Kali ini, teleponnya berdering cukup lama, tapi tidak ada jawaban. Ketika Daffa mengira orang tersebut tidak akan mengangkat panggilan teleponnya, barulah telepon itu tersambung."Halo. Aku ingin tim teknis...” Daffa baru mulai berbicara, tapi dia disela dengan kasar sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya."Siapa ini?" jawab seorang pria dengan malas. Dia terdengar seperti sedang tidur siang dan baru saja dibangunkan oleh telepon ituDaffa mengerutkan kening mendengar jawaban dan nada malas pria itu, tapi tetap menjawabnya.“Ini Daffa Halim,” jawab Daffa dengan datar."Daffa Halim?" tanya pria itu dengan nada mengejek sebelum tertawa.“Kalau kamu Daffa Halim, maka aku adalah Wistara Mahatma!” kata pria itu dengan nada mengejek.Wistara Mahatma adalah pendiri dan kepala Grup Finansial Mahatma, jadi jelas sekali bahwa peneleponnya tidak percaya bahwa dia benar-benar Daffa Halim, kepala Konsorsium Halim yang terkenal."Kukira ini telepon penting!" gerutu pria itu dengan marah d
Alya terbangun di sedan hitam dengan empat pria kekar yang menculiknya.Dia terjepit di antara mereka di kursi belakang sedan itu dan seraya sedan itu melaju dengan kecepatan tinggi, dia sangat terguncang ketika si pengemudi melaju lurus melewati beberapa lubang di jalan. Lubang jalanan itu membuatnya tidak seimbang dan dia menjadi mendekat dengan dua penculik kekar di sampingnya.Dia sangat ketakutan pada pria-pria kekar itu, jadi dia tidak berani untuk menyuarakan ketidaknyamanannya saat itu.Alya tetap terdiam seperti sebuah danau yang tenang seraya sedan itu melaju. Entah sudah berapa lama sedan itu melaju, tapi ketika bokongnya mulai pegal, sedan itu akhirnya berhenti.Empat pria kekar itu turun dari sedan hitam dengan tergesa-gesa dan menarik Alya dengan kasar keluar dari mobil itu.Alya berteriak ketakutan, tapi sebelum dia bisa terus berteriak, suara yang renyah terdengar dan sensasi yang panas menyebar di pipinya.Salah satu dari penculik kekar itu telah menamparnya.“D
Michael dan Alya tampak terkejut. Mereka sangat kaget melihat Daffa berjalan melalui pintu yang sudah hancur.Kemunculan Daffa yang tiba-tiba membuat Alya yang baru saja hendak menyetujui permintaan Michael merasa lega dan senang.Dia bangkit dari lututnya dan mengempaskan dirinya ke pelukan Daffa. Tindakan itu mau tidak mau melembutkan ekspresi dingin yang tadinya terpampang di wajah Daffa.Ketika Alya tenggelam dalam pelukannya, semua rasa takut yang dia rasakan sejak penculikannya hingga saat ini langsung meleleh dan dia menangis dengan lantang. Dia tidak pernah merasa seaman ini seumur hidupnya dan berbagai macam emosi mengambil alih dirinya.Ekspresi yang gelap muncul di wajah Michael seraya dia menyaksikan Alya mengempaskan dirinya ke Daffa. Dia merasa sangat murka saat itu.“Bagaimana kamu bisa menemukan kami?” teriak Michael dengan marah. Dia telah menghabiskan banyak uang untuk membangun kabin ini di tengah-tengah hutan supaya dia tidak akan bisa ditemukan dengan mudah ol
