Daffa merasa tidak perlu untuk membeda-bedakan pelayanan bawahannya untuk atasan mereka dengan temannya.…Dia menunggu Raka menuruni mobil sebelum berbalik dan merentangkan tangannya lebar-lebar. “Kemarilah. Biar kuajak berkeliling di jet pribadiku.”Ketika Raka menginjak lapangan bandara, dia bertanya-tanya jika pesawat yang akan mereka naiki adalah milik keluarga Daffa. Karena Daffa telah mengkonfirmasi kecurigaannya, mulut Daffa menganga seraya dia bergumam, “W...Wah. Tampaknya kamu bisa hidup dengan mewah sekarang. Tetap saja, yang membuatku lebih terkejut adalah kamu masih menganggapku sebagai temanmu. Kamu datang untuk menyelamatkanku seperti yang akan kamu lakukan dulu.”Melihat temannya yang terharu, Daffa mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab, “Iya, lah. Kita sahabat, ‘kan?”Dia telah menaiki jet pribadinya ketika dia selesai berbicara. Dia menatap ke pintu sambil menunjuk ke arah interior jet. “Cepatlah. Masih banyak yang harus kita lakukan.”Raka langsung
Jauhar memasang ekspresi lembut di wajahnya saat dia mengulurkan kedua tangannya dengan ramah. “Semoga Langit memberkatimu dengan hal-hal yang lebih baik, Nak.”Raka tidak pernah bermimpi bisa memasuki pintu depan kediaman Halim. Lagi pula, keluarga Halim sangat kaya raya sampai seseorang seperti Raka merasa tidak pantas untuk menyebut nama mereka. Sekarang, bukan hanya memasuki kediaman mereka, Raka bahkan menerima perlakukan yang sangat ramah.Rasa semangat membuat dadanya menegang dan kehabisan napas lagi.Melihatnya, Jauhar menurunkan kedua tangannya dan terkekeh. “Sepertinya kehadiranku membuat situasinya menjadi sedikit canggung, jadi aku akan pergi sekarang.”Dia kemudian segera berbalik untuk beranjak pergi dengan tongkat jalan di tangannya.Rahang Raka terus menganga cukup lama. Tidak pernah disangka orang penting seperti keluarga Halim bersikap seramah itu padanya yang tidak sekaya mereka.Ketika hanya tersisa Daffa dan Raka di lorong, Raka pun angkat bicara dengan nada
Erin tidak menyangka ini akan terjadi. Penawaran Daffa untuk mendukung Luis tentunya akan meningkatkan karier Luis. Keuntungan itu akan terus dia dapatkan bahkan jika Luis memutuskan untuk meninggalkan Rumah Sakit Serene suatu hari.Daffa tiba di ruangan yang telah Erin persiapkan untuknya. Dia menyadari plakat emas di pintu, bersinar dengan cemerlang, dan memancarkan aura kekayaan yang tidak ada batasnya.Dia mengulurkan tangannya untuk memegang gagang pintu, tapi ketika dia menyentuhnya, plakat itu jatuh. Dentang tajam setelahnya membuatnya membeku.Melihat ke bawah, Daffa langsung menyadari warna keperakan metalik di bagian belakang plakat itu. Sebuah senyuman melengkung di wajahnya seraya dia berkomentar, “Sepertinya ada pencuri di rumah sakit ini.”Barulah saat itu matanya bertemu dengan Erin.Erin menahan napasnya sejak plakat itu jatuh. Dia tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi.Erin menundukkan kepalanya dan meletakkan jemarinya ke atas perutnya sambil meminta maaf
“Daffa. Lama tidak berjumpa. Kudengar kamu baru-baru ini menjadi kaya,” ejek Galuh.Alis Daffa berkerut, membentuk kerutan pada wajahnya yang tanpa cela.“Galuh Jayasri? Tidak kusangka akan bertemu denganmu di sini,” jawabnya dengan tangannya yang masih diletakkan ke dalam sakunya. Daffa tidak gentar, seolah tidak ada apa pun yang terjadi.Sebaliknya, kebencian yang jelas memancar dari Galuh.“Kukira kamu akan terus bekerja untuk bos lamamu. Sepertinya kamu bukanlah aset yang berharga baginya seperti yang kukira,” lanjut Daffa, tidak peduli dengan ekspresi wajah Galuh yang menjijikkan.Pada saat itu, Galuh mendengus. “Aku meninggalkan pekerjaan itu. Bosku sekarang membuat keputusan yang tepat untuk mempekerjakan aku.”“Ya, ya. Aku akan pergi sekarang.” Daffa masih tidak peduli sama sekali. Dia tidak ingin berdebat dengannya.Dia ingin pergi, tapi tidak bisa karena Galuh yang memegang nampan penuh makanan, menghalangi jalannya.Sebuah badai muncul di mata Daffa. Amarahnya begitu
Alvin lalu meraih walkie talkie-nya yang tersemat di sabuknya.“Jika kamu memanggil satpam sekarang, akan kupastikan kamu kehilangan pekerjaanmu, Tuan Kenyon,” ujar Daffa dengan santai, tidak menganggap masalah ini dengan serius sampai sekarang.Itu adalah hal yang tidak bisa diterima di mata Alvin.Pipinya terbakar dengan amarah seraya dia membentak, “Daffa, kamu seharusnya sudah diadili jika aku tidak membiarkanmu begitu saja! Beraninya kamu melupakan kebaikanku di masa lalu? Bukan hanya itu, kamu mengancamku juga sekarang? Oh, betapa menyesalnya aku telah mengampunimu dulu!”Daffa mendengus sebelum mengembalikan pandangannya pada Alvin. “Sepertinya kamu belum menyadari sebodoh apa dirimu sekarang.”Perkataan itu hanya memberi minyak pada kobaran api yang menyala dalam dada Alvin. Sambil memelototi Daffa, dia menggeram, “Kamu akan menerima akibatnya karena telah bersikap seperti ini!”“Tampaknya matamu memburuk setelah bergabung dengan tempat ini.” Daffa mengerutkan wajahnya, m
Daffa setuju dengan pernyataan itu, jadi dia mengangguk sambil bertatapan dengan Erin. “Kamu benar. Jeremiah Anjali ini terlihat efisien dalam mengawasi urusan hotelnya. Bahkan aku pun merasa dia pantas mendapatkan bonus karena bereaksi dengan sangat cepat.”Erin tersenyum, tapi dia tetap terdiam.Sementara itu, Jeremiah, yang tadi berteriak, sedang menghampiri Daffa.Daffa pun menggunakan indra pendengarannya yang tajam untuk mendeteksi langkah Jeremiah. Ketika dia memastikan bahwa Jeremiah berada di dekatnya, dia berlari maju dan menendang Alvin.Alvin tidak menyangka Daffa akan melakukan itu. Meski begitu, Alvin tidak akan bisa melindungi dirinya sendiri bahkan jika dia mengantisipasi tendangan itu. Lalu, dia melayang jauh, mendarat di lantai di samping Jeremiah.Jeremiah berteriak, terkejut karena kemunculan sesuatu yang tiba-tiba di dekat kakinya. Dia lalu secara refleks menendang Alvin.Tidak ada jeritan apa pun yang keluar dari mulut Alvin yang langsung jatuh pingsan setel
Jeremiah ingin mati saat itu juga. Dia tahu Daffa berniat untuk membuatnya membayar sampai seluruh kekayaannya terkuras habis. Keputusasaan membuat matanya kabur seraya dia menatap Daffa. “Apakah kamu harus sekejam itu? Kamu membuat masalah di hotel ini! Bahkan jika Grup Dream Investment tidak melakukan tindakan apa pun terhadapmu, mereka akan membuat hidupmu menderita.”“Aku sudah pernah mendengar ancaman seperti itu beberapa kali hari ini. Akan tetapi, belum ada yang melakukannya sejauh ini,” jawab Daffa sambil menghela napas dengan tangan di dalam sakunya.Wajah Jeremiah menggelap.Dia tahu bahwa keputusan Daffa sudah mantap, jadi tidak bisa memutarbalikkannya. Maka dari itu, dia bangkit dari lantai, memelototi Daffa, dan berkata melalui gertakan giginya. “Aku akan mengakhiri hidupku jika aku kehilangan seluruh kekayaanku. Jika hal itu terjadi, aku akan memastikan semua orang tahu bahwa kamulah yang memaksaku bertemu ajalku! Hal itu pasti akan memancing kebencian masyarakat padam
“Bagaimana ini bisa terjadi? Aku pasti bermimpi!”Daffa menghentikan langkahnya setelah mendengar hal itu. Dia lalu menoleh pada Adul yang masih terlalu takut untuk berbicara sebelum berkata, “Kurasa kamu tahu mengenai apa yang telah terjadi.”Ketakutan memenuhi mata Adul.Dia tidak pernah menyangka bahwa bos barunya adalah orang yang semenakutkan itu. Merasa terguncang, dia terus menelan ludah, tidak berani melakukan apa-apa.Adul tidak pernah menyangka bahwa seseorang dengan uang sebanyak itu bisa ada. Namun, tidak penting apa yang dia sangka karena kenyataannya telah hadir di hadapannya. Selain itu, dia adalah satu-satunya anggota yang selamat dari kemurkaan taipan elit sepertinya.Dia dengan hati-hati mengikuti langkah Daffa dari belakang dengan pandangannya yang terpaku ke lantai, terlalu takut untuk menegakkan punggungnya.Daffa bisa merasakan kecemasan dan ketakutan Adul walaupun masih menatap ke depan. Dia lalu berbalik untuk memberitahunya, “Jangan khawatir. Kamu telah m
Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap
Tidak peduli setakut apa Bimo, dia tidak berani bergerak dan hanya mