke dalam darahnya, merayapi sarafnya seperti racun.Mata Lilian melotot, berubah pekat seiring jeritan pilunya. "Darma!" Arga berlari, nekat menerjang kegelapan untuk menarik Lilian keluar. Tapi begitu tangannya menyentuh kulit Lilian, sesuatu menghantamnya dengan keras. DUARR!!Tubuh Arga mental ke belakang, terpelanting hingga menghantam batu dengan suara keras. Sementara itu, Darma masih tersekap dalam pusaran bayangan yang menyedotnya lebih dalam. "TIDAK! AKU... AKU TIDAK AKAN TAKLUK!"Tapi suaranya semakin melemah. Bayangan itu mulai melilit erat tubuhnya seperti akar hidu

  • Santet Pengantin   102

    Lorong itu kini telah berubah menjadi medan perang.Energi hitam dan ungu berputar liar di udara, menghantam dinding-dinding batu hingga retak. Jeritan makhluk-makhluk tak kasatmata bergema, seolah ikut merayakan kebangkitan sesuatu yang lebih besar. Di tengah pusaran kekacauan itu, Rasti dan Kania saling berhadapan. Tapi kini, sesuatu yang lain ikut masuk ke dalam permainan. Dari dalam tubuh Rasti, sosok raksasa dengan mata merah menyala semakin keluar. Tangannya yang hitam pekat mencengkeram tubuh Rasti, seolah ingin merobeknya dari dalam. Rasti berusaha melawan, tubuhnya bergetar hebat. “Tidak… aku yang mengendalikanmu! Aku yang berkuasa di sini!” Makhluk itu tertawa pelan, suaranya dalam dan bergema di segala arah. “Kau? Mengendalikan aku?”“Tidak, Rasti. Kini, akulah yang mengendalikanmu.” BRAK!Tiba-tiba, tubuh Rasti mencelat ke belakang, menghantam dinding dengan keras. Darah hitam menyembur dari bibirnya, dan seketika aura di sekelilingnya berubah. Dia bukan lagi Ras

  • Santet Pengantin   101

    Lorong itu telah lenyap. Yang tersisa hanyalah kegelapan yang seolah bernapas, berdenyut, menelan segala yang ada di dalamnya. Di tengah kehampaan itu, dua sosok berdiri berhadapan—Kania dan Rasti. Atau lebih tepatnya, dua entitas yang kini mengendalikan mereka. Arga, Lilian, dan Darma tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tersekap dalam ruang gelap yang seakan membekukan waktu. Nafas mereka tersengal, tubuh mereka terasa berat seolah ada ribuan tangan tak kasatmata yang menahan mereka tetap diam. Sementara itu, dua entitas yang menguasai Kania dan Rasti mulai bergerak. Rasti tersenyum tipis, atau lebih tepatnya makhluk di dalam dirinya. “Seharusnya kau tahu… tak ada tempat untuk dua penguasa dalam satu dunia.” Kania, dengan tatapan yang kini lebih tajam dan penuh keangkuhan, tersenyum sinis. “Dan seharusnya kau tahu… aku tidak pernah suka berbagi.” Udara di antara mereka bergetar. Kemudian, semuanya terjadi dalam sekejap. Bayangan pertama melesat.Sosok-sosok hitam men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status