Di luar kabin, lebih dari enam helikopter polisi menyalakan lampu mereka yang terang ke kabin dan lebih dari 16 mobil polisi mengepung kabin itu.Semua petugas polisi turun dari mobil dengan bersenjata penuh dan melatihnya ke kabin dan siap untuk menembak kapan pun mereka mendapatkan perintahnya.“Ini polisi! Angkat tangan kalian dan keluar dari kabin. Kalau tidak, kami harus menggunakan kekerasan,” ujar petugas polisi yang tampaknya adalah penanggung jawab dari operasi penyelamatan itu dengan lantang.Michael, yang tetap tenang selama Daffa bertarung dengan para penculik tidak bisa tetap tenang lagi ketika dihadapi oleh barisan petugas polisi itu.“Apa yang mereka lakukan di sini?” teriak Michael dengan lantang, wajahnya memucat ketakutan. Kemunculan para polisi membuatnya luar biasa panik.Sebagai kepala dari Konglomerat Irawan saat ini, dia tidak bisa terlibat dalam masalah kontroversial atau kerja kerasnya dan para leluhurnya untuk mengembangkan Konglomerat Irawan akan sia-sia
Keringat dingin muncul di wajah Daffa dengan sebuah pistol yang teracungkan ke arahnya di tangan Michael. Pengaman pistolnya terlepas dan ketika Michael menarik pelatuknya, sebuah peluru akan menusuk jantungnya.Daffa benar-benar merasa takut ketika dihadapi pistol yang mengarah ke jantungnya. Dia bukanlah orang bodoh, jadi dia tahu bahwa dengan jumlah latihan yang telah dia lakukan, dia tidak mungkin bisa menghindari sebuah peluru. Saat Michael menembaknya, Daffa tidak akan selamat.Mata Alya membelalak terkejut dan ketakutan ketika dia melihat pistol di tangan Michael dan jantungnya berdegup kencang. Jemarinya langsung terasa dingin dan dia tidak pernah merasa setakut itu seumur hidupnya.“Tunggu!” teriak Daffa dengan lantang ketika Michael hendak menarik pelatuknya.Michael berhenti dan menatap Daffa dengan tatapan jahat, sementara para petugas polisi di luar bergerak mendekat ke kabin ketika mereka melihat senjata di tangan Michael.“Apakah kamu punya kata-kata terakhir?” tany
“Apa maksudnya kalian kehilangan jejaknya?!” teriak ketua petugas polisi yang bertanggung jawab melalui protofon.Petugas polisi yang memegang protofon itu meringis terhadap nada atasannya yang kasar. Dia tahu bahwa dia akan diomeli ketika dia kembali dari pencariannya.“Seperti yang saya katakan, Ketua. Jejaknya menghilang. Kami tidak bisa menemukannya sama sekali. Rasanya seolah dia tiba-tiba menghilang dari hutan,” jawab petugas polisi dengan getir.“Kamu ingin aku memercayai itu?” teriak ketua polisi dengan marah.“Ketua...”“Sudahlah. Aku seharusnya tidak memercayakan hal sepenting ini kepada kalian. Kembalilah sekarang dan jangan membuatku menunggu lama!” teriak ketua polisi dengan murka dan mengakhiri pembicaraan itu.Petugas polisi itu menghela nafas dan mengacungkan tangannya pada petugas polisi lainnya sebelum berteriak.“Hentikan pencariannya dan berkemaslah! Kita kembali sekarang!”Para petugas polisi menuruti perintahnya dan mulai berkemas. Dalam kurang dari satu m
Ketika dokter itu melangkah keluar dari ruang operasi, Alya, kakek Daffa, dan Bram bergegas menghampirinya. Mereka sangat cemas mengenai hasil operasinya dan beberapa jam sebelumnya yang mereka gunakan untuk menunggu sangat menyiksa bagi mereka.“Bagaimana kondisi cucuku? Apakah dia baik-baik saja?” tanya kakek Daffa dengan suara yang tidak memberikan ruang untuk respons negatif.Dokter itu menelan ludah ketika dihadapi pertanyaan kakek Daffa. Dia tidak mengetahui banyak hal mengenai pria tua di hadapannya, tapi dari tingkah lakunya yang penuh wibawa, dia bisa tahu bahwa dia bukanlah seseorang yang boleh dia singgung. Pengalamannya bertahun-tahun sebagai dokter bedah memberi tahu itu padanya.“Cucu Anda baik-baik saja, Tuan. Operasinya sukses 100%. Hanya masalah waktu sampai dia kembali pulih sepenuhnya,” kata dokter itu dengan hati-hati, takut perkataannya memicu kemarahan pria tua di hadapannya.Untungnya, pria tua itu tidak marah terhadap perkataannya dan hanya mengembuskan nafa
