Share

Bab 142

Penulis: Benjamin
Keterkejutan Gilang dan teman-temannya dapat dipahami karena orang yang memasuki ruangan itu tidak lain adalah Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa!

Jihan berpakaian dengan santai, rambutnya diikat kuda. Namun, pakaian santainya tidak bisa menutupi kecantikannya yang luar biasa dan tubuh bak jam pasirnya. Kecantikannya malah lebih terpampang oleh pakaian santai yang dia kenakan.

“Daffa! Apa yang terjadi padamu?” tanya Jihan dengan khawatir ketika dia memasuki ruangan dan melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan setelahnya ketika dia mengempaskan dirinya ke Daffa yang sedang berbaring di ranjang.

Gilang, Miko, dan Raka tampak sangat terkejut seolah-olah mereka telah melihat ikan berlari di darat. Itu adalah wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa! Bagaimana bisa Daffa menjadi begitu akrab dengan Jihan Winata?

Daffa sendiri ikut terkejut dan lebih terkejut lagi karena tindakan Jihan. Walaupun mereka mengenal satu sama lain, mereka b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 143

    Daffa masih dirawat di rumah sakit, tapi pulih dengan cepat karena kemampuan penyembuhan diri yang diberikan cairan emas kepadanya.Dia sudah dirawat di Rumah Sakit Serene selama dua hari sekarang dan menurut dokter, dia akan diperbolehkan pulang dua hari ke depan dan direkomendasikan untuk melakukan olahraga singkat sebelum kepergiannya. Karena itu, Daffa memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit untuk menuruti perkataan dokternya.Suasana di rumah sakit itu hening dan tenteram, dengan suara bip mesin menggema di lorong.Daffa berjalan dengan santai dan perasaan melankolis perlahan mengisi hatinya seraya dia berjalan. Dia bisa melihat berbagai macam orang menderita berbagai macam penyakit ditahan di ruang inap mereka seraya dia berjalan.Dia bisa mendengar mereka berbicara dengan suara yang sedih pada orang tersayang mereka. Dia sadar bahwa beberapa dari mereka sedang melakukan percakapan terakhir seraya waktu berjalan.Seraya dia berjalan dengan perlahan, dia berte

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 144

    Wajah Direktur Yul tampak tidak percaya ketika dia mendengar pernyataan Daffa yang penuh wibawa.‘Tidak lagi?’‘Apa maksudnya tidak lagi?’‘Dia bercanda, ‘kan?’Dokter, perawat, dan pasien yang tertarik oleh keributan yang terjadi juga terkejut mendengar pernyataan Daffa. Mereka tidak paham bagaimana seseorang yang baru menginjak kepala dua mengaku akan menghentikan Direktur Yul dari tugasnya.Terlebih lagi, dengan ekspresi tegas pada wajah Daffa, tampaknya dia tidak bercanda sama sekali!“Kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!” ujar Direktur Yul dengan marah.“Aku adalah direktur dari rumah sakit ini, jadi kamu pikir kamu siapa, menentukan apakah aku bisa lanjut bekerja di rumah sakit ini atau tidak?” tanya Direktur Yul dengan marah.Daffa tidak menjawab apa-apa terhadap pertanyaannya, tapi hanya beranjak pergi. Vera mengikuti di belakangnya, tapi tidak sebelum memelototi Direktur Yul dengan dingin.Dia berjalan kembali ke ruang inapnya setelah berpamitan dengan Vera k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 145

    Ketika dia mematikan teleponnya dengan Erin, dia mendengar ketukan lembut dari luar ruangannya.Alis Daffa berkerut mendengar ketukan itu, tapi dia berkata dengan tenang.“Masuklah.”Pintu itu terbuka dan wanita muda yang familier melangkah masuk. Wanita itu tentunya adalah Vera.“Halo, Daffa,” sapa Vera dengan lembut, matanya menatap lantai.“Halo, Vera. Ada yang bisa kubantu?” tanya Daffa, nada bicaranya terdengar kebingungan.Vera menjulurkan sebuah keranjang berisi buah-buahan pada Daffa sebelum berkata dengan malu-malu.“Aku tidak tahu kamu sedang dirawat di rumah sakit ini. Kukira kamu hanya datang untuk mengunjungi seseorang yang sudah sakit. Aku membawakan buah-buahan ini untuk membantu pemulihanmu dan membuatmu pulih lebih cepat,” kata Vera malu-malu.Daffa tersenyum tipis di wajahnya setelah mendengar perkataan Vera. Dia menjulurkan tangannya dan mengambil satu buah dari keranjang itu dan memakannya di hadapan Vera.“Terima kasih,” kata Daffa seraya dia memakan buah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 146

    Daffa, Direktur Yul, dan Vera berbalik ke arah pria itu seraya dia memasuki ruangan Daffa.Daffa menatap pria yang melangkah masuk itu dari dekat. Dia tampak berumur akhir 30-an dengan rambut hitam yang penuh dan tubuh yang tinggi dan kekar, mengenakan jas lab putih. Akan tetapi, dia memiliki lingkaran hitam di bawah matanya, jadi siapa pun bisa mengetahui bahwa kalau bukan stres, dia tidak tidur dengan cukup.Daffa terkejut melihat kedatangan dokter itu, tapi mengambil sikap pasif karena pria tersebut pasti memiliki alasan untuk masuk ke ruang inapnya.Tentunya, hanya membutuhkan beberapa detik bagi dokter itu untuk menyampaikan alasan kedatangannya.“Halo, Tuan Halim. Maaf saya masuk tiba-tiba seperti ini, tapi saya mendengar seluruh percakapan dari luar ruangan,” kata pria itu.“Nama saya adalah Dr. Arsakha dan saya telah bekerja sebagai doktor di sini selama 10 tahun belakang,” kata pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Dr. Arsakha.“Apakah ada alasan kamu masuk ke sini?”

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 147

    Setelah Direktur Yul dibawa pergi oleh para petugas keamanan, Daffa kembali ke ruang inapnya, tidak melirik pada para dokter ataupun perawat sedikit pun.Karena dia adalah pemilik baru dari rumah sakit itu, beberapa dari mereka pasti langsung memikirkan bagaimana cara untuk mendekatinya, tapi karena dia tidak berniat untuk mengurus rumah sakit itu secara aktif, dia ingin menghindari situasi seperti itu sebisa mungkin.Vera dan Dr. Arsakha mengikuti Daffa dari dekat seraya dia beranjak ke ruang inapnya. Vera sangat terpesona oleh Daffa setelah semua kejadian itu dan sekarang menganggapnya sebagai seseorang yang sangat agung. Dia sudah tahu bahwa Daffa adalah orang kaya setelah dia menghabiskan 4,05 miliar untuk membayarkan tagihan medisnya, tapi kejadian hari ini menunjukkan bahwa Daffa bukanlah orang kaya biasa.Sementara itu, Dr. Arsakha senang bukan kepalang setelah Direktur Yul diusir dari rumah sakit. Sudah lama sekali dia menantikan hari ini akan terjadi dan dia sangat lega bah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 148

    Runtutan kejadian setelahnya berjalan dengan lancar bagi Daffa. Setelah menunjuk Tuan Luis sebagai direktur baru dari Rumah Sakit Serene, rincian yang dia minta dari Erin dikirimkan ke ponselnya. Ini termasuk rincian mengenai setiap dokter dan perawat yang terlibat dalam aktivitas yang mencurigakan yang dibiarkan begitu saja oleh para pemilik sebelumnya.Sebagai hasilnya, beberapa dokter lama dan perawat dipecat tanpa keraguan sedikit pun walaupun mereka memohon dan menangis. Mereka telah menyangka hal yang terburuk dari Daffa ketika mendengar bahwa pemilik dari rumah sakit telah berganti, tapi mereka masih terkejut oleh secepat apa dia melakukan perintahnya.Baru dua jam berlalu sejak Daffa menjadi pemilik baru dari rumah sakit, tapi beberapa dokter dan perawat telah dipecat!Berita mengenai penunjukkan Tuan Luis sebagai Direktur Rumah Sakit Serene yang baru diterima oleh para staf dengan perasaan yang campur aduk. Beberapa merasa senang, beberapa merasa sedih, sementara beberapa b

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 149

    Tidak ada hal buruk yang terjadi dengan para dokter atau staf di Rumah Sakit Serene dan keesokan harinya seperti kata dokter, Daffa dipulangkan dari rumah sakit.Daffa yang dipulangkan dengan sangat cepat cukup mengejutkan para tenaga medis yang merawat Daffa. Alasannya adalah karena luka kritis seperti yang dialami oleh Daffa seharusnya membuatnya harus dirawat di ranjang selama lebih dari satu bulan bahkan setelah operasi yang berhasil, tapi Daffa dipulangkan dalam kurang dari satu minggu.Itu tidak pernah terjadi sebelumnya.Tentu saja hal tersebut karena kemampuan penyembuhan diri dari cairan emas, tapi para tenaga kerja tidak mengetahui cairan emas yang ada di dalam tubuh Daffa sehingga keterkejutan mereka terhadap kecepatan pemulihan Daffa dapat dipahami.Hal aneh lainnya adalah bahwa operasi Daffa tidak meninggalkan bekas luka di dadanya! Kulitnya semulus telur dan tanpa catatan medisnya, tidak mungkin ada yang bisa mengetahui bahwa Daffa pernah dioperasi.Daffa baru saja s

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 150

    Undangan makan malam itu akan diadakan di Hotel IUV Xenon dalam dua hari, jadi mereka tidak terburu-buru untuk menghadirinya.Daffa harus mengakui bahwa Maxwell Irawan cukup cerdas dalam beberapa hal. Alasannya adalah karena dia mengetahui bahwa Daffa baru saja dipulangkan dari rumah sakit, jadi dia tidak langsung mengundanganya di hari yang sama dengan hari kepulangannya.Keputusannya untuk mengundang mereka dua hari kemudian itu penuh pertimbangan dan walaupun Daffa sangat bias terhadap Konglomerat Irawan, hal itu setidaknya memberikan poin plus untuk mereka untuk persiapan makan malam yang mendatang.Dua hari berlalu dengan cepat tanpa ada hal besar yang terjadi dan sekarang sudah waktunya untuk makan malam itu.Daffa yang sekarang dalam kondisi sempurna lebih memperhatikan pakaiannya lebih dari biasanya. Biasanya dalam acara seperti ini, dia akan berpakaian dengan santai, tapi kali ini dia ingin membuat kesan yang kuat terhadap Maxwell Irawan.Apa pun senjata yang dimiliki Max

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status