Share

Bab 150

Author: Benjamin
Undangan makan malam itu akan diadakan di Hotel IUV Xenon dalam dua hari, jadi mereka tidak terburu-buru untuk menghadirinya.

Daffa harus mengakui bahwa Maxwell Irawan cukup cerdas dalam beberapa hal. Alasannya adalah karena dia mengetahui bahwa Daffa baru saja dipulangkan dari rumah sakit, jadi dia tidak langsung mengundanganya di hari yang sama dengan hari kepulangannya.

Keputusannya untuk mengundang mereka dua hari kemudian itu penuh pertimbangan dan walaupun Daffa sangat bias terhadap Konglomerat Irawan, hal itu setidaknya memberikan poin plus untuk mereka untuk persiapan makan malam yang mendatang.

Dua hari berlalu dengan cepat tanpa ada hal besar yang terjadi dan sekarang sudah waktunya untuk makan malam itu.

Daffa yang sekarang dalam kondisi sempurna lebih memperhatikan pakaiannya lebih dari biasanya. Biasanya dalam acara seperti ini, dia akan berpakaian dengan santai, tapi kali ini dia ingin membuat kesan yang kuat terhadap Maxwell Irawan.

Apa pun senjata yang dimiliki Max
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Frengky Khomaro
masih ada lanjutan,tdk?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 151

    Raut wajah Daffa tampak datar seraya dia menatap pria yang duduk di samping meja yang dipenuhi oleh hidangan. Walaupun dia tidak bisa melihat ekspresi kakeknya sekarang, dia bisa menebak bahwa kakeknya juga memasang ekspresi datar yang sama.Maxwell Irawan cukup tampan dan walaupun dia sudah tua, Daffa bisa tahu bahwa dulunya dia suka bermain-main dengan wanita dan tidak sulit untuk mengetahui dari siapa Michael Irawan mendapatkan wajah tampannya.Akan tetapi, walau ada beberapa persamaan antara ayah dan anak itu, tentunya masih ada beberapa perbedaan di antara mereka.Pertama-tama, Maxwell tidak memiliki kesan kejam dan licik yang dimiliki anaknya dan dia terlihat agak lembut, tapi itu membuat Daffa waspada. Lagi pula, dia tahu bahwa salah satu peraturan paling dasar dalam pertemuan seperti ini adalah jangan menilai buku dari sampulnya.Biarpun Maxwell Irawan tidak terlihat mengancam sekarang, dia bisa jadi lebih kejam dan licik daripada putranya. Lagi pula, mereka memiliki darah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 152

    Daffa dan kakeknya tampak terkejut ketika mereka mendengar perkataan Maxwell. Mereka memahami makna dari perkataannya sehingga mereka sangat terkejut.Menurut apa yang Daffa ketahui dari penyelidikannya, Konglomerat Irawan telah menuntun Michael Irawan sejak dia masih kecil untuk menjadi pewaris dari konglomerat mereka. Tidak menganggap Michael sekarang dan mengusirnya dari keluarga Irawan berarti mereka tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengannya sekarang dan tahun-tahun mereka menuntun dan melatihnya menjadi sia-sia.Itulah mengapa Daffa dan kakeknya terkejut pada situasi itu. Itu adalah keputusan yang kejam dan tidak berperasaan.Daffa menoleh untuk menatap Maxwell Irawan setelah pernyataannya. Dia sekarang memikirkan ulang kekejaman Maxwell Irawan karena keputusan ini menunjukkan bahwa Maxwell Irawan lebih kejam daripada putranya.Di balik wajah yang ramah dan rendah diri adalah seorang pria yang akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi Konglomerat Irawan dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 153

    Deringan ponselnya membuyarkan lamunannya.Dia mengerutkan dahinya. Dia memiliki firasat.Ketika dia mengangkat telepon, dia mendengar suara Raka melalui ponselnya, dia hampir menangis.“Aku tahu aku tidak seharusnya mengatakan ini, terutama padamu. Kamu akhirnya memiliki kekayaan untuk hidup dengan normal, tapi aku sangat, sangat membutuhkan bantuanmu.”Daffa hanya memiliki sedikit teman dan Raka adalah salah satunya. Pria itu telah membantunya ketika dia didenda 75 juta rupiah di kantor polisi. Tanpanya, dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu kakeknya.“Kamu di mana, Raka? Berapa banyak yang kamu butuhkan?”“Kamu terdengar sebodoh temanmu, apakah kamu benar-benar kaya seperti yang temanmu katakan? Kamu harus membayar jumlah yang besar supaya temanmu bisa dilepaskan atau mungkin aku akan menjualnya ke luar negeri untuk menghasilkan uang untukku,” kata seorang pria sambil tertawa di telepon.Daffa langsung marah mendengarnya. Dia bisa merasakan adrenalin berger

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 154

    Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bram. “Aku ingin tahu apakah temanku sedang diancam di kasino.”“Tuan Muda, saya sudah menyelidikinya, tapi Tuan saya merasa bahwa lebih baik jika Anda mencari tahu sendiri ketika Anda tiba di sana.”Dia tidak memahami niatan kakeknya. Dia mematikan teleponnya dan lanjut membaca dokumennya.Lalu, dia melihat sebuah nama di dokumen yang membuatnya ingin muntah.‘Grup Dream Investment.’Kepalan tangan Daffa perlahan berubah sekeras batu dan nada bicaranya tidak lagi tenang. “Alan Purnama, sebaiknya kamu berharap hal ini tidak ada hubungannya denganmu atau kamu akan menyesalinya seumur hidupmu!”Ketika perkataan itu keluar dari mulutnya, dia mendengar suara pilotnya berkata, “Tuan Muda, kita akan mendarat dalam tiga menit, jadi tolong bersiap-siap.”Daffa meletakkan kembali cangkirnya, duduk di kursi, dan menutup matanya.Helikopter itu mendarat dengan mulus dan pintunya terbuka dengan cepat.Daffa melihat rumput hijau dan mengerutkan dahi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 155

    Daffa tidak tahu apa yang orang-orang pikirkan di belakangnya.Dia hanya tahu bahwa dia telah terhambat cukup lama dan Raka sedang menunggu pertolongannya.Disebutkan bahwa di negara Slokus, mata mereka lebar ketika mereka membunuh orang-orang, bahkan darah yang masuk ke mulut mereka tidak akan mengubah wajah mereka.Daffa meningkatkan kecepatannya ketika dia mengenai tanah.Kedua pilot, pria dan wanita, mengikutinya.Penjaga keamanan yang malang di tanah ditinggalkan begitu saja, hanya berlutut di tanah, terkesima seraya punggung Daffa menghilang di kejauhan.Mulutnya gemetar hebat seraya dia bangkit dan berjalan dengan terhuyung-huyung kembali ke tempat jaganya.Di sisi lain, Daffa keluar dari bandara di negara Slokus.Tidak seperti tempat lainnya, di luar ada kasino, bukan toko maupun restoran.Dia tidak melihat taksi, pun kedua pilot itu. Setelah menunggu cukup lama, ketika Daffa hendak berjalan saja, dua pilot itu keluar.Sambil terengah-engah, pria itu berkata, “Tuan Mu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 156

    Ekspresi di wajah Daffa menunjukkan keseriusan dirinya.Wajah wanita itu berubah. Dia telah kehilangan kendali akan tubuhnya ketika dia melihat kartu itu.Dia mengenali kartu ini!Semua orang harus mengenali kartu ini selama pelatihan pra kerja!Hal itu supaya mereka bisa melayani keluarga Halim dengan lebih baik.Dia telah mengandai-andai ketika dia memiliki kesempatan untuk memasuki keluarga Halim lalu menjadi Nyonya Halim.Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah dia tunggu-tunggu merasa tersinggung dan marah padanya.Dia berdiam diri, tubuhnya tegang, dan hanya matanya yang masih bisa bergerak dan menatap kartu itu. Dia lalu berpikir keras mengenai apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki situasi itu sekarang.Akan tetapi, Daffa meletakkan kartu itu kembali ke sakunya. “Sekarang, apakah aku bisa masuk?”Wanita itu melihat ekspresi di wajah Daffa dan masih tidak bisa menyangkanya.Dengan matanya terpaku pada punggung Daffa seraya dia berjalan masuk melalui pintu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 157

    Manajer itu dengan hati-hati tersenyum miring terhadap Daffa sebelum menundukkan kepalanya. “Maaf, tapi aku tidak mengenali merk pakaiannya karena tampaknya tidak terkenal. Akan tetapi, bajunya memang terlihat mahal.”Daffa bisa tahu bahwa nada bicaranya memang sedang mencemoohnya.Saat itulah ketika suara yang percaya diri di ujung telepon berkata, “Jika sebuah pakaian tidak memiliki merek, pasti itu adalah barang kustom. Aku tidak yakin seseorang sehebat itu akan datang ke kasino kita. Maka dari itu, tidak mungkin lelaki ini berhubungan dengan seseorang sekaya itu.”Situasi itu tampak seperti sebuah candaan pada Daffa yang terus terdiam dan memasukkan tangannya ke sakunya. Walaupun begitu, tatapan dinginnya membuat semua orang merinding. Daffa pun menjulurkan tangannya dan mengetuk meja dua kali sebelum menjawab, “Bukankah aku seharusnya memberikan kekayaan pada bisnismu melalui sumbanganku? Kenapa tidak ada yang menyambutku? Alih-alih, kamu membiarkan aku di luar sini sendirian.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 158

    Orang yang berbicara itu tidak berani untuk berkata apa-apa lagi seraya dia dengan hati-hati kembali duduk di kursinya.Daffa sudah tidak lagi memikirkan orang itu. Lagi pula, dia tahu bahwa orang-orang yang berjudi di sini jauh lebih miskin dibandingkan dengannya. Seluruh aset mereka bahkan tidak senilai sebagian kecil dari kekayaannya. Tidak mungkin Daffa akan membuang-buang waktunya untuk orang-orang seperti itu. Maka dari itu, dia langsung meletakkan kartu hitamnya yang bertuliskan huruf ‘H’ ke atas meja.Alis manajer itu mengerut. “Aku tahu banyak orang yang memuja-muja Konsorsium Halim. Karena kamu mengetahui keluarga Halim, aku yakin kamu juga paham akan status sosial keluarga itu. Dalam taruhan ini denganku, kuharap kamu mengerti bahwa orang remeh sepertimu tidak bisa bertahan hidup dari kemurkaan kasino kami atau keluarga Halim.”“Jangan lupakan apa yang kamu katakan padaku barusan,” jawab Daffa, suaranya tidak terdapat emosi apa pun seraya dia melirik jam tangannya.Lalu,

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 588

    Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 587

    Tidak peduli setakut apa Bimo, dia tidak berani bergerak dan hanya mengangguk dengan kaku dan patuh.Dengan bibir yang melengkung menjadi senyuman puas, Daffa berkata, “Aku sudah beberapa kali bertukar pikiran dengan salah satu petugas polisimu yang bernama Umar dan aku tidak memiliki pengalaman yang terbaik dengannya. Bukan hanya itu, dia telah memperjelas bahwa dia berpihak pada Grup Ganendra. Meskipun dia gagal memenuhi janjinya, aku masih memastikan kamu tahu setiap tindakan dan rencanaku di Kota Almiron. Bukankah itu benar?”Dengan kening yang basah oleh keringat, dia dengan cepat melirik Umar. Dia lalu kembali fokus pada Daffa dengan senyuman sambil membujuk Daffa. “Tuan Halim yang terhormat, saya rasa ini tidak perlu.”Meletakkan kedua tangannya di sisinya, dia menunjukkan ketulusannya. Dia menghindari tatapan Daffa dan berkata, “Kita bisa menegosiasikan kembali syarat-syarat kolaborasi kita.”Bimo mau tidak mau gemetar ketakutan. Yang dia lihat hanyalah bibir Daffa yang mel

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 586

    Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 585

    Dengan pandangan yang gemetar karena rasa takut, Umar berseru, “Sebaiknya kamu pikirkan dengan baik-baik sebelum melakukan apa yang akan kamu lakukan, Daffa Halim! Pikirkan tentang apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya!”Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan giginya yang putih. “Sejujurnya, perkataanmu membuatku terhibur.”Dia lalu mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Umar. Akan tetapi, kali ini, dia menarik Umar keluar dari lekukan di tembok dan melempar Umar ke ruang di belakangnya. Hanya permusuhan yang terlihat di matanya yang berbinar pada saat itu. Hal itu terus bertahan hingga Umar mendarat di tanah dengan suara dentuman yang keras.Satu-satunya yang berbeda adalah kali ini Umar tidak berteriak kesakitan. Dia terus terdiam setelah dia terbanting ke lantai.Daffa berputar badan, hidungnya berkerut menjadi cibiran kepada Umar sambil dia berbicara dengan santai, “Oh? Aku terkesan. Kamu masih hidup.”Di lantai, Umar berusaha sebisa mungkin untuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 584

    Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 583

    Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 582

    Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 581

    Tatapan Shelvin menyapu melewati Erin sebelum mendarat pada Daffa saat dia berkata, “Hanya saja, aku merasakan abnormalitas pada nona itu ketika dia tiba sebelumnya. Karena itu, aku menelusuri kembali ingatanku dan ingatan Yarlin untuk membandingkannya.”Alis Erin menyatu menjadi kerutan dalam, tapi dia menahan dirinya untuk tidak berkomentar karena dia tahu Daffa sedang fokus sepenuhnya pada percakapan itu.Meskipun Shelvin melihat sikap kedua orang itu yang berbeda, Shelvin melanjutkan, “Aku menemukan bahwa orang-orang mengerikan dari Timur itu—orang-orang busuk yang menyerang Yarlin—telah mengembangkan obat ini sejak bertahun-tahun yang lalu.”Daffa mengangguk. “Iya, aku tahu itu.”Dengan raut wajah yang berubah menjadi ekspresi yang rumit tapi sedikit senang, Shelvin menjawab, “Iya, tapi yang ingin kuberi tahu padamu adalah bahwa orang-orang itu belum berhasil.”“Itu mungkin saja,” kata Daffa dan dia mengangguk setelah jeda yang panjang. Dia berpikir meskipun tokoh-tokoh menge

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 580

    Meskipun hal itu mustahil, Erin melakukannya.Tatapan Daffa menajam pada Erin. Daffa tahu kecerobohannya telah membuat Erin berada dalam kondisinya saat ini dan Daffa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Mata menyipit dengan penuh tekad, Daffa menembakkan kekuatan jiwanya ke depan.Pada saat itu, kekuatan jiwa abu-abu Erin sudah setengah jalan keluar dari tubuhnya, tapi memberontak sekeras mungkin untuk tetap berada di dalam tubuh Erin.Daffa tidak pernah melihat situasi seperti itu sebelumnya, jadi dia menatap ke bawah ke lengannya dan memanggil, “P ….”Seperti jarum jam, Teivel muncul sebelum Daffa bisa selesai mengatakan “Pak.” Teivel melirik gas itu sambil tersenyum. Sosoknya kemudian berpindah ke belakang Daffa untuk berkata, “Itu hanyalah seberkas kekuatan jiwa biasa. Satu-satunya alasan ia menahan seranganmu adalah karena pemiliknya menggabungkan darahnya ke dalamnya.”Serentak, dia melambaikan lengannya ke meja di depan, membuat gelas Daffa di atas meja melayang di

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status