author-banner
Maylafaisha
Maylafaisha
Author

Novels by Maylafaisha

Misteri Rumah Nomor 13

Misteri Rumah Nomor 13

"Dasar wanita jalang! Kamu tidak pantas untuk hidup, kamu harus mati! Mati! Mati!" Terdengar sumpah serapah dari dalam sebuah rumah mewah yang berada di dekat sebuah perkebunan karet. "Tidak! Tidak! Jangan, saya tidak bersalah. Jangan bunuh saya, tolong jangan bunuh saya," pinta seorang wanita muda sambil mengesot menjauh. "Jangan lari kau, Jalang! Perempuan sundal sepertimu itu lebih baik menjadi penghuni neraka," caci seorang lelaki pada seseorang. Sebastiaan menatap puas tembok di depannya yang kini sudah berubah warna dengan semburat warna merah. Lelaki itu tertawa sambil memiringkan bibirnya seraya bergumam sendiri. "Sudah kubilang, jangan pernah berani bermain api denganku jika kau ingin selamat. Tapi, sayangnya kau tak percaya dengan semua ucapanku. Kau sudah kubereskan, tinggal laki-laki yang sudah berani menyentuhmu itu saja lagi yang harus kuselesaikan." Semenjak kejadian itu, suasana perkebunan itu menjadi suram dan mencekam, terlebih ketika rumah itu dijadikan tempat tinggal seorang resesi Perang Dunia II beserta istrinya dan pada akhirnya ditemukan sudah membusuk di dalam rumah itu, tidak ada satupun yang berani berbuat macam-macam meskipun hanya sekedar bercanda. Hingga berpuluh tahun kemudian, ketika ada serombongan kecil mahasiswa yang datang karena ingin mendaki gunung dan malah tersesat di rumah milik Sebastiaan Van de Kroft tersebut dan tidak bisa keluar lagi Suasana mencekam begitu terasa di rumah itu, terlebih saat satu per satu dari mereka harus menerima berbagai teror yang membahayakan nyawa.
Read
Chapter: bab 40
Melihat hal itu, Baim tidak dapat lagi menahan rasa mual yang dia rasakan. Di detik berikutnya, Baim memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak terlalu banyak. Setelah berhasil menguras habis semuanya, dengan tenaga yang hanya tersisa sedikit, pemuda itu mengajak Alma dan Aldi keluar dari tempat itu. "Tunggu, apa itu? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku menyusul. " Aldi yang melihat beberapa buah gulungan di bawah tumpukan pakaian Andin dan Rusdi pun bergegas mengambilnya dan membawanya keluar menyusul adik dan sahabatnya sambil menatap nanar ke arah mayat kedua sahabatnya yang begitu mengerikan. Setelah Aldi dan dua temannya bergegas keluar dari rumah nomor tiga belas, mereka merasa gemetar dan cemas. Aldi memegang gulungan-gulungan tersebut, dan begitu mereka berada di luar, dia membukanya. Gulungan-gulungan itu berisi sejumlah dokumen dan catatan rahasia. Dalam catatan-catatan itu, terkuaklah rahasia besar yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tersebut.Merek
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 39
"Astaga, Al! Lihat ini, kalian harus melihat ini sekarang! Kalian tidak akan mempercayainya!" Baim berteriak memanggil Alma dan Aldi, sementara Rusdi terkulai lemas di atas jasad Andin dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka menganga di lehernyaAlma dan Aldi yang sempat saling pandang satu sama lain langsung mendatangi Baim yang masih heboh menunjuk ke sebuah arah, lebih tepatnya ke bawah tubuh kedua teman mereka tersebut. Kedua remaja tujuh belas tahun itu tersentak kaget, Andin bahkan berteriak lalu menangis saat dirinya melihat apa yang terpampang di depan matanya. "Astaga, Rusdi! Kenapa kamu dan Andin bisa melakukan hal semenjijikan ini di sini, bahkan kalian berdua menjadi gancet dan tidak bisa dipisahkan lagi." Aldi mengusap wajahnya kasar sambil mengentakkan kaki kanannya geram. "Terus bagaimana ini, Al? Apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" tanya Baim pada Alma yang masih terlihat syok dengan apa yang sudah dilakukan kedua sahabat mereka.
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 38
Aldi yang berada paling depan otomatis bergerak mundur dengan perlahan, diikuti oleh Alma dan Baim yang sempat terhipnotis dengan sosok bayangan hitam tersebut"Al, kita balik aja, yuk. Aku takut," bisik Baim pada Alma yang berada di depannya. "Ssstt, aku juga takut, Im. Tapi, kita tidak bisa balik lagi, kalau kita balik bagaimana nasib Andin dan Rusdi," kata Alma yang juga berbisik. Baim menghela napasnya dalam, di dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabat karibnya itu. "Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita lanjutkan lagi," sambung Baim masih dengan berbisik. "Sabar, kita tunggu dulu sampai bayangan itu menghilang, baru kita bergerak lagi." Kali ini Aldi ikut menimpali. Alma dan Baim menganggu, mereka kembali bergeser mundur dengan sangat perlahan hingga akhirnya makhluk tak kasat mata yang mengerikan itu menghilang dari pandangan.Setelah memastikan makhluk astral itu benar-benar tidak ada lagi, barulah mereka bergerak maju kembali dengan langkah tak kalah pelan de
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 37
Alma dan Aldi spontan memelototkan mata mereka ke arah BaIm yang masih tertawa konyol. Tatapan tajam kedua sahabatnya, rupanya mampu membuat tawa Baim hilang dari bibirnya. Pemuda yang terkadang gemar bergaya seperti wanita itu kontan menunduk dan meminta maaf karena kekonyolan yang sudah baru saja dia lakukan. "Sekarang bukan waktunya bercanda, Im. Kami tau kamu pasti merasa tertekan dengan semua tekanan ini. Kami pun sama sepertimu tapi tolong jangan pernah menganggap remeh dunia tak kasat mata jika kau ingin selamat," tandas Alma. "Maafkan aku, Al. Aku hanya ingin kita bertiga tidak terlalu tertekan dengan semua ini, apalagi jika nantinya kita menjumpai Andin dan Rusdi dalam keadaan tidak seperti yang kita inginkan," ucap Baim lirih. "Maafkan aku, ya.""Huft, ya. Maafkan kami juga, Im. Sekarang lebih baik kita kembali fokus mencari Andin dan Rusdi, semoga saja mereka berdua dalam keadaan selamat."Baim dan Aldi mengangguk setuju, sebelum masuk ke dalam ruang bawah tanah lebih j
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 36
Alma, Aldi, dan Baim terus menyusuri ruang bawah tanah rumah mewah itu, mencari tahu keberadaan Andin dan Rusdi. Di tengah gelapnya lorong, suara aneh bergema di sekitar mereka, dan udara terasa semakin dingin. Mereka merasa bahwa sesuatu yang jahat mengintai di sana.Terdengar suara langkah mereka bergema di koridor gelap ruang bawah tanah. Lampu redup bergetar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding. Alma, Aldi, dan Baim terus berjalan, hati-hati memeriksa setiap sudut ruang.Saat mereka mendekati pintu yang terbungkus oleh aura misterius, Baim merasa bulu kuduknya merinding. "Apa yang kita cari di sini?" tanyanya, suaranya gemetar.Aldi yang mencoba menjaga ketenangan menjawab, "seperti rencana awal, kita mencari di mana Andin dan Rusdi. Kita sudah terlalu lama terpisah dari mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua."Mereka meraih gagang pintu dengan perasaan waspada. Saat pintu terbuka, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Di dal
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 35
Andin berusaha keras memisahkan diri dari Rusdi tetapi semuanya sia-sia belaka, sebab bukannya terlepas, mereka berdua malahan semakin menempel satu sama lain, milik Rusdi seakan terhisap begitu kuat oleh inti tubuh Andin. Mereka berdua bergerak ke sana-ke mari berusaha melepaskan inti tubuh masing-masing, tetapi hisapan itu semakin kuat seolah tidak ingin melepaskan milik Rusdi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu terus bergerak liar maju mundur, ke atas dan ke bawah berharap bisa terlepas. Erangan, desahan, dan desisan bercampur baur menjadi satu dengan keringat yang mengalir di tubuh mereka berdua. Keinginan untuk melepaskan diri, timbul tenggelam oleh kenikmatan haram yang mereka reguk bersama-sama. "Ugh, gila, Ndin. Kenapa ini rasanya enak sekali, meskipun agak sedikit sakit tapi rasa nikmatnya sungguh luar biasa," ucap Rusdi dengan napas tersengal oleh kenikmatan duniawi. "Huh, iya, Rus. Enaknya sungguh tak terperikan," jawab Andin. "Gerakan pinggulmu sedikit lebih cepa
Last Updated: 2024-03-26
Santet Pengantin

Santet Pengantin

Kania, Arga dan Rasti adalah tiga sahabat sebelum akhirnya sebuah dendam masa lalu merubah persahabatan mereka menjadi sebuah malapetaka. Apakah Rasti menuntaskan dendamnya atau malah menjadi korban atas dendamnya ataukah akan ada korban yang mendendam dan balik mendendam kepadanya? Lalu bagaimanakah akhir hubungan Kania, Arga dan Rasti? Akankah mereka terlibat cinta segitiga? Atau malah bermusuhan karena dendam masa lalu itu? Daripada penasaran, kuy baca dan ikuti Dendam Kania di sini. Jangan lupa komen dan like buat semangat penulis ya.
Read
Chapter: Part 93
[Iya, Pak. Saya mau kali ini bapak awasi Rasti, menantu saya. Saya curiga dia melakukan hal yang tidak baik di belakang Arga, anak laki-laki saya yang juga adalah suaminya.]Perintah Risa kepada Dino, detektif swasta berusia tiga puluh lima tahun.[Baik, Bu. Saya akan kerjakan tugas dari Bu Hartawan, untuk bukti-buktinya akan saya kirim langsung ke pesan singkat di aplikasi hijau milik ibu.]Jawab Dino dengan nada tegas dan yakin.[Oke, saya tunggu hasilnya. Uang mukanya sebanyak lima puluh persen sudah saya kirim langsung ke nomor rekening Pak Dino, sisanya akan saya transfer setelah semua beres.]Tulis Risa dalam pesan singkatnya, dan mengakhiri pesannya kepada Dino.[Baik, Bu. Terima kasih.]Tutup Dino, kemudian membuka sebuah pesan singkat lainnya yang berisi sebuah pemberitahuan dari m-banking bahwa isi rekeningnya telah bertambah lima belas juta rupiah.Usai mengirim pesan singkat kepada Dino, Risa Hartawan membuka galeri
Last Updated: 2022-03-31
Chapter: Part 92
Laki-laki di seberang gagang telepon itu terus tertawa, masih dengan tawanya yang mengejek, dia menunjukkan bahwa dirinya telah berhasil melakukan transfer melalui m-banking ke nomor rekening Rasti yang dia peroleh dari salah satu temannya yang pernah memakai jasa Rasti.[Seratus juta, tidak kurang. Malam ini, aku tunggu kedatanganmu di Hotel Permana Buana, lantai empat, kamar lima kosong satu. Awas kalau kau tidak datang!]Tandas laki-laki berwajah tampan itu, lalu menyebutkan nama sebuah hotel dan kamar di mana Rasti harus mendatanginya malam ini.[Aku pasti akan datang, dan aku jamin kau tidak akan merasa kehilangan uang yang telah kau bayarkan, karena aku pasti akan memberikan kepuasan kepadamu.]Ucap Rasti memberikan sebuah janji pada laki-laki yang mengaku bernama Henry itu.[Oke, ku tunggu kau jam tujuh malam ini ya, Beb. Jangan kecewakan aku.]Ucap lelaki itu sebelum memutuskan untuk mengakhiri sambungan panggilan videonya dengan Ras
Last Updated: 2022-03-31
Chapter: Part 91
"Untuk sementara ini, sepertinya nggak, Bu. Kania masih nggak berminat untuk dekat dengan lelaki, mereka hanya bisa menuduh tanpa berusaha membuktikan. Kania malas dengan laki-laki seperti itu, lebih percaya orang lain daripada pasangan sendiri," jelas Kania.Irvan dan Citra saling menatap, sekarang mereka tahu bahwa luka hati Kania belum sembuh, bahkan mungkin akan memakan waktu yang lama untuk hilang tanpa bekas.Citra memegang tangan Kania, dia merasa prihatin pada anak perempuannya yang selalu berusaha kuat dan tegar menjalani semuanya sendirian. Sementara Irvan menepuk-nepuk bahu kiri Kania, berusaha kembali menguatkan anak tercintanya. Kania tersenyum bahagia dengan perhatian kedua orang tuanya. Orang tua yang selalu berusaha mendukungnya, menguatkannya apa pun yang terjadi.Ting!Suara microwave menyadarkan mereka bertiga, Citra menarik tangannya dari atas tangan Kania, lalu beranjak mengambil makanan yang sudah matang dari dalam microwave.
Last Updated: 2022-03-31
Chapter: Part 90
Seminggu kemudian.Pagi ini, Kania sedang menunggu giliran masuk ke dalam pesawat, ketika tiba-tiba ada sebuah suara seorang perempuan tanpa sosok yang menyuruhnya pergi ke Banyuwangi, di hari ke lima belas dia di Bali nanti.'Kania ... datanglah ke Banyuwangi tepat di hari ke lima belas kunjunganmu ke Bali. Kita akan segera memulai perjanjian kita,' bisik suara tak kasat mata itu berulang kali.'Baiklah, aku akan datang untuk memenuhi perintahmu,' jawab Kania melalui telepati.Bertepatan dengan itu terdengar panggilan dari pengeras suara yang meminta seluruh penumpang pesawat Rajawali Air tujuan ke Bali supaya naik ke pesawat.Kania pun segera berdiri dan melangkah menuju ke pintu keberangkatan, kemudian melangkah masuk ke dalam bis yang akan membawanya ke tempat parkir pesawat yang akan ditumpanginya ke Bali.Kurang lebih satu jam setengah, Kania menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bali, akhirnya sampai juga dia di Bandara I Gusti Ngurah R
Last Updated: 2022-03-31
Chapter: Part 89
Kirana terbang ke rumpun bambu di depan rumah Lakeswari, dia menari-nari bahagia di sana."Sebentar lagi ... sebentar lagi, hihihihi." Kikikannya pecah menggelegar, menggema memekakkan telinga, membuat merinding siapa pun yang mendengar tawa kuntilanak merah itu.Kirana begitu gembira membayangkan bahwa dirinya nanti akan mendapatkan banyak tumbal segar dari Kania."Biarlah kali ini aku mengalah, meminum darah binatang pun tak mengapa untuk sementara waktu, karena sebentar lagi aku akan kembali merasakan segarnya darah dan enaknya daging makhluk-makhluk kecil yang ditumbalkan oleh Kania maupun oleh orang-orang yang meminta tolong padanya. Bersabarlah Kirana, semua akan berakhir tidak lama lagi. Hihihihi." Kembali terdengar suara kuntilanak merah itu mengikik keras di keheningan malam, meningkahi suara gemerisik daun-daun pucuk bambu yang saling bergesekkan menambah kengerian suasana malam itu.Sedetik kemudian tampak sekelebat satu bayangan merah terbang
Last Updated: 2022-03-23
Chapter: Bab 88
Sesampainya di kantor, Kania menyuruh Sita mengecek semua agenda pertemuan dengan klien maupun calon kliennya dalam beberapa waktu yang akan datang.Kania bermaksud meninggalkan semua keributan di Jakarta untuk menemui kedua orang tuanya di Bali.Setelah memastikan bahwa agendanya aman dan bisa dialih tugaskan kepada wakilnya, serta mengagenda ulang semua pertemuan yang tidak bisa ditinggalkannya dengan online meeting mulai minggu depan, Kania bergegas menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk di meja.[Sita, semua dokumen yang memerlukan persetujuan dariku sudah kutanda tangani.Ambil semuanya nanti di meja. Kalau ada lagi dokumen penting yang memerlukan persetujuanku, segera bawa ke sini.]Kania memerintahkan agar Sita membawa semua dokumen yang perlu persetujuan darinya untuk segera dibawa ke ruangan kerjanya supaya bisa diselesaikan sebelum dia cuti.[Baik, Bu.]Jawab Sita lalu mempersiapkan semua dokumen penting yang di minta ole
Last Updated: 2022-03-23
Awakening of the Darkness's Heirs

Awakening of the Darkness's Heirs

Raven Blaise never knew her destiny was darker than the legacy of a great name. As the last scion of the Blaise family, she steps into Arcanum University, a specialised university hidden between the real and magical worlds. There, her curiosity leads her to learn an ancient spell-a mystery from the past that no one dares touch. Together with her friends, Raven accidentally awakens an evil that has lain dormant for centuries, a dark creature that holds a grudge against Blaise's bloodline. Now, Raven and her friends must race against time, confronting forces of evil beyond their understanding. Can they stop the threat that seeks to erase Blaise's bloodline forever? Or will Raven drag everyone she cares about into eternal darkness? "When a legacy becomes a curse, the only choice is to fight or be destroyed. "
Read
Chapter: 13
In the days that followed, Raven and her friends became more and more immersed in Professor Lorry's assignment.They collected various materials for their research project, from interviews to analyses of books that inevitably required them to return to the haunted library.Every day, the atmosphere was full of anticipation. Raven and Meredith were already feeling the nerves building-the day of the project presentation was fast approaching.That morning, Raven and Meredith sat in class, each holding a stack of notes. Lucas and Ben arrived with hurried steps and tense faces. "Hey, I heard Professor Lorry is going to give us a mean grade if we can't answer all the questions," Lucas said as he sat next to Raven.The young man's face looked panicked, it was only natural for Lucas to feel that way since their class was almost all upperclassmen repeating Professor Lorry's course just because they couldn't answer the killer lecturer's questions. Raven bit her lip, unable to hide her worry.
Last Updated: 2025-01-06
Chapter: 12
In the days that followed, Raven tried to live her life like a normal student - greeting every activity with enthusiasm and enjoying her time with Meredith and her friends. That morning, Raven and Meredith sat on a bench in the campus park, enjoying the warm morning sun. Both of them were busy eating the chocolate muffins they bought at the cafeteria."I don't understand why professors like to make impromptu quizzes," Meredith grumbled, munching on her muffin. "Look, I didn't even have time to eat breakfast. I'm told to think about it in the morning!"Raven giggled. "That's practice too, Mer. You're still answering anyway, even if it's just the original?"Meredith glared. "Of course! It's a good thing I'm sitting next to you-at least I can follow your confident gaze for answers."The two of them laughed so hard that it attracted the attention of some students sitting nearby. Raven enjoyed little moments like this, away from the hustle and bustle and tension of her strange dreams.No
Last Updated: 2025-01-04
Chapter: 11
The next morning, Raven woke up with a heavy feeling in her chest. The dreams that had been plaguing her felt more and more real, as if the line between dream and reality was starting to fade.However, that morning she was determined to go about her day as an ordinary college student, without the shadows of the past demanding more and more answers and making her head hurt more and more as she tried to remember everything. After showering and getting dressed, she walked out of her room with slightly hesitant steps. Meredith, her cheerful roommate, was already waiting for her outside shaking a lunchbox in her hand."Good morning, sleepyhead!" greeted Meredith in a cheerful tone. "I even had time to get this for your breakfast before you woke up. I know, you must have overslept again, right?"Raven smiled embarrassedly, then accepted the lunchbox full of toast and fruit. "Thanks, Mer. You always know when I need a saviour.""Yeah, yeah. I know that." Meredith replied with an artificiall
Last Updated: 2024-12-24
Chapter: 10
"Time for what?" asked Raven, trying to reach him."Time for you to remember who you really are," Simon replied, his eyes blazing with an intensity she'd never seen before. "And, when you're ready, I'll be back to take you home."With those words, Simon's image vanished, and Raven awoke with a heart full of fear, but also curiosity.All the questions that had been haunting her began to press for answers, and she knew that no matter what, Raven could no longer run from the truth of who she was.And, deep in her heart, Raven felt that night was the beginning of a journey into the darkness she had been avoiding.That night, after the anxiety continued to haunt her, Raven decided to take a walk on campus.Raven chose to walk alone even though Meredith offered to accompany her to spend the night. The blonde-haired girl walked outside, down the hallway around her room to the dormitory courtyard. Under the moonlight, her steps echoed in the deserted dormitory hallways. Suddenly, she felt l
Last Updated: 2024-12-22
Chapter: bad dreams
The night was getting late when Raven finally fell asleep again. However, this time her dream felt more real.She found herself standing in a misty forest, among tall trees that looked like dark shadows in the moonlight. She heard a whispered voice calling her name, "Elara... Elara..." A subtle, but haunting voice, calling from a direction she could not determine.As Raven stepped further into the darkness, a flash of light from the pendant around her neck caught her attention.The blue light glowed faintly, as if radiating a strange power. Amidst panic and the urge to run, Raven kept moving forward, following the whisper.Behind the trees, Raven finally saw the figure of a man with his back facing her. The man's shoulders that stood straight, the grey hair that glistened in the moonlight-Raven knew who he was."Simon," she hissed softly. However, the man remained motionless. Raven wanted to get closer, but his image began to blur, blending into the fog. "Simon!" Raven shouted, runn
Last Updated: 2024-12-20
Chapter: bab 8
Raven woke up with a scream stuck in her throat, her chest rising and falling with gasping breaths.The image of the man-with his cold, piercing blue eyes-was still vividly imprinted in her memory. Cold sweat poured down her forehead. Her head felt dizzy at once. Everything felt so real and scary to Raven. "Raven! Are you okay?" Meredith's voice startled her. Raven jumped on the bed, her heart beating even faster because of Meredith. After regaining her composure, Raven turned around to see her roommate standing next to her bed, looking at her with a worried face."I'm sorry, I... I just had a bad dream," Raven tried to smile, though she was still shaken.Meredith sat on the edge of the bed, looking at her with concern. "You just shouted the name 'Simon' in your sleep. Who is he?"Raven just shook her head. "I... I'm not even sure I know who he is," she replied honestly. "But... it feels, like someone is trying to remind me of something important."Raven's forehead furrowed in an a
Last Updated: 2024-12-11
You may also like
2.59
2.59
Thriller · Cheezyweeze
13.8K views
Diary Cinta Jaksa Cantik
Diary Cinta Jaksa Cantik
Thriller · agneslovely2014
13.6K views
Martabak Setan
Martabak Setan
Thriller · Naffa Aisha
13.5K views
MISTERI RUMAH KONTRAKAN
MISTERI RUMAH KONTRAKAN
Thriller · Fikri Mahmud
13.3K views
Ramalan Buku Merah
Ramalan Buku Merah
Thriller · Arsenerka
12.9K views
MISTERI GADIS KEMBAR
MISTERI GADIS KEMBAR
Thriller · Ningty
12.7K views
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status