author-banner
Maylafaisha
Maylafaisha
Author

Novels by Maylafaisha

Santet Pengantin

Santet Pengantin

Kania, Arga dan Rasti adalah tiga sahabat sebelum akhirnya sebuah dendam masa lalu merubah persahabatan mereka menjadi sebuah malapetaka. Apakah Rasti menuntaskan dendamnya atau malah menjadi korban atas dendamnya ataukah akan ada korban yang mendendam dan balik mendendam kepadanya? Lalu bagaimanakah akhir hubungan Kania, Arga dan Rasti? Akankah mereka terlibat cinta segitiga? Atau malah bermusuhan karena dendam masa lalu itu? Daripada penasaran, kuy baca dan ikuti Dendam Kania di sini. Jangan lupa komen dan like buat semangat penulis ya.
Read
Chapter: 100
Lorong itu bergetar, seolah merespons kehadiran mereka. Suara bisikan yang sebelumnya berlapis kini berubah menjadi jeritan melengking, memaksa mereka menutup telinga.Arga merapatkan genggamannya pada Rasti yang masih berdiri di ambang batas garam hitam. Kania bergerak ke samping, tubuhnya menegang, matanya tak lepas dari sosok yang kini menguasai tubuh Rasti.Darma menarik napas dalam, lalu menekan batu hitam di telapak tangannya. "Siapa sebenarnya kau?"Rasti, atau entitas di dalamnya, menundukkan kepala, lalu tertawa pelan. "Aku adalah penjaga. Aku adalah yang mereka panggil dengan berbagai nama. Tapi bagimu... aku adalah akhir."Tiba-tiba, tubuh Rasti mencelat ke depan, hampir menembus garis garam. Arga mundur dengan reflek, matanya melebar saat melihat bagaimana wajah Rasti berubah sesaat—matanya berputar putih, bibirnya merekah hingga menampilkan senyuman yang terlalu lebar untuk ukuran manusia.Lilian menjerit, tangannya mencengkeram erat lengan Darma. "Kita harus lakukan sesu
Last Updated: 2025-02-20
Chapter: 99
Keheningan di dalam ruangan kecil itu hanya bertahan sesaat sebelum suara napas mereka yang tersengal memenuhi udara. Lampu minyak di tengah ruangan berkedip pelan, menciptakan bayangan goyah di dinding yang seolah bergerak sendiri.Arga menatap Rasti yang masih terkulai di pelukannya. Dingin tubuhnya tak kunjung membaik. Ia menyentuh wajah Rasti, merasa ngeri melihat betapa pucatnya gadis itu.“Apa dia akan baik-baik saja?” tanya Lilian pelan.Darma mendekat, mengamati Rasti dengan sorot mata tajam. “Dia masih bernapas. Tapi… sesuatu telah mencengkeramnya.”Kania menegakkan tubuhnya, kedua tangannya mengepal. “Maksudmu makhluk itu?”Darma mengangguk, lalu menatap ke arah pintu yang baru saja ia tutup rapat. “Itu bukan roh biasa. Ia sesuatu yang lebih tua… dan lebih kuat.”Arga menghela napas berat, mencoba menenangkan dirinya. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa terus bersembunyi di sini.”Darma mengeluarkan sebuah kantong kain dari balik jasnya, membukanya, l
Last Updated: 2025-02-17
Chapter: 98
Hujan masih mengguyur deras ketika mereka berlari menembus lorong rumah sakit yang gelap. Arga menggendong Rasti erat dalam pelukannya, sementara Lilian dan Kania bergegas mengikuti di belakang. Darma melangkah cepat di depan mereka, seolah mengetahui setiap sudut tempat ini dengan baik."Ke mana kita pergi?" Arga bertanya, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh petir di luar.Darma tidak menjawab. Dia hanya terus melangkah dengan tegas, membawa mereka melewati pintu darurat menuju tangga darurat yang remang-remang. Begitu mereka sampai di lantai bawah, Darma berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum menatap mereka satu per satu."Kita tidak bisa bertahan lama di sini," katanya pelan. "Makhluk itu belum menunjukkan wujud aslinya. Jika kita tidak segera pergi, kita tidak akan punya kesempatan kedua."Kania menggigit bibirnya. "Apa yang sebenarnya kau tahu tentang semua ini?"
Last Updated: 2025-02-16
Chapter: 97
Langkah-langkah berat menggema di lorong rumah sakit yang sunyi. Arga menatap lurus ke depan, napasnya masih tersengal setelah berlari menembus hujan deras.Di ujung koridor, Rasti terbaring lemah, wajahnya pucat, bibirnya membiru. Kilatan petir dari jendela membingkai tubuhnya yang nyaris tak bergerak, seakan membekukan waktu.Darah masih menodai ujung jari Arga. Bukan darahnya, tapi darah yang hampir merenggut nyawa Rasti. Ia menggenggam erat jemari istrinya, merasakan denyut nadi yang lemah namun tetap bertahan."Aku tidak akan membiarkanmu pergi," bisik Arga, suaranya serak.Lilian berdiri di sudut ruangan, matanya berkaca-kaca. Di dekat pintu, dalam diam sosok Kania menyaksikan pemandangan itu dengan tatapan kosong.Dendam yang ia pupuk bertahun-tahun kini berhadapan dengan sesuatu yang lebih kuat—sebuah pengorbanan.Di luar, hujan terus mengguyur, membawa bisikan dari dunia yang tak terlihat. Sesuatu telah berubah.Malam i
Last Updated: 2025-02-15
Chapter: 96
Rasti terjatuh ke lantai, tubuhnya bergetar hebat. Suara tawaan Kania yang menggema di dalam kamar membuat bulu kuduknya berdiri.Lampu kamar berkelap-kelip liar, bayangan di dinding bergerak sendiri, melesat dari satu sudut ke sudut lain seperti makhluk tak kasatmata yang mengepungnya."Berhenti! BERHENTI!!" teriak Rasti sambil menutup telinganya.Namun, suara itu semakin keras, menggetarkan udara di sekitarnya.Tiba-tiba, sesuatu yang dingin menyentuh lehernya. Rasti terperanjat, napasnya tersengal. Tangannya gemetar saat mencoba menyentuh area itu—dan matanya membelalak ketakutan.Ada bekas jari hitam yang mencekik kulitnya.Lalu, dari cermin yang retak, sesuatu mulai keluar.Sebuah tangan—pucat, kurus, dengan kuku panjang yang menghitam—merangkak keluar dari permukaan kaca yang kini tampak seperti genangan air berwarna pekat.Rasti berusaha bangkit, tetapi tubuhnya terasa lumpuh.Dari balik cermin, sesosok wanita muncul. Rambutnya panjang berantakan, gaun putihnya kotor dengan noda
Last Updated: 2025-02-14
Chapter: 95
Lampu di kamar hotel terus berkedip-kedip, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di dinding. Suhu ruangan mendadak turun drastis, seolah udara tersedot oleh kekuatan yang tak kasat mata.Arga berdiri membeku di ambang pintu, jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang. Dino di sampingnya, menelan ludah, tangan meraba-raba pinggangnya, mencari pistol yang selalu dibawanya untuk jaga-jaga.Di tengah kamar, Rasti berdiri dengan tubuh kaku. Mata hitam pekatnya menatap Arga tanpa berkedip, bibirnya bergerak pelan, menggumam sesuatu yang tidak bisa dimengerti.Sementara itu, pria paruh baya di belakangnya menyeringai, wajahnya samar tertutup bayangan yang seolah bergerak sendiri."Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada istriku?!" suara Arga bergetar, tetapi ada kemarahan yang tertahan di dalamnya.Pria itu melangkah mendekat. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, seperti ada kekuatan yang menarik lantai di bawahnya."Aku?" Pria itu tertawa pelan. "Aku hanyalah perantara...
Last Updated: 2025-02-13
Misteri Rumah Nomor 13

Misteri Rumah Nomor 13

"Dasar wanita jalang! Kamu tidak pantas untuk hidup, kamu harus mati! Mati! Mati!" Terdengar sumpah serapah dari dalam sebuah rumah mewah yang berada di dekat sebuah perkebunan karet. "Tidak! Tidak! Jangan, saya tidak bersalah. Jangan bunuh saya, tolong jangan bunuh saya," pinta seorang wanita muda sambil mengesot menjauh. "Jangan lari kau, Jalang! Perempuan sundal sepertimu itu lebih baik menjadi penghuni neraka," caci seorang lelaki pada seseorang. Sebastiaan menatap puas tembok di depannya yang kini sudah berubah warna dengan semburat warna merah. Lelaki itu tertawa sambil memiringkan bibirnya seraya bergumam sendiri. "Sudah kubilang, jangan pernah berani bermain api denganku jika kau ingin selamat. Tapi, sayangnya kau tak percaya dengan semua ucapanku. Kau sudah kubereskan, tinggal laki-laki yang sudah berani menyentuhmu itu saja lagi yang harus kuselesaikan." Semenjak kejadian itu, suasana perkebunan itu menjadi suram dan mencekam, terlebih ketika rumah itu dijadikan tempat tinggal seorang resesi Perang Dunia II beserta istrinya dan pada akhirnya ditemukan sudah membusuk di dalam rumah itu, tidak ada satupun yang berani berbuat macam-macam meskipun hanya sekedar bercanda. Hingga berpuluh tahun kemudian, ketika ada serombongan kecil mahasiswa yang datang karena ingin mendaki gunung dan malah tersesat di rumah milik Sebastiaan Van de Kroft tersebut dan tidak bisa keluar lagi Suasana mencekam begitu terasa di rumah itu, terlebih saat satu per satu dari mereka harus menerima berbagai teror yang membahayakan nyawa.
Read
Chapter: bab 40
Melihat hal itu, Baim tidak dapat lagi menahan rasa mual yang dia rasakan. Di detik berikutnya, Baim memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak terlalu banyak. Setelah berhasil menguras habis semuanya, dengan tenaga yang hanya tersisa sedikit, pemuda itu mengajak Alma dan Aldi keluar dari tempat itu. "Tunggu, apa itu? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku menyusul. " Aldi yang melihat beberapa buah gulungan di bawah tumpukan pakaian Andin dan Rusdi pun bergegas mengambilnya dan membawanya keluar menyusul adik dan sahabatnya sambil menatap nanar ke arah mayat kedua sahabatnya yang begitu mengerikan. Setelah Aldi dan dua temannya bergegas keluar dari rumah nomor tiga belas, mereka merasa gemetar dan cemas. Aldi memegang gulungan-gulungan tersebut, dan begitu mereka berada di luar, dia membukanya. Gulungan-gulungan itu berisi sejumlah dokumen dan catatan rahasia. Dalam catatan-catatan itu, terkuaklah rahasia besar yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tersebut.Merek
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 39
"Astaga, Al! Lihat ini, kalian harus melihat ini sekarang! Kalian tidak akan mempercayainya!" Baim berteriak memanggil Alma dan Aldi, sementara Rusdi terkulai lemas di atas jasad Andin dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka menganga di lehernyaAlma dan Aldi yang sempat saling pandang satu sama lain langsung mendatangi Baim yang masih heboh menunjuk ke sebuah arah, lebih tepatnya ke bawah tubuh kedua teman mereka tersebut. Kedua remaja tujuh belas tahun itu tersentak kaget, Andin bahkan berteriak lalu menangis saat dirinya melihat apa yang terpampang di depan matanya. "Astaga, Rusdi! Kenapa kamu dan Andin bisa melakukan hal semenjijikan ini di sini, bahkan kalian berdua menjadi gancet dan tidak bisa dipisahkan lagi." Aldi mengusap wajahnya kasar sambil mengentakkan kaki kanannya geram. "Terus bagaimana ini, Al? Apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" tanya Baim pada Alma yang masih terlihat syok dengan apa yang sudah dilakukan kedua sahabat mereka.
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 38
Aldi yang berada paling depan otomatis bergerak mundur dengan perlahan, diikuti oleh Alma dan Baim yang sempat terhipnotis dengan sosok bayangan hitam tersebut"Al, kita balik aja, yuk. Aku takut," bisik Baim pada Alma yang berada di depannya. "Ssstt, aku juga takut, Im. Tapi, kita tidak bisa balik lagi, kalau kita balik bagaimana nasib Andin dan Rusdi," kata Alma yang juga berbisik. Baim menghela napasnya dalam, di dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabat karibnya itu. "Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita lanjutkan lagi," sambung Baim masih dengan berbisik. "Sabar, kita tunggu dulu sampai bayangan itu menghilang, baru kita bergerak lagi." Kali ini Aldi ikut menimpali. Alma dan Baim menganggu, mereka kembali bergeser mundur dengan sangat perlahan hingga akhirnya makhluk tak kasat mata yang mengerikan itu menghilang dari pandangan.Setelah memastikan makhluk astral itu benar-benar tidak ada lagi, barulah mereka bergerak maju kembali dengan langkah tak kalah pelan de
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 37
Alma dan Aldi spontan memelototkan mata mereka ke arah BaIm yang masih tertawa konyol. Tatapan tajam kedua sahabatnya, rupanya mampu membuat tawa Baim hilang dari bibirnya. Pemuda yang terkadang gemar bergaya seperti wanita itu kontan menunduk dan meminta maaf karena kekonyolan yang sudah baru saja dia lakukan. "Sekarang bukan waktunya bercanda, Im. Kami tau kamu pasti merasa tertekan dengan semua tekanan ini. Kami pun sama sepertimu tapi tolong jangan pernah menganggap remeh dunia tak kasat mata jika kau ingin selamat," tandas Alma. "Maafkan aku, Al. Aku hanya ingin kita bertiga tidak terlalu tertekan dengan semua ini, apalagi jika nantinya kita menjumpai Andin dan Rusdi dalam keadaan tidak seperti yang kita inginkan," ucap Baim lirih. "Maafkan aku, ya.""Huft, ya. Maafkan kami juga, Im. Sekarang lebih baik kita kembali fokus mencari Andin dan Rusdi, semoga saja mereka berdua dalam keadaan selamat."Baim dan Aldi mengangguk setuju, sebelum masuk ke dalam ruang bawah tanah lebih j
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 36
Alma, Aldi, dan Baim terus menyusuri ruang bawah tanah rumah mewah itu, mencari tahu keberadaan Andin dan Rusdi. Di tengah gelapnya lorong, suara aneh bergema di sekitar mereka, dan udara terasa semakin dingin. Mereka merasa bahwa sesuatu yang jahat mengintai di sana.Terdengar suara langkah mereka bergema di koridor gelap ruang bawah tanah. Lampu redup bergetar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding. Alma, Aldi, dan Baim terus berjalan, hati-hati memeriksa setiap sudut ruang.Saat mereka mendekati pintu yang terbungkus oleh aura misterius, Baim merasa bulu kuduknya merinding. "Apa yang kita cari di sini?" tanyanya, suaranya gemetar.Aldi yang mencoba menjaga ketenangan menjawab, "seperti rencana awal, kita mencari di mana Andin dan Rusdi. Kita sudah terlalu lama terpisah dari mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua."Mereka meraih gagang pintu dengan perasaan waspada. Saat pintu terbuka, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Di dal
Last Updated: 2024-03-26
Chapter: bab 35
Andin berusaha keras memisahkan diri dari Rusdi tetapi semuanya sia-sia belaka, sebab bukannya terlepas, mereka berdua malahan semakin menempel satu sama lain, milik Rusdi seakan terhisap begitu kuat oleh inti tubuh Andin. Mereka berdua bergerak ke sana-ke mari berusaha melepaskan inti tubuh masing-masing, tetapi hisapan itu semakin kuat seolah tidak ingin melepaskan milik Rusdi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu terus bergerak liar maju mundur, ke atas dan ke bawah berharap bisa terlepas. Erangan, desahan, dan desisan bercampur baur menjadi satu dengan keringat yang mengalir di tubuh mereka berdua. Keinginan untuk melepaskan diri, timbul tenggelam oleh kenikmatan haram yang mereka reguk bersama-sama. "Ugh, gila, Ndin. Kenapa ini rasanya enak sekali, meskipun agak sedikit sakit tapi rasa nikmatnya sungguh luar biasa," ucap Rusdi dengan napas tersengal oleh kenikmatan duniawi. "Huh, iya, Rus. Enaknya sungguh tak terperikan," jawab Andin. "Gerakan pinggulmu sedikit lebih cepa
Last Updated: 2024-03-26
Awakening of the Darkness's Heirs

Awakening of the Darkness's Heirs

Raven Blaise never knew her destiny was darker than the legacy of a great name. As the last scion of the Blaise family, she steps into Arcanum University, a specialised university hidden between the real and magical worlds. There, her curiosity leads her to learn an ancient spell-a mystery from the past that no one dares touch. Together with her friends, Raven accidentally awakens an evil that has lain dormant for centuries, a dark creature that holds a grudge against Blaise's bloodline. Now, Raven and her friends must race against time, confronting forces of evil beyond their understanding. Can they stop the threat that seeks to erase Blaise's bloodline forever? Or will Raven drag everyone she cares about into eternal darkness? "When a legacy becomes a curse, the only choice is to fight or be destroyed. "
Read
Chapter: 27
Tension enveloped Raven, Jeremy, Lucas, and Meredith as they stood frozen inside the archive room. Their breath was held, pulse racing. In the doorway, Professor Lorry stared at them with a sharp expression, and behind her, a tall shadowy figure with fiery red eyes stood still, as if watching its prey."You guys are really giving me a hard time," Lorry's voice was low, almost a whisper, but full of menace. "I knew you'd find out sooner or later... but I didn't expect this soon."Jeremy braced himself, stepping slightly forward. "What are you hiding? What did you do to those students? And why are our names on that list?"Lorry grinned, but did not reply. The red-eyed shadow behind her moved, its body like a pulsating mist in the darkness. Instantly, a chill settled over the room, making their hair stand on end.Meredith bit her lip, her hand gripping Lucas's arm. "We need to get out of here. Right now."Lucas nodded, but their steps were halted when Lorry raised one hand. "No one's co
Last Updated: 2025-02-20
Chapter: 26
Raven, Jeremy, Lucas, and Meredith looked at each other with tense faces. The atmosphere of the canteen, which had been filled with the sound of noisy chatter, suddenly felt more pressing."We should see for ourselves," Jeremy said quickly, his eyes flashing with caution. Without waiting for a reply, he stood up and walked out.Lucas sighed. "I knew this would end badly..." he muttered, but followed anyway.They exited the canteen, joining the crowd gathered in front of the administration building. In the centre, a student was lying on the ground. His breathing was still ragged, but his face-oh God, his face was covered in scratches, deep and messy, like he'd been clawed by something with long, sharp claws.Meredith covered her mouth, almost screaming. "Who did this to her?!"Some students whispered in panic, while others seemed too scared to approach. A lecturer and a campus security officer tried to calm the situation. "Everyone stand back! Let us handle this!"Jeremy observed the s
Last Updated: 2025-02-17
Chapter: 25
"But it's high!" whispered Meredith frantically."Better to fall than die here!" Lucas hissed, sweat beading on his forehead.Raven didn't think twice. She ran straight to the window and smashed it with her elbow. The glass shattered, the night wind rushing in to hit them in the face.Below, the dark forest stretched out.They had no other choice.Jeremy climbed up first, then stuck out his hand. "Come on, I've got you!"Lucas helped Meredith up, then followed Raven who jumped up. They fell into the bushes, their bodies hitting the ground hard.Lucas, the last one out, almost made it, but the skinny hand grabbed his leg!The creature's eyes stared at him crazily, its jaws gaping wide with a crunching sound.
Last Updated: 2025-02-16
Chapter: 24
The sound of twigs breaking beneath their steps rang out loudly in the silent forest.Only the wind blew softly, occasionally shaking the leaves, creating eerie shadows around them.Meredith shivered. "I still think this is a bad idea..."Lucas walked beside her, looking back warily. "You're not the only one who thinks so."Jeremy, who was walking in front, suddenly stopped. He stared at the ground, his expression serious. "Look at this."Raven and the others approached him.In front of them, the wet ground looked messy, as if something had been dragged over it.Long scratch marks were visible on a nearby tree trunk, as if something was trying to climb up frantically.Lucas gulped. "Okay. This is definitely not the work of an ordinary animal."Raven crouched down, touching the scratch marks carefully. There was something strange. The scar on the tree looked black, like it was burnt, and when she touched it-Shit!Raven jumped in surprise. The scar felt hot."Something's strange..." Sh
Last Updated: 2025-02-15
Chapter: 23
Tension hung in the air like a thick fog. The entire dormitory was gathered in the courtyard, staring at the police line set up around the entrance to the back forest. Some of the campus security officers were talking to the police, while the students could only whisper, trying to digest what had just happened.Raven stood among them, feeling her heart beating erratically. The image of the horrible laughter she heard last night was still ringing in her head."I don't like this," Meredith muttered softly, standing beside her.Lucas looked at them with a tense expression. "You mean, the body that was found... has something to do with the voice we heard last night?""I don't know." Raven bit her lip. "But I have a bad feeling."Jeremy, who was standing a little further away, listened to their conversation in silence. His eyes were fixed on the police line, as if trying to see something invisible.Before long, a forensic officer came out of the forest with a stiff face. A senior policema
Last Updated: 2025-02-14
Chapter: 22
Crack...A sound like soft footsteps came from outside the room. Raven frowned. Probably just another student still wandering the hallways, she thought.But... Crack... Crak...The steps sounded again. Closer this time. Slower. More cautious. Raven's heart beat faster. Her eyes glanced at the closed bedroom door. A faint shadow appeared from under the crack of the door, moving slowly... stopping... then moving again. It was as if the figure was observing the room from the outside. Raven held her breath, feeling her hair stand on end. She glanced at Meredith, who was still fast asleep. What should she do? Should she wake Meredith up? Or should she keep quiet and pretend to be asleep?The shadow was still there. Motionless. As if waiting for something.Suddenly, the doorknob of their room rattled. Raven immediately got up from the bed and stared at the door with wide eyes. Her heart was beating so fast that she was afraid someone outside could hear it.The door was locked, but the
Last Updated: 2025-02-12
You may also like
MISTERI TUSUK KONDE
MISTERI TUSUK KONDE
Horor · Shintya
22.4K views
Ular Di Farji Istriku
Ular Di Farji Istriku
Horor · Nurhayati Yahya
20.4K views
Hamil Anak Genderuwo
Hamil Anak Genderuwo
Horor · Rainie
19.2K views
Suamiku Menghilang Setiap Malam
Suamiku Menghilang Setiap Malam
Horor · Naffa Aisha
15.4K views
Rombongan Pengantin dari Alam Gaib
Rombongan Pengantin dari Alam Gaib
Horor · Dini Lisdianti
14.8K views
CARI JASADKU, BU
CARI JASADKU, BU
Horor · ananda zhia
14.6K views
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status