Share

Kejujuran

Author: Aiko Arawati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ketika Kalim terbangun dari pingsan, mulut sahabatku itu melontarkan kalimat yang sangat aneh.

“Aku akan menghancurkan persahabatan kalian berdua. Lihat saja nanti!”

Jujur saja, mulutku membulat membentuk huruf “O” besar setelah mendengar ancaman dari Kalim. Anehnya, sahabatku yang satu itu kembali dalam pingsan. Teman-teman lainnya yang menonton kami melakukan adegan tendang-tendangan, seketika bubar dengan jeritan penuh ketakutan. Mereka mungkin ketakutan melihat Kalim seperti orang kesurupan memberikan ancaman yang cukup mengerikan.

Aku bingung harus bagaimana dengan tubuh Kalim yang masih terbaring pingsan. Sementara Ayuk sudah berhenti menangis.

“Ayuk, ini gimana?” tanyaku kepada Ayuk dengan rasa penuh kebingungan.

“A-a-aku nggak tahu, Ti,” jawab Ayuk dengan raut kebingungan pula.

Kedua tanganku memijit-mijit pelan pada jari kakinya Kalim. Aku benar-benar sangat takut jika terjadi apa-apa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Kejujuran Bagian 2

    “Aku jadi penasaran sama kelanjutan ceritamu tadi soal Si Hantu Wawan.”“Awalnya, aku jalan-jalan naik menyewa becak mini di Taman Kiai Langgeng. Pas aku main becak mini, aku jatuh. Tiba-tiba ada bocah laki-laki umurnya sama dengan kita. Dia menolongku dan akhirnya kami berteman. Awalnya aku nggak sadar kalau bocah laki-laki itu … hantu bernama Wawan. Dia memiliki cerita yang sangat menyedihkan. Dia juga minta bantuan sama aku. Tapi, aku benar-benar bingung harus membantunya gimana. Makanya, aku ceritain semuanya sama kamu. Aku harap Si Hantu payah itu nggak mendengar ocehanku tentangnya.”“Tenang aja, Siti. Aku akan jadi pendengar yang baik buat sahabat tercintaku ini. He he he.”Begitu ritual minumku selesai, aku harus melanjutkan kisah tentang pertemananku dengan Si Hantu Wawan.“Kamu sudah seharusnya menjadi pendengar yang baik. Apalagi ceritaku ini sangat aneh, bisa dibilang juga menyeramkan.”

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Mencari Kebenaran Kondisi Kalim

    “Sitiii! Apakah kamu tidak ingin mengetahui keadaan Kalim yang sebenarnya? Maksudku, kenapa sahabatmu itu bisa ngamuk-ngamuk nggak jelas.” Wawan terus mengoceh sambil terbang mengikuti kakiku yang masih mengayuh sepeda hingga sampai di rumah Kalim.Perkataan Wawan Si Hantu payah itu terus saja mengiang-ngiang di dalam pikiranku. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi sama Kalim? Pertanyaan yang sama selalu mengusik hatiku. Wawan sudah memahami perasaanku kalau aku memang benar-benar menginginkan jawaban atas pertanyaan tersebut.“Wawan ….” Desisku sambil menggigit bagian bawah bibirku.“Holaaa! Kamu lagi nyari aku, ya?” Kemunculan Wawan secara tiba-tiba begitu mengagetkanku.“Emmm, aku … aku … aku lupa mau ngomong apa sama kamu.”“Aku sudah bisa menebak apa yang akan kamu katakana.”“A-a-apa?” tanyaku dengan nada sedikit agak gugup.Sebenarnya

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Anak Lelaki itu Bernama Wanto

    Kudus Tahun 2005Seperti biasa, ritual pagi sebelum mandi. Aku harus menimba air dari sumur yang memiliki kedalaman cukup menakutkan. Hari itu, seolah semua tumpukan batu terlepas begitu saja dari kepala yang selama ini menjadi beban. Hari itu pula menjadi awal meraih cita-cita yang sebenarnya.Akhirnya, bapak mengizinkan aku pindah sekolah yang dekat rumah. Selain aku bisa dekat dengan tetangga, justru orang tua memiliki alasan sendiri mengenai kepindahanku. Apalagi kalau bukan mengakhiri kebiasaan lamaku yang selalu bangun kesiangan. Bersyukur, aku tidak dikeluarkan dari sekolah yang lama. Mungkin karena bapak menjadi pekerja di sana, sehingga pihak sekolah memberikan sedikit kompensasi.Tetap saja, hukuman dari wali kelas tidak pernah absen. Begitulah aku memang pethakilan. Entah mengapa, di hari pertama sekolah aku terlambat lagi masuk kelas empat. Wali kelas yang bernama Pak Kasim hanya mengembangkan senyum hangat. Seolah tidak terjadi kesalahan sa

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Ayu yang Tegar

    Teng! Teng! Teng!Aku mendengar lonceng sekolah dipukul tiga kali oleh penjaga. Pertanda pelajaran sekolah selesai. Sudah hampir satu bulan aku belajar bersama teman-teman baru dengan sosok guru yang tidak akan pernah terlupakan. Selamanya. Semua menyenangkan, tanpa terkecuali. Selama itu pula, kebiasaan bangun siang menjadi berkurang.Seluruh siswa sekolah dasar lima desa Karangrowo berhambur keluar menuju sebelah timur gapura. Di sana, tempat parkir sepeda para murid yang lama. Karena halaman sekolah cukup untuk menampung parkir kendaraan para staf pengajar.“Hei Siti! Ora gowo sepeda? Ayo nek goncek!”[1] Seseorang menawarkan sebuah boncengan.Ternyata Wanto. Beberapa hari ini, entah mengapa kami menjadi akrab. Apakah dewi kebaikan menaburkan sihirnya? Atau, doaku yang membumbung langit sudah dijawab oleh Allah? Sebelum pindah sekolah, aku selalu mengharap belas kasihan sama Allah, agar didekatkan orang-

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   My Best Friend

    Dari ufuk barat, cahaya kemerah-merahan agak ke-orange menelan sinar matahari untuk berganti malam. Dengan cepatnya akan kembali lagi bersama fajar, tanda siap untuk bertempur dengan pelajaran di sekolah. Senja yang membiaskan pesonanya pada gadis cilik sepertiku memang sangat adil. Toh, kenyataan ini membuat senyum kembali menyungging dengan hati penuh impian.“Ayuk, bentar lagi ulangan kenaikan kelas. Nggak terasa bakal kelas lima.” Kataku ketika istirahat sekolah. Sungguh, aku benar-benar bahagia.“Iyo Ti. Liburan sekolah jalan-jalan, yok!” ujar Ayuk.“Jalan-jalan ke mana?”“Ke rumah Halimah.”“Baiklah. Apakah nanti kita akan membawa bekal makanan?”“Eum … boleh aja. Aku pengen bawa nasi goreng.”“Mending bawa orek tempe, atau sambal goreng tahu.”“Ikan bakar sama saus kecap.”“Di tambah

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Kabar Mengejutkan

    Kudus, Akhir Tahun 2005“Ti, ingat ya jangan menyontek!”Kalimat Ayuk tempo lalu selalu mengiang-ngiang di kepalaku. Aku tidak mencontek banyak jawaban ketika mengerjakan ujian kenaikan kelas. Sedikit saja. Soal matematika yang mengharuskan menghapal rumus, aku membawa catatan kecil di dalam saku. Beruntung, pengawas ujian tidak mengetahui aksi nakalku.Sebenarnya, ada rasa menyesal sudah mengabaikan pesan dari Ayuk. Meskipun aku sudah berusaha menghapal rumus matematika. Tetap saja, ketika sudah berhadapan pada soal ujian matematika, tiba-tiba hapalan rumusku menghilang. Akhirnya, kuputuskan mencontek catatan kecil yang ada di dalam saku.Entah bagaimana hasil nilai raporku nanti. Sepertinya, cita-citaku berada di peringkat tiga akan gagal. Kata emak, aku sudah berusaha maksimal mengerjakan ujian dengan sungguh-sungguh. Orang tuaku tidak mengerti kalau aku mengerjakan soal yang rumit itu dengan mencontek.“Kenapa tiba-tiba menang

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Mengenang Lagu Hymne Guru

    Mengenang Lagu Hymne GuruSepanjang liburan kenaikan kelas selama dua minggu, aku bermain bersama teman-teman di rumah. Bersama Selamet, Kokom, dan Yuni, Ulum. Mereka tetangga sebelah rumahku. Di belakang rumah adalah pekarangan yang masih tertanam pohon pisang dan tanaman mangkuk. Aku mendirikan gubuk, kayu kutancapkan ke dalam tanah dengan kokoh.Menerapkan karung beras bekas sebagai lapisan dinding. Daun pisang yang kering kujadikan atap gubuk. Sempurna! Tinggal mencari alas duduk untuk lantainya. Aku kembali ke rumah, mencari tikar atau karung bekas.“Nyari apa to, Nduk?”“Tikarnya dimana, Mak?”“Buat apa?”Aku menggaruk kepala, lalu membuang napas pelan sambil berkata, “Buat alas lantai di gubuk buatanku, Mak.”“Jangan pakai tikar! Di gudang samping rumah ada karung beras bekas, pakai saja karungnya, setelah itu dibakar sama sampah-sampah yang ada, ya!” tuk

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Merencanakan Liburan Kenaikan Kelas

    Kudus, Akhir Tahun 2005Masih terekam jelas ingatan tentang beliau; Pak Kasmirin. Aku sesekali menanyakan bagaimana isi surat yang diberikan Kalim kepada beliau. Jawabannya tetap sama, rahasia. Aku dan Ayuk mulai menggelitik Kalim. Kami memecahkan gelak tawa yang membuat Kalim mual. Namun, aku paham Kalim hanya pura-pura saja agar kami semakin tertawa lebar.Seperti biasa, kelas belum ada kegiatan belajar. Rasanya waktu begitu cepat mengantarkan kami menuju gerbang baru. Sebentar lagi kami akan menginjak tahun baru dua ribu enam. Sebelum liburan sekolah, guru kami yang bernama Pak Bakir mengumumkan rencana wisata ke Yogyakarta.Aku melihat isi lemari, ternyata bingung tidak memiliki baju bagus seperti teman-teman. Bagaimana aku mengatakan kepada emak kalau pergi ke luar kota harus mengenakan pakaian yang bagus? Sebal. Sebenarnya, Emakku sudah mengerti tentang rencana liburan kali ini. Wanita tuaku juga sudah mengerti kalau pergi liburan harus mengenakan baju bar

Latest chapter

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Mencari Kebenaran Kondisi Kalim

    “Sitiii! Apakah kamu tidak ingin mengetahui keadaan Kalim yang sebenarnya? Maksudku, kenapa sahabatmu itu bisa ngamuk-ngamuk nggak jelas.” Wawan terus mengoceh sambil terbang mengikuti kakiku yang masih mengayuh sepeda hingga sampai di rumah Kalim.Perkataan Wawan Si Hantu payah itu terus saja mengiang-ngiang di dalam pikiranku. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi sama Kalim? Pertanyaan yang sama selalu mengusik hatiku. Wawan sudah memahami perasaanku kalau aku memang benar-benar menginginkan jawaban atas pertanyaan tersebut.“Wawan ….” Desisku sambil menggigit bagian bawah bibirku.“Holaaa! Kamu lagi nyari aku, ya?” Kemunculan Wawan secara tiba-tiba begitu mengagetkanku.“Emmm, aku … aku … aku lupa mau ngomong apa sama kamu.”“Aku sudah bisa menebak apa yang akan kamu katakana.”“A-a-apa?” tanyaku dengan nada sedikit agak gugup.Sebenarnya

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Kejujuran Bagian 2

    “Aku jadi penasaran sama kelanjutan ceritamu tadi soal Si Hantu Wawan.”“Awalnya, aku jalan-jalan naik menyewa becak mini di Taman Kiai Langgeng. Pas aku main becak mini, aku jatuh. Tiba-tiba ada bocah laki-laki umurnya sama dengan kita. Dia menolongku dan akhirnya kami berteman. Awalnya aku nggak sadar kalau bocah laki-laki itu … hantu bernama Wawan. Dia memiliki cerita yang sangat menyedihkan. Dia juga minta bantuan sama aku. Tapi, aku benar-benar bingung harus membantunya gimana. Makanya, aku ceritain semuanya sama kamu. Aku harap Si Hantu payah itu nggak mendengar ocehanku tentangnya.”“Tenang aja, Siti. Aku akan jadi pendengar yang baik buat sahabat tercintaku ini. He he he.”Begitu ritual minumku selesai, aku harus melanjutkan kisah tentang pertemananku dengan Si Hantu Wawan.“Kamu sudah seharusnya menjadi pendengar yang baik. Apalagi ceritaku ini sangat aneh, bisa dibilang juga menyeramkan.”

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Kejujuran

    Ketika Kalim terbangun dari pingsan, mulut sahabatku itu melontarkan kalimat yang sangat aneh.“Aku akan menghancurkan persahabatan kalian berdua. Lihat saja nanti!”Jujur saja, mulutku membulat membentuk huruf “O” besar setelah mendengar ancaman dari Kalim. Anehnya, sahabatku yang satu itu kembali dalam pingsan. Teman-teman lainnya yang menonton kami melakukan adegan tendang-tendangan, seketika bubar dengan jeritan penuh ketakutan. Mereka mungkin ketakutan melihat Kalim seperti orang kesurupan memberikan ancaman yang cukup mengerikan.Aku bingung harus bagaimana dengan tubuh Kalim yang masih terbaring pingsan. Sementara Ayuk sudah berhenti menangis.“Ayuk, ini gimana?” tanyaku kepada Ayuk dengan rasa penuh kebingungan.“A-a-aku nggak tahu, Ti,” jawab Ayuk dengan raut kebingungan pula.Kedua tanganku memijit-mijit pelan pada jari kakinya Kalim. Aku benar-benar sangat takut jika terjadi apa-apa

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Adegan Tendang-tendangan dengan Kalim

    Aku terperanjat dari ranjang tempat tidur. Tentu saja pandanganku mengitari sekitar ruangan ini. Ternyata, aku baru saja terbangun dari mimpi yang aneh bersama … Si Hantu Wawan. Sebenarnya mimpi tersebut tidak bisa kupercaya begitu saja. Aku menyentuh leherku yang terasa ada benda yang menempel. Kalung yang diberikan oleh Wawan di dalam mimpiku menempel nyata di leher.Aku benar-benar sungguh bingung.“Wawan,” desisku sambil masih menyentuh kalung hadiah dari Si Hantu payah itu.Segera kukerjakan rutinitas seperti biasanya. Aku bisa sedikit bernapas lega, karena pihak sekolah memberikan libur selama tiga hari setelah liburan sekolah ke luar kota. Tercium aroma sedap yang berasal dari dapur. Aroma harum yang menusuk hidungku itu seolah-olah melarangku untuk pergi mandi. Ternyata Emak memasak kari ayam, nasi kebuli, dan roti maryam kesukaanku.“Siti, kamu setelah mandi jangan lupa bantuin emak ngasih sebagian kari ayam sama roti mar

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Permintaan Si Wawan

    “Siti, apakah kamu menyukai pantai ini?” tanya Wawan sambil berhenti menyeruput minuman. “Aku ….” Aku menundukan kepala, karena tidak memiliki jawaban yang tepat. “Jawablah tanpa keraguan,” ucap Wawan sekali lagi. “Aku menyukai tempat ini, tapi aku nggak tahu di mana ini. Memangnya … tempat ini di mana?” “Sebenarnya, aku mengajakmu jalan-jalan sebentar di tempat ini. Aku akan mengatakan. Sebelumnya, aku memintamu untuk menutup kedua bola mata.” “Memangnya ada apa?” Aku mengernyitkan dahi. Tiba-tiba saja salah satu tangannya menyentuh punggung tanganku. Terasa dingin. Kumiringkan kepala untuk melihat sinar dari bola matanya yang kian aneh. Bukan aneh menyeramkan, tetapi sinar bening bak mutiara yang membuat perasaanku semakin kagum. “Hey! Jangan melamun!” Lagi-lagi Wawan mengganggu kosentrasiku. Dasar Si Hantu payah! Si Hantu Wawan sama sekali tidak mengerti bahwa aku hanya memperhatikan sinar yang keluar dari kedua bola matanya. Sekara

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Mimpi Bertemu Wawan di Pantai yang Asing

    Aku sebenarnya tidak mengetahui secara pasti mengapa Sang Putri sepertiku bisa jatuh cinta kepada sosok hantu? Hal ini sangat aneh. Aku sangat berharap kalau sahabatku bernama Ayuk tidak pernah mengetahui perasaan aneh ini kepada seorang hantu. Namun, sampai kapan aku harus menyimpan rahasia besar ini? Hingga semua rambutku sudah memutih dan kulit wajahku keriput? Sangat mustahil! Aku terus saja teringat akan sosok hantu Wawan yang pernah menciumku. Hal itu merupakan ciuman pertama dan mungkin … terakhir. “Sitiii! Ah, kamu melamun saja. Memangnya kenapa, hayooo.” Lamunanku buyar gara-gara disinggung oleh Ayuk. Ia memang perusak suasana hatiku. “Nggak apa-apa, Ayuk. Ya sudah tidur lagi. Perjalanan pulang masih lumayan panjang!” celetukku sedikit kesal. Kulihat, sahabatku yang menyebalkan itu pun mengalah. Ayuk kembali tidur. Kusibakkan tirai jendela bus untuk melihat malam yang semakin gelap. Kini, usai sudah perjalananku di tempat-tempat wisata itu. A

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Kejutan Manis dari Hantu Wawan

    Setelah Sang Mama Tiri membuang bungkusan hitam yang berisi mayat si Wawan ke pembuangan sampah massal. Wanita itu pulang ke rumah dengan tangisan palsu. Ia mengambil banyak air minum dari dispenser. Lalu menyiapkan makan siang untuk sang Suami, Sosrodiningrat. “Ternyata kamu sudah pulang. Tumben cepat sekali. Gimana pekerjaanmu di Sekolah Rakyat?” ucap Santi, Sang Mama Tiri sambil menata piring di meja makan. “Iya. Tadi teman-teman kantor ada rapat sebentar.” “Baguslah. Hari ini aku masakin kamu tahu bacem sama tumis kangkung. Aku pikir in makanan kesukaanmu.” Setelah Santi menuangkan nasi dan sayuran ke piring, ia memijit-mijit pundak suaminya. Ia memahami bahwa bekerja sebagai guru di Sekolah Rakyat pasti membuatnya lelah. “Kamu memang istri yang sangat mengerti kondisi suaminya.” “Tentu saja aku akan menjadi satu-satunya istri yang bisa membuatmu sangat puas,” ucap Santi dengan senyum menyeringai. Sosrodiningrat hanya membal

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Masa Lalu Si Hantu Wawan

    Sebenarnya, perjalananku ke tempat wisata terakhir yaitu Candi Borobudur, tidak ada yang menarik. Aku bersama beberapa teman lainnya memang berada di samping Stupa Candi sambil menikmati hamparan bukit yang memukau. Lalu berbincang dengan sok bahasa inggris dengan salah satu wisatawan mancanegera–yang ternyata turis asing itu bisa berbahasa Indonesia. Kami hanya tertawa menyadari kekonyolan yang dibuat-buat oleh salah satu temanku.Mengenai sosok Si Hantu Wawan, anehnya tidak terlihat sepanjang aku menelusuri area candi. Aku hanya membeli beberapa souvenir berupa kalung manik-manik, miniature Candi Borobudur warna putih yang terbuat dari gypsum, miniature patung, dan beberapa camilan. Sementara Ayuk membeli baju-baju kecil bersablon candi, Magelang, Jogja, dan sekitarnya. Jika aku menceritakan apa yang dibeli Kalim, sungguh sangat membuatku geleng-geleng kepala.Ia hanya membeli cilok? Sebenarnya aku tidak percaya ia yang doyan

  • Sang Putri: Sahabat Dari Surga   Malam Terindah di Dalam Bus

    Napasku terasa sekali ngos-ngosan. Seolah-olah aku baru selesai berlari seratus kilometeran, atau habis dikejar oleh macan. Tidak keduanya. Aku memegang kepalaku sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Kupandangi sekeliling, ternyata aku masih di dalam bis yang terus melaju.Kumenyibak-nyibak gorden bus, ternyata hari hampir tengah malam. Kurasakan telapak tanganku bau minyak yang tidak pernah asing.“Siti, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Ayuk sambil memegang minyak kayu putih.Aku tentu saja linglung. Tiba-tiba saja Ayuk mengajukan pertanyaan tersebut.“Memangnya ada apa? Aku baik-baik aja.”“Enggak, Ti. Hampir tiga jam kamu pingsan. Aku kira tidur, tapi kok kayak nggak bernapas. Aku manggil Pak Bakir buat bangunin, ternyata kamu pingsan. Apa kamu lapar jadinya pingsan?”“Perasaan tadi aku udah makan banyak, kok.”“Terus, apa kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?”

DMCA.com Protection Status