Keterkejutan Gilang dan teman-temannya dapat dipahami karena orang yang memasuki ruangan itu tidak lain adalah Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa!Jihan berpakaian dengan santai, rambutnya diikat kuda. Namun, pakaian santainya tidak bisa menutupi kecantikannya yang luar biasa dan tubuh bak jam pasirnya. Kecantikannya malah lebih terpampang oleh pakaian santai yang dia kenakan.“Daffa! Apa yang terjadi padamu?” tanya Jihan dengan khawatir ketika dia memasuki ruangan dan melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan setelahnya ketika dia mengempaskan dirinya ke Daffa yang sedang berbaring di ranjang.Gilang, Miko, dan Raka tampak sangat terkejut seolah-olah mereka telah melihat ikan berlari di darat. Itu adalah wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa! Bagaimana bisa Daffa menjadi begitu akrab dengan Jihan Winata?Daffa sendiri ikut terkejut dan lebih terkejut lagi karena tindakan Jihan. Walaupun mereka mengenal satu sama lain, mereka b
Bart menelan ludah. Meskipun tangannya masih diikat di belakangnya dengan tali, dia masih dapat mengepalkan tangannya.Penghinaan memenuhi matanya seraya dia menatap Daffa dan menggeram, “Bukan hanya memukulku, kamu juga telah mengakuinya dengan tidak tahu malu! Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa tidak ada apa pun—bahkan hukum mana pun—di dunia ini yang dapat menahanmu?”Mata Daffa menyipit menjadi garis seraya dia berpikir, “Aku tahu apa yang Bart lakukan. Dia sedang menunjukkan otoritasnya padaku dan mengisyaratkan secara halus bahwa dia bukanlah seseorang yang dapat dilawan. Pfft. Hanya saja, dia tidak tahu sekonyol apa tindakannya bagiku.”Tidak repot-repot menyembunyikan perasaannya, Daffa mendengus sebelum menyeringai dengan nakal. Bibirnya melengkung lebih dalam detik demi detik seraya dia perlahan berbicara, “Aku telah menghadapi kemurkaan banyak orang dan mereka sering kali bersikap sepertimu—dengan cara yang menyedihkan dan hampir kekanak-kanakan.”Melihat seringaian
“Kurasa kita bisa menyebut ini keajaiban medis,” kata Daffa sambil mengangkat bahunya dan mengangkat kedua tangannya di udara. Dia lalu menoleh untuk melihat ke sampingnya.Itulah tempat Bart terduduk. Matanya terpejam sepanjang waktu, tapi dia menghela napas pada saat itu, dengan kaku menoleh ke arah Daffa dan berbicara seperti robot. “Kamu pintar, ya. Aku sudah berusaha keras untuk menyamarkan keadaan sadarku. Sayangnya, kamu tetap menangkapku.”Dia tidak lagi menyembunyikan keadaan tersadarnya pada saat itu. Setelah mengatakan itu, dia memperjelas kebencian di dalam matanya ke arah Daffa dan Danar.“Lucu sekali kamu berkata begitu.” Daffa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bertatapan dengan Bart, menatapnya dengan tatapan kebingungan seraya dia mengumumkan, “Kalaupun kamu sudah tenggelam dalam peranmu dan berakting sebaik mungkin, aku hanya dapat mengatakan satu hal—aktingmu itu tidak pernah mengecohku sekali pun. Kemarahanmu terpancar dari setiap pori-porimu.
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela
Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku
Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang
Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac