Share

Bab 152

Author: Benjamin
Daffa dan kakeknya tampak terkejut ketika mereka mendengar perkataan Maxwell. Mereka memahami makna dari perkataannya sehingga mereka sangat terkejut.

Menurut apa yang Daffa ketahui dari penyelidikannya, Konglomerat Irawan telah menuntun Michael Irawan sejak dia masih kecil untuk menjadi pewaris dari konglomerat mereka. Tidak menganggap Michael sekarang dan mengusirnya dari keluarga Irawan berarti mereka tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengannya sekarang dan tahun-tahun mereka menuntun dan melatihnya menjadi sia-sia.

Itulah mengapa Daffa dan kakeknya terkejut pada situasi itu. Itu adalah keputusan yang kejam dan tidak berperasaan.

Daffa menoleh untuk menatap Maxwell Irawan setelah pernyataannya. Dia sekarang memikirkan ulang kekejaman Maxwell Irawan karena keputusan ini menunjukkan bahwa Maxwell Irawan lebih kejam daripada putranya.

Di balik wajah yang ramah dan rendah diri adalah seorang pria yang akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi Konglomerat Irawan dan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 153

    Deringan ponselnya membuyarkan lamunannya.Dia mengerutkan dahinya. Dia memiliki firasat.Ketika dia mengangkat telepon, dia mendengar suara Raka melalui ponselnya, dia hampir menangis.“Aku tahu aku tidak seharusnya mengatakan ini, terutama padamu. Kamu akhirnya memiliki kekayaan untuk hidup dengan normal, tapi aku sangat, sangat membutuhkan bantuanmu.”Daffa hanya memiliki sedikit teman dan Raka adalah salah satunya. Pria itu telah membantunya ketika dia didenda 75 juta rupiah di kantor polisi. Tanpanya, dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu kakeknya.“Kamu di mana, Raka? Berapa banyak yang kamu butuhkan?”“Kamu terdengar sebodoh temanmu, apakah kamu benar-benar kaya seperti yang temanmu katakan? Kamu harus membayar jumlah yang besar supaya temanmu bisa dilepaskan atau mungkin aku akan menjualnya ke luar negeri untuk menghasilkan uang untukku,” kata seorang pria sambil tertawa di telepon.Daffa langsung marah mendengarnya. Dia bisa merasakan adrenalin berger

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 154

    Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bram. “Aku ingin tahu apakah temanku sedang diancam di kasino.”“Tuan Muda, saya sudah menyelidikinya, tapi Tuan saya merasa bahwa lebih baik jika Anda mencari tahu sendiri ketika Anda tiba di sana.”Dia tidak memahami niatan kakeknya. Dia mematikan teleponnya dan lanjut membaca dokumennya.Lalu, dia melihat sebuah nama di dokumen yang membuatnya ingin muntah.‘Grup Dream Investment.’Kepalan tangan Daffa perlahan berubah sekeras batu dan nada bicaranya tidak lagi tenang. “Alan Purnama, sebaiknya kamu berharap hal ini tidak ada hubungannya denganmu atau kamu akan menyesalinya seumur hidupmu!”Ketika perkataan itu keluar dari mulutnya, dia mendengar suara pilotnya berkata, “Tuan Muda, kita akan mendarat dalam tiga menit, jadi tolong bersiap-siap.”Daffa meletakkan kembali cangkirnya, duduk di kursi, dan menutup matanya.Helikopter itu mendarat dengan mulus dan pintunya terbuka dengan cepat.Daffa melihat rumput hijau dan mengerutkan dahi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 155

    Daffa tidak tahu apa yang orang-orang pikirkan di belakangnya.Dia hanya tahu bahwa dia telah terhambat cukup lama dan Raka sedang menunggu pertolongannya.Disebutkan bahwa di negara Slokus, mata mereka lebar ketika mereka membunuh orang-orang, bahkan darah yang masuk ke mulut mereka tidak akan mengubah wajah mereka.Daffa meningkatkan kecepatannya ketika dia mengenai tanah.Kedua pilot, pria dan wanita, mengikutinya.Penjaga keamanan yang malang di tanah ditinggalkan begitu saja, hanya berlutut di tanah, terkesima seraya punggung Daffa menghilang di kejauhan.Mulutnya gemetar hebat seraya dia bangkit dan berjalan dengan terhuyung-huyung kembali ke tempat jaganya.Di sisi lain, Daffa keluar dari bandara di negara Slokus.Tidak seperti tempat lainnya, di luar ada kasino, bukan toko maupun restoran.Dia tidak melihat taksi, pun kedua pilot itu. Setelah menunggu cukup lama, ketika Daffa hendak berjalan saja, dua pilot itu keluar.Sambil terengah-engah, pria itu berkata, “Tuan Mu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 156

    Ekspresi di wajah Daffa menunjukkan keseriusan dirinya.Wajah wanita itu berubah. Dia telah kehilangan kendali akan tubuhnya ketika dia melihat kartu itu.Dia mengenali kartu ini!Semua orang harus mengenali kartu ini selama pelatihan pra kerja!Hal itu supaya mereka bisa melayani keluarga Halim dengan lebih baik.Dia telah mengandai-andai ketika dia memiliki kesempatan untuk memasuki keluarga Halim lalu menjadi Nyonya Halim.Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah dia tunggu-tunggu merasa tersinggung dan marah padanya.Dia berdiam diri, tubuhnya tegang, dan hanya matanya yang masih bisa bergerak dan menatap kartu itu. Dia lalu berpikir keras mengenai apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki situasi itu sekarang.Akan tetapi, Daffa meletakkan kartu itu kembali ke sakunya. “Sekarang, apakah aku bisa masuk?”Wanita itu melihat ekspresi di wajah Daffa dan masih tidak bisa menyangkanya.Dengan matanya terpaku pada punggung Daffa seraya dia berjalan masuk melalui pintu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 157

    Manajer itu dengan hati-hati tersenyum miring terhadap Daffa sebelum menundukkan kepalanya. “Maaf, tapi aku tidak mengenali merk pakaiannya karena tampaknya tidak terkenal. Akan tetapi, bajunya memang terlihat mahal.”Daffa bisa tahu bahwa nada bicaranya memang sedang mencemoohnya.Saat itulah ketika suara yang percaya diri di ujung telepon berkata, “Jika sebuah pakaian tidak memiliki merek, pasti itu adalah barang kustom. Aku tidak yakin seseorang sehebat itu akan datang ke kasino kita. Maka dari itu, tidak mungkin lelaki ini berhubungan dengan seseorang sekaya itu.”Situasi itu tampak seperti sebuah candaan pada Daffa yang terus terdiam dan memasukkan tangannya ke sakunya. Walaupun begitu, tatapan dinginnya membuat semua orang merinding. Daffa pun menjulurkan tangannya dan mengetuk meja dua kali sebelum menjawab, “Bukankah aku seharusnya memberikan kekayaan pada bisnismu melalui sumbanganku? Kenapa tidak ada yang menyambutku? Alih-alih, kamu membiarkan aku di luar sini sendirian.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 158

    Orang yang berbicara itu tidak berani untuk berkata apa-apa lagi seraya dia dengan hati-hati kembali duduk di kursinya.Daffa sudah tidak lagi memikirkan orang itu. Lagi pula, dia tahu bahwa orang-orang yang berjudi di sini jauh lebih miskin dibandingkan dengannya. Seluruh aset mereka bahkan tidak senilai sebagian kecil dari kekayaannya. Tidak mungkin Daffa akan membuang-buang waktunya untuk orang-orang seperti itu. Maka dari itu, dia langsung meletakkan kartu hitamnya yang bertuliskan huruf ‘H’ ke atas meja.Alis manajer itu mengerut. “Aku tahu banyak orang yang memuja-muja Konsorsium Halim. Karena kamu mengetahui keluarga Halim, aku yakin kamu juga paham akan status sosial keluarga itu. Dalam taruhan ini denganku, kuharap kamu mengerti bahwa orang remeh sepertimu tidak bisa bertahan hidup dari kemurkaan kasino kami atau keluarga Halim.”“Jangan lupakan apa yang kamu katakan padaku barusan,” jawab Daffa, suaranya tidak terdapat emosi apa pun seraya dia melirik jam tangannya.Lalu,

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 159

    Tatapan mereka bertemu sebelum Briana bergabung dengan Daffa seperti biasanya sementara Edward berjalan ke arah kasino.Daffa memercayai kemampuan Edward, jadi dia pergi ke bandara.Briana mengikutinya dengan ekspresi yang sedikit ragu-ragu. “Tuan, Anda bisa berjalan kaki nanti. Anda bisa menggunakan mobil keluarga.”Daffa berhenti, lalu menatap temannya yang terkejut, mulutnya menganga walaupun matanya yang bengkak hanya bisa terbuka sedikit. Daffa tahu ekspresi Raka yang berlebihan hanya dibuat karena dia merasa terkejut. Tetap saja, melihatnya membuat Daffa senang. Dia lalu menggenggam pundak Raka untuk menenangkannya. “Jangan terlalu terkejut. Aku hanya bertemu kembali dengan keluargaku. Ternyata kakekku sangat kaya, juga kakek buyutku.”Kata-kata itu tidak menenangkan keterkejutan Raka. Malah, dia melontarkan beberapa kata kasar untuk menunjukkan sekaget apa dia.Baru setelah mobil berdecit berhenti di hadapan mereka dan butiran pasir memasuki mulut Raka, dia pun menutup mulu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 160

    Daffa merasa tidak perlu untuk membeda-bedakan pelayanan bawahannya untuk atasan mereka dengan temannya.…Dia menunggu Raka menuruni mobil sebelum berbalik dan merentangkan tangannya lebar-lebar. “Kemarilah. Biar kuajak berkeliling di jet pribadiku.”Ketika Raka menginjak lapangan bandara, dia bertanya-tanya jika pesawat yang akan mereka naiki adalah milik keluarga Daffa. Karena Daffa telah mengkonfirmasi kecurigaannya, mulut Daffa menganga seraya dia bergumam, “W...Wah. Tampaknya kamu bisa hidup dengan mewah sekarang. Tetap saja, yang membuatku lebih terkejut adalah kamu masih menganggapku sebagai temanmu. Kamu datang untuk menyelamatkanku seperti yang akan kamu lakukan dulu.”Melihat temannya yang terharu, Daffa mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab, “Iya, lah. Kita sahabat, ‘kan?”Dia telah menaiki jet pribadinya ketika dia selesai berbicara. Dia menatap ke pintu sambil menunjuk ke arah interior jet. “Cepatlah. Masih banyak yang harus kita lakukan.”Raka langsung

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status