Share

Bab 150

Penulis: Benjamin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Undangan makan malam itu akan diadakan di Hotel IUV Xenon dalam dua hari, jadi mereka tidak terburu-buru untuk menghadirinya.

Daffa harus mengakui bahwa Maxwell Irawan cukup cerdas dalam beberapa hal. Alasannya adalah karena dia mengetahui bahwa Daffa baru saja dipulangkan dari rumah sakit, jadi dia tidak langsung mengundanganya di hari yang sama dengan hari kepulangannya.

Keputusannya untuk mengundang mereka dua hari kemudian itu penuh pertimbangan dan walaupun Daffa sangat bias terhadap Konglomerat Irawan, hal itu setidaknya memberikan poin plus untuk mereka untuk persiapan makan malam yang mendatang.

Dua hari berlalu dengan cepat tanpa ada hal besar yang terjadi dan sekarang sudah waktunya untuk makan malam itu.

Daffa yang sekarang dalam kondisi sempurna lebih memperhatikan pakaiannya lebih dari biasanya. Biasanya dalam acara seperti ini, dia akan berpakaian dengan santai, tapi kali ini dia ingin membuat kesan yang kuat terhadap Maxwell Irawan.

Apa pun senjata yang dimiliki Max
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Frengky Khomaro
masih ada lanjutan,tdk?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 151

    Raut wajah Daffa tampak datar seraya dia menatap pria yang duduk di samping meja yang dipenuhi oleh hidangan. Walaupun dia tidak bisa melihat ekspresi kakeknya sekarang, dia bisa menebak bahwa kakeknya juga memasang ekspresi datar yang sama.Maxwell Irawan cukup tampan dan walaupun dia sudah tua, Daffa bisa tahu bahwa dulunya dia suka bermain-main dengan wanita dan tidak sulit untuk mengetahui dari siapa Michael Irawan mendapatkan wajah tampannya.Akan tetapi, walau ada beberapa persamaan antara ayah dan anak itu, tentunya masih ada beberapa perbedaan di antara mereka.Pertama-tama, Maxwell tidak memiliki kesan kejam dan licik yang dimiliki anaknya dan dia terlihat agak lembut, tapi itu membuat Daffa waspada. Lagi pula, dia tahu bahwa salah satu peraturan paling dasar dalam pertemuan seperti ini adalah jangan menilai buku dari sampulnya.Biarpun Maxwell Irawan tidak terlihat mengancam sekarang, dia bisa jadi lebih kejam dan licik daripada putranya. Lagi pula, mereka memiliki darah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 152

    Daffa dan kakeknya tampak terkejut ketika mereka mendengar perkataan Maxwell. Mereka memahami makna dari perkataannya sehingga mereka sangat terkejut.Menurut apa yang Daffa ketahui dari penyelidikannya, Konglomerat Irawan telah menuntun Michael Irawan sejak dia masih kecil untuk menjadi pewaris dari konglomerat mereka. Tidak menganggap Michael sekarang dan mengusirnya dari keluarga Irawan berarti mereka tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengannya sekarang dan tahun-tahun mereka menuntun dan melatihnya menjadi sia-sia.Itulah mengapa Daffa dan kakeknya terkejut pada situasi itu. Itu adalah keputusan yang kejam dan tidak berperasaan.Daffa menoleh untuk menatap Maxwell Irawan setelah pernyataannya. Dia sekarang memikirkan ulang kekejaman Maxwell Irawan karena keputusan ini menunjukkan bahwa Maxwell Irawan lebih kejam daripada putranya.Di balik wajah yang ramah dan rendah diri adalah seorang pria yang akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi Konglomerat Irawan dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 153

    Deringan ponselnya membuyarkan lamunannya.Dia mengerutkan dahinya. Dia memiliki firasat.Ketika dia mengangkat telepon, dia mendengar suara Raka melalui ponselnya, dia hampir menangis.“Aku tahu aku tidak seharusnya mengatakan ini, terutama padamu. Kamu akhirnya memiliki kekayaan untuk hidup dengan normal, tapi aku sangat, sangat membutuhkan bantuanmu.”Daffa hanya memiliki sedikit teman dan Raka adalah salah satunya. Pria itu telah membantunya ketika dia didenda 75 juta rupiah di kantor polisi. Tanpanya, dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu kakeknya.“Kamu di mana, Raka? Berapa banyak yang kamu butuhkan?”“Kamu terdengar sebodoh temanmu, apakah kamu benar-benar kaya seperti yang temanmu katakan? Kamu harus membayar jumlah yang besar supaya temanmu bisa dilepaskan atau mungkin aku akan menjualnya ke luar negeri untuk menghasilkan uang untukku,” kata seorang pria sambil tertawa di telepon.Daffa langsung marah mendengarnya. Dia bisa merasakan adrenalin berger

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 154

    Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bram. “Aku ingin tahu apakah temanku sedang diancam di kasino.”“Tuan Muda, saya sudah menyelidikinya, tapi Tuan saya merasa bahwa lebih baik jika Anda mencari tahu sendiri ketika Anda tiba di sana.”Dia tidak memahami niatan kakeknya. Dia mematikan teleponnya dan lanjut membaca dokumennya.Lalu, dia melihat sebuah nama di dokumen yang membuatnya ingin muntah.‘Grup Dream Investment.’Kepalan tangan Daffa perlahan berubah sekeras batu dan nada bicaranya tidak lagi tenang. “Alan Purnama, sebaiknya kamu berharap hal ini tidak ada hubungannya denganmu atau kamu akan menyesalinya seumur hidupmu!”Ketika perkataan itu keluar dari mulutnya, dia mendengar suara pilotnya berkata, “Tuan Muda, kita akan mendarat dalam tiga menit, jadi tolong bersiap-siap.”Daffa meletakkan kembali cangkirnya, duduk di kursi, dan menutup matanya.Helikopter itu mendarat dengan mulus dan pintunya terbuka dengan cepat.Daffa melihat rumput hijau dan mengerutkan dahi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 155

    Daffa tidak tahu apa yang orang-orang pikirkan di belakangnya.Dia hanya tahu bahwa dia telah terhambat cukup lama dan Raka sedang menunggu pertolongannya.Disebutkan bahwa di negara Slokus, mata mereka lebar ketika mereka membunuh orang-orang, bahkan darah yang masuk ke mulut mereka tidak akan mengubah wajah mereka.Daffa meningkatkan kecepatannya ketika dia mengenai tanah.Kedua pilot, pria dan wanita, mengikutinya.Penjaga keamanan yang malang di tanah ditinggalkan begitu saja, hanya berlutut di tanah, terkesima seraya punggung Daffa menghilang di kejauhan.Mulutnya gemetar hebat seraya dia bangkit dan berjalan dengan terhuyung-huyung kembali ke tempat jaganya.Di sisi lain, Daffa keluar dari bandara di negara Slokus.Tidak seperti tempat lainnya, di luar ada kasino, bukan toko maupun restoran.Dia tidak melihat taksi, pun kedua pilot itu. Setelah menunggu cukup lama, ketika Daffa hendak berjalan saja, dua pilot itu keluar.Sambil terengah-engah, pria itu berkata, “Tuan Mu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 156

    Ekspresi di wajah Daffa menunjukkan keseriusan dirinya.Wajah wanita itu berubah. Dia telah kehilangan kendali akan tubuhnya ketika dia melihat kartu itu.Dia mengenali kartu ini!Semua orang harus mengenali kartu ini selama pelatihan pra kerja!Hal itu supaya mereka bisa melayani keluarga Halim dengan lebih baik.Dia telah mengandai-andai ketika dia memiliki kesempatan untuk memasuki keluarga Halim lalu menjadi Nyonya Halim.Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah dia tunggu-tunggu merasa tersinggung dan marah padanya.Dia berdiam diri, tubuhnya tegang, dan hanya matanya yang masih bisa bergerak dan menatap kartu itu. Dia lalu berpikir keras mengenai apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki situasi itu sekarang.Akan tetapi, Daffa meletakkan kartu itu kembali ke sakunya. “Sekarang, apakah aku bisa masuk?”Wanita itu melihat ekspresi di wajah Daffa dan masih tidak bisa menyangkanya.Dengan matanya terpaku pada punggung Daffa seraya dia berjalan masuk melalui pintu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 157

    Manajer itu dengan hati-hati tersenyum miring terhadap Daffa sebelum menundukkan kepalanya. “Maaf, tapi aku tidak mengenali merk pakaiannya karena tampaknya tidak terkenal. Akan tetapi, bajunya memang terlihat mahal.”Daffa bisa tahu bahwa nada bicaranya memang sedang mencemoohnya.Saat itulah ketika suara yang percaya diri di ujung telepon berkata, “Jika sebuah pakaian tidak memiliki merek, pasti itu adalah barang kustom. Aku tidak yakin seseorang sehebat itu akan datang ke kasino kita. Maka dari itu, tidak mungkin lelaki ini berhubungan dengan seseorang sekaya itu.”Situasi itu tampak seperti sebuah candaan pada Daffa yang terus terdiam dan memasukkan tangannya ke sakunya. Walaupun begitu, tatapan dinginnya membuat semua orang merinding. Daffa pun menjulurkan tangannya dan mengetuk meja dua kali sebelum menjawab, “Bukankah aku seharusnya memberikan kekayaan pada bisnismu melalui sumbanganku? Kenapa tidak ada yang menyambutku? Alih-alih, kamu membiarkan aku di luar sini sendirian.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 158

    Orang yang berbicara itu tidak berani untuk berkata apa-apa lagi seraya dia dengan hati-hati kembali duduk di kursinya.Daffa sudah tidak lagi memikirkan orang itu. Lagi pula, dia tahu bahwa orang-orang yang berjudi di sini jauh lebih miskin dibandingkan dengannya. Seluruh aset mereka bahkan tidak senilai sebagian kecil dari kekayaannya. Tidak mungkin Daffa akan membuang-buang waktunya untuk orang-orang seperti itu. Maka dari itu, dia langsung meletakkan kartu hitamnya yang bertuliskan huruf ‘H’ ke atas meja.Alis manajer itu mengerut. “Aku tahu banyak orang yang memuja-muja Konsorsium Halim. Karena kamu mengetahui keluarga Halim, aku yakin kamu juga paham akan status sosial keluarga itu. Dalam taruhan ini denganku, kuharap kamu mengerti bahwa orang remeh sepertimu tidak bisa bertahan hidup dari kemurkaan kasino kami atau keluarga Halim.”“Jangan lupakan apa yang kamu katakan padaku barusan,” jawab Daffa, suaranya tidak terdapat emosi apa pun seraya dia melirik jam tangannya.Lalu,

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 415

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 414

    “Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 412

    Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 411

    “Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 410

    Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 409

    Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 408

    “Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 407

    Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it

DMCA.com Protection Status