Beranda / Urban / Sang Tuan Muda Sejati / Bab 44. Peluk Aku, Please ...

Share

Bab 44. Peluk Aku, Please ...

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kelas di akademi sudah tinggal beberapa kali pertemuan. Kelas-kelas terakhir bukan lagi mengenai materi, tetapi lebih banyak praktek dan mengerjakan proyek langsung untuk penilaian kelulusan.

Suasana kelas lebih tegang dan tidak seceria hari-hari sebelumnya. Tekanan lebih terasa karena para pengajar dan mentor ingin semua lulus dengan hasil maksimal.

"Gila, tinggal satu minggu, laporan harus masuk. Banyak sekali yang harus disiapkan." Tony memelototi laptopnya.

"Ya udah, fokus. Jangan mainan cewek dulu," sahut salah satu teman yang duduk di depan Tony.

"Sialan. Justru mereka yang ngasih aku energi ekstra," ucap Tony tak mau mengalah.

"Jangan nyesal aja, kalau kebanyakan perang di ranjang lalu otak kamu agak tumpul, hehehe," kata yang di sebelah kiri Tony.

Helios yang mendengar gurauan sangar teman-temannya cuma tersenyum kecut. Ada rasa tidak enak juga yang muncul di hatinya. Salah satu yang jadi mainan Tony adalah mantan Helios.

"Oke, Class! You have twenty minutes left. Kerjakan de
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 45. Sentuhan Donita

    Helios terkesiap. Dia terkejut tingkat dewa mendapat kecupan dari Donita!Saking kagetnya, Helios tak bisa bergerak. Yang jelas, wajahnya terasa panas, hingga ke dada. Dan ada desiran yang membuat perutnya campur aduk."Helios, aku ..." Donita masih memeluk Helios, dia tidak ada niat melepas pria tampan itu.Helios merasa ada yang bergejolak di dadanya. Mentor cantik itu, yang selama ini berjuang di sampingnya, dia ...Kembali kecupan lembut terasa di bibir Helios. Getaran terasa makin menguat di dada Tuan Muda. Sisi kejantanan Helios tak bisa mengelak pesona Donita dan suasana yang membuat dia mulai terhanyut.Tiba-tiba dering ponsel membuyarkan pergerakan yang mulai menguat di antara Helios dan Donita.Helios spontan melepas pelukan Donita. Kesadarannya segera kembali. Herman yang menghubunginya. "Halo, Pa?" Helios menyapa. "Oh, ya, sedikit lagi aku pulang. Ya, baik. Terima kasih, Pa." Selesai. Panggilan Herman berakhir, tetapi getaran dan debaran di dada Helios belum sepenuhnya s

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 46. Jujur Saja Padaku

    Erma tahu Helios pasti merasa aneh dengan yang dia ceritakan. Tapi itu kenyatannya. Victor memang mencintai wanita yang unik, sedikit nyentrik, tapi sangat anggun dan cantik. "Kalau Tuan Muda bertemu langsung mungkin akan punya pikiran sama dengan saya," kata Erma lagi. Tangan Helios bergerak cepat. Dia buka galeri dan menunjukkan foto saat dia, Victor, dan Donita makan malam bersama. "Apakah ini orangnya?" tanya Helios. "Ah, benar. Ini wanita yang dicintai Tuan Victor. Jadi Tuan Muda juga kenal dengannya?" Erma cukup kaget mengetahui itu. "Ya, aku kenal dia." Helios kembali merasakan dadanya berdetak cepat. Tetapi debar yang kuat itu bukan karena Donita, melainkan karena Victor. Terbuka sudah kenyataan di depan Helios. Victor gelisah, bahkan sedikit marah pada Helios karena kedekatannya dengan Donita bukan persoalan perjanjian semata. Victor tahu gelagat Donita dan Helios lebih dari sekadar mentor dan anak bimbingnya. Dia pasti cemburu dan juga kecewa. Ah, malang benar pria itu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 47. Helios, Aku Cinta Kamu

    Helios dan Donita duduk berhadapan. Di kafe yang tak jauh dari akademi, tempat mereka pernah bertemu sebelumnya.Tidak ada yang bicara, belum tahu siapa yang akan mlemulai. Suasana akrab selama ini di antara mereka lenyap begitu saja. Rasa canggung yang menyelimuti keduanya."Kamu mau pesan makanan apa?" Akhirnya Donita membula suaranya."Aku tidak lapar. Aku mau minum saja," jawab Helios."Oke. Aku jus jeruk, kukira cukup." Donita pun tak ada niat memesan makanan."Aku mau lemon tea ice." Helios menyebutkan minuman yang dia mau.Pelayan datang dan menerima pesanan mereka.Tidak ada lagi percakapan lanjutan. Keduanya sibuk dengan benda pipih ajaib di tangan mereka."Doni""Helios"Keduanya saling menyebut nama."Silakan, Doni." Helios meminta Donita bicara lebih dulu."Well, aku mau minta maaf untuk tadi malam. Tapi, aku tidak menyesal semua yang telah terjadi." Donita membuka keheningan.Helios merasa debar-debar di dadanya bertambah."Mungkin aku terlalu cepat ingin menunjukkan pera

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 48. Jejak yang Lenyap

    "Apa yang kamu mau lakukan?" Victor menatap Helios dengan wajah tegang."Aku? Aku hanya bicara," kata Helios sambil menunjukkan dirinya dengan telunjuk."Aku memandang kamu karena Tuan Herman. Aku lakukan semua juga karena Tuan Herman. Jangan paksa aku berbuat sebaliknya, Helios." Victor makin mendidih rasanya. Dia bahkan enggan menyebut Tuan Muda lagi.Helios cukup terkejut mendengar itu. Victor benar-benar marah padanya. Ini akan sangat tidak baik."Jangan sekalipun kamu ikut campur urusan hidupku. Aku, mau tidak mau, harus mengurus kamu. Jadi itu tidak bisa dibandingkan," kata Victor menegaskan."Aku tidak akan berbuat apapun. Aku juga tidak keberatan Bang Victor melihat aku sebagai orang biasa, bukan Tuan Muda. Karena itu diriku yang sebenarnya." Helios berusaha menekan rasa sedih dan kecewa yang akhirnya tak bisa dia elakkan meledak di dada.Victor membencinya dan itu gara-gara Donita. Persoalan wanita ternyata memang benar, bisa mengacaukan misi yang dia jalankan."Suka tidak su

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 49. Tidak Mungkin Mundur

    "Kamu beneran ga bisa minta balik di Jakarta saja, Sayang?" Manja, Violetta bergelayut di dada Ferry."Ga semudah itu, Vio. Proyek belum selesai. Melihat progresnya malah bisa mundur. Tanggung jawab ga bisa ditinggal." Ferry mengusap lembut rambut lembut Violetta."Mundur? Makin lama kamu ninggalin aku? Ketemu sebulan atau dua bulan. Itu juga cuma dua tiga hari. Berat, Ferry." Violetta memeluk Ferry lebih kuat."Boleh aku jujur?" Ferry melepas pelukan dan memandang Violetta lebih lekat.Violetta mengangguk. Wajahnya sendu karena situasi dia dan Ferry yang belum bisa berjalan normal."Kalau bisa kita nikah besok, lalu aku bawa kamu ke sana. Kita ga akan pisah terus." Ferry mengatakan itu dengan serius."Aku juga mau kalau memang bisa secepat itu. Tapi buat ngurus surat-surat, persiapan wedding, butuh waktu. Kamu kapan mau ketemu mama sama papa mama kamu?" Violetta memandang Ferry.Ferry tidak segera menjawab. Dia menarik napas dalam perlahan, tidak mau terlihat gelisah."Terakhir aku bi

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 50. Wanita-wanita Itu

    Helios merasa iba pada Violetta. Dia hanya ingin bahagia dengan pria yang dia cintai. Sayangnya, justru Siska, wanita yang melahirkan Violetta yang menjadi penghalang.Satu rasa kagum juga muncul di hati Helios terhadap Violetta. Meskipun dia dikelilingi harta berlimpah sejak bocah, dia tidak mengejar pria berkelas level atas.Ferry pria sederhana, tetapi pekerja keras dan tulus sayang pada Violetta. Mungkin itu memang yang Violetta perlukan. Pria yang penyayang dan sabar padanya. Karena Violetta tumbuh di lingkungan yang keras dan penuh kemunafikan."Bisa tidak kamu membantu aku, Hel?" Violetta memandang dengan tatapan menghiba.Helios menggeleng. "Apa yang aku punya semua bukan miliklu, Vio. Milik papa. Aku ga bisa sembarangan menggunakannya. Dan uang itu besar sekali jumlahnya.""Apa aku kawin lari saja? Diam-diam pergi dengan Ferry. Di sana kami menikah, lalu membangun keluarga bahagia sampai maut memisahkan." Violetta melihat ke langit-langit.Pikiran gadis itu memgembara terbawa

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 51. Beri Aku Kesempatan

    Tidak enak sekali mendengar kalimat itu. Jika satu orang menilai bahwa Helios punya hubungan khusus dengan Donita, maka sudah pasti yang lain juga bisa mempunyai pikiran yang sama.Helios berusaha tidak terganggu dengan itu, dia tidak menanggapinya. Dia terus melangkah ke depan mendekati Donita."Apa yang bisa saya bantu, Miss?" tanya Helios.Helios merasa tidak nyaman dengan situasi kelas. Meski begitu, dia harus tetap menghargai Donita yang masih menjadi mentor kelas itu.Donita memandang Helios lalu mengutarakan mengenai rencana kelas."Bantu aku untuk menghitung jumlah kelas yang setuju dengan ide-ide ini." Helios mengangguk paham."Lalu, selesai kelas aku tunggu di kantor." Tegas Donita bicara dengan suara lebih kecil."Tapi, aku-""Ini bukan urusan pribadi. Aku perlu bicara segera, kamu paham?" Donita tidak memberi kesempatan Helios mengelak."Baik, Miss," ujar Helios. Tidak bagus kalau dia harus bersitegang dengan Donita di depan kelas.Helios tahu, wanita itu sengaja meminta

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 52. Kamu Jangan Merasa Menang!

    Telinga Helios panas seketika mendengar panggilan itu. Hampir saja dia menoleh. Untung kessadaran dan otaknya bekerja sama dengan baik.Helios yakin, Raditya sudah mendapat cerita tentang Ardi dari Siska. Siska pasti merapat pada Melisa dan mencari tahu lebih jauh tentang mantan gadis itu.Helios terus berjalan, tidak menoleh pada Raditya.Raditya mempercepat langkah mendekati Helios lalu menarik lengannya."Hai! Kamu tidak mendengar aku?!" Raditya memandang Helios tajam."Pak Radit bicara sama aku?" Helios pura-pura tidak mengerti."Ya, kamu tidak dengar?!" Raditya mencermati wajah Helios. Dia ingin tahu sebenarnya mimik wajah pemuda itu."Aku tidak merasa namaku dipanggil." Helios bicara dengan tenang."Oke, namamu Helios?" Raditya seperti memastikan bahwa Helios tidak lupa namanya."Ada apa, Pak?" Helios ingin segera berlalu dari hadapan Raditya. Tapi kali ini dia tidak bisa ngacir begitu saja."Aku masih penasaran bagaimana akhirnya Herman mendudukkan kamu untuk semua yang sudah d

Bab terbaru

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 2

    Pesawat mendarat dengan lancar di kota tujuan. Satu per satu penumpang turun dari pesawat. Di antara mereka tampak Helios dan Violetta. dan satu lagi yang ikut dengan mereka, Herman. Juga didampingi satu pelayan yang akan membantu keperluan Herman jika diperlukan. Berempat mereka mendarat di kota kelahiran Helios, Semarang. Tetapi mungkin lebih tepat dikatakan kota kelahiran Ardiandana Krisnadi. Hari itu, apa yang Helios rencanakan akhirnya bisa dia wujudkan. Dia datang ke Semarang untuk berziarah ke makam ibunya. Dia sudah bertemu ayah kandungnya, yang ternyata pria kaya raya dan baik hati. Bahkan saat ibu Helios mengandung kala itu, Herman masih seorang pengusaha muda yang baru meniti karir. "Apa yang kamu rasakan, Hel?" Violetta bertanya pelan di dekat Helios sementara mereka sedang menuju ke hotel untuk beristirahat setelah meninggalkan bandara. "Penuh. Rasanya campur-campur, di sini." Helios memegang dadanya. " Lebih satu tahun aku pergi. Kembali melewati jalan-jalan ini, semu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 1

    "Hel! Helios!" Helios tersentak mendengar panggilan keras itu. Dia segera bangun dan duduk. Tampak Violetta berlari menghampiri Helios yang masih belum hilang dari rasa kaget.Violetta naik ke ranjang, duduk di depan Helios. Mata Violetta menatap dengan berbinar pada Helios yang akhirnya mendapatkan kesadaran sepenuhnya."Ada apa?" tanya Helios."Kita ketemu papa hari ini," kata Violetta penuh semangat tapi juga tegang."Papa?" Helios melotot. "Papa nyusul ke sini? Ini bulan madu kita.""Bukan. Salah." Violetta menggeleng-geleng dengan keras. "Bukan Papa Herman. Papaku.""Papa kamu?" Helios kembali harus memberi waktu loading pada otaknya."Ahh, Pieter. Papaku waktu aku kecil." Kembali Violetta menjelaskan."Ooh, oke ..." Helios mengerti yang Violetta maksud. "Serius dia mau ketemu kamu?""Ya." Kali ini Violetta mengangguk dengan tegas. "Awalnya aku ga yakin, tapi ternyata dia mau. Makan siang di resto ... ini ..." Violetta menunjukkan nama dan lokasi tempat Violetta akan bertemu Pie

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 133. Finally, Tuan Muda

    "Kenapa? Kenapa kamu melihat aku seperti melihat orang aneh?" ujar Herman sambil memandang Helios lagi."Papa restui aku dan Violetta?" Berdetak lebih kuat jantung Helios ketika mengucapkan itu."Vio, mendekatlah kemari." Sekali lagi Helios meminta Violetta datang di sampingnya.Dengan tatapan bingung, Violetta melangkah mendekati Herman."Kamu sungguh-sungguh sayang anakku?" tanya Herman.Pertanyaan itu diucapkan lembut, tidak ada nada sinis atau tidak suka. Benar-benar pertanyaan yang memang ingin tahu yang sebenarnya.Violetta hampir tidak mampu menahan air matanya. Segala kemelut di dadanya seolah-olah perlahan terurai.Helios yang ada di seberang Herman, memperhatikan Violetta. Menunggu jawaban gadis itu."Ya, Om. Aku sayang Helios." Suara lembut Violetta akhirnya terdengar. "Buat anakku bahagia di hidupnya. Kamu bisa?" tanya Herman lagi, dengan nada suara yang sama.Pertanyaan itu langsung membuat air mata Violetta tak bisa dibendung. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 132. Gertakan Tuan Besar

    Dua pasang mata di depan Herman menatap padanya. Sudah pasti Helios dan Violette menunggu kalimat berikut yang akan Herman ucapkan. Tetapi muncul sedikit cemas, kalau sampai emosi Herman naik, jantungnya bisa bermasalah lagi."Aku sudah mendapatkan penyelesaian dari semua kemelut yang selama ini membuat hidupku terasa sangat rumit dan menekan." Lebih tegas Herman bicara, meskipun tetap terdengar tenang. "Maksud Papa?" Helios menegakkan punggung. Dadanya tiba-tiba berdegup kuat. Yang dia takutkan jika Herman tidak akan menerima Violetta di mansion karena Siska sudah tidak ada lagi sebagai anak angkat keluarga Hartawan. "Masalahku yang utama adalah aku perlu penerus untuk keluargaku. Aku ini sudah tua dan sakit-sakitan." Herman kembali melanjutkan menikmati makanannya. Helios dan Violetta memperhatikan setiap gerakan Herman. Herman mengangkat wajahnya, dan mengarahkan pandangan pada Violetta. Lalu dia menoleh ke arah belakangnya. Ada pelayan pengganti Erma berdiri beberapa meter di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 131. Semua Sudah Selesai

    Herman menanyakan Violetta. Ini benar-benar kejutan. Helios menaikkan kedua alisnya menatap Herman."Aku lihat dia sedang sedih, Helios. Di mana dia?" Herman menegaskan lagi.Helios semakin terkejut. Dari mana Herman tahu jika Violetta sedang bersedih? Tapi memang itu kenyataannya."Aku telpon dia. Aku akan minta dia ke sini." Helios mengeluarkan ponsel dan mencari nomor kontak Violetta.Dering panggilan Helios beberapa kali, tetapi tidak ada respon. Helios mencoba lagi, hingga kali ketiga baru Violetta menerima panggilannya."Hel ... mama ... mama sdh pergi, Hel ..." Terbata-bata sambil menangis Violetta berkata."Apa?" Refleks kata itu yang Helios ucapkan."Hel ... aku, aku ..."Helios menatap Herman. Ini kesedihan yang Herman maksud. Herman tahu kalau Violetta sedang sedih."Pa, aku temui Vio." Helios berkata dengan pandangan datar, sedikit nanar.Victor memperhatikan ekspresi yang tiba-tiba berbeda."Ya, pergilah." Herman mengangguk.Helios mendekati Victor dan berbisik,"Tante Sis

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 130. Selamat Jalan, Selamat Datang

    Violetta masuk kamar Siska. Wanita itu kembali menggunakan alat bantu pernapasan dan kondisinya tiba-tiba sangat lemah. Namun, kesadarannya masih ada. Dia memandang Violetta dan mengulurkan tangan kirinya yang gemetar.Violetta mendekat dan memegang tangan kiri Siska. Hatinya sangat sedih. Melihat ibunya berjuang untuk bernapas, Violetta tidak tega."Kamu ... Vio ..." Siska memaksa diri bicara.Violetta mendekat ke dekat wajah Siska agar bisa mendengar yang Siska katakan."Baha ... gia ... Jangan ... ja ... ngan, se ... dih." Semakin pelan terdengar tapi masih dapat Violetta tangkap.Mendengar itu begitu saja air mata meluncur di mata Violetta. Dia mengangkat muka dan memandang Siska. Mata Siska terus menatap pada Violetta. Lemah dan redup, sayu dan semakin berat."Mama, aku pasti bahagia. Aku janji." Violetta berkata sambil berusaha menahan diri agar tidak menangis.Mata Siska tampa makin berat. Senyum kecil di ujung bibirnya. Sedang napasnya semakin berat. Dia mulai tersengal-sengal

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 129. Klarifikasi Tuan Muda Hartawan

    Halim dan Victor bertindak. Niat Helios ingin meluruskan postingan Siska segera mereka tanggapi. Halim membantu Helios menata apa-apa yang perlu Helios katakan di publik dan bagian mana yang cukup menjadi konsumsi pribadi saja.Sedangkan Victor, dia memanggil tiga media yang cukup dikenal dan kredibel untuk ikut membuat video ketika Helios membuat pernyataan. Ini sengaja dilakukan, langsung dengan media, bukan video yang siap ditayangkan setelah lewat proses editing dan lain-lain.Tetap sangat dibatasi berapa dari pers yang bisa datang, karena lokasi dilakukan di rumah sakit. Dua hari persiapan maka rencana dijalankan. Saat memulai Helios sangat tegang. Violetta, Halim, dan Victor juga sama."Hel, good luck. Thanks for all." Violetta mengatakan itu sepenuh hati dan juga menyemangati Helios.Helios mengangguk lalu berjalan ke kursi yang disiapkan untuknya. Pengambilan gambar dilakukan di taman yang tidak jauh dari tempat Herman dirawat."Hari ini, meskipun bukan yang aku inginkan, aku

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 128. Napas Terakhir

    Helios dengan cepat berdiri. Violetta menatap padanya dengan mata berkaca-kaca. Helios melangkah mendekat. Seketika tangis Violetta pecah. Dalam dekapan Helios, gadis itu melepas penat yang begitu menekan dirinya."God, thank you, You bring her back." Lirih Helios bicara. Dengan kuat dia peluk Violetta. Helios mau membuat Violetta tenang, yakin, Helios akan mendukung dan mendampingi dirinya. Pelukan ini yang Violetta butuhkan. Pelukan cinta tulus untuknya. Apapun keadaannya, cinta itu akan tetap ada. Tanpa tujuan lain, tanpa motivasi apa-apa, selain karena sayang."Terima kasih kamu mau balik. Terima kasih, Vio." Lembut sekali Helios bicara. Terasa rasa lega yang begitu besar dari nada suara Helios.Victor memandang keduanya. Begitu rumit yang terjadi di sekeliling mereka. Cinta mereka diuji berulang kali dengan banyak hal yang jika dipikir tidak harus mereka lalui. Mengingat kisah cintanya sendiri dengan Donita, yang Helios dan Violetta hadapi masih lebih berat."Aku mau lihat mama

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 127. Tidak Tahu Lagi

    Violetta menoleh ke arah gerbang menuju pesawat. Petugas menunggu dengan senyum ramah. Para penumpang satu per satu masuk ke sana.Violetta berdiri. Dia menarik napas dalam. Ada perasaan campur aduk di dada. Dia akan pergi atau kembali. Hatinya bergelut luar biasa. Violetta hanya ingin tenang, lelah dengan semua carut marut yang menekan hidupnya. Setiap berurusan dengan ibunya, hanya luka dan pedih yang dia dapatkan. Jika dia pergi, semua akan selesai. Tapi, apakah dia sejahat itu sebagai anak? Lalu, Helios? Apakah Violetta juga tega membiarkan Helios menghadapi semua sendiri?"Vio, please ..." Terdengar sendu suara Helios. "Aku sayang kamu. Aku mau kita sama-sama. Aku janji akan bilang papa kalau aku akan-"Klik. Violetta mematikan panggilan Helios. Dia masukkan ponsel ke dalam tas, lalu berjalan cepat meninggalkan ruang tunggu dan pergi keluar. Violetta mencari taksi. Dia akan kembali. Dia tidak akan membiarkan Helios menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh ibunya.Bagaimanapun, s

DMCA.com Protection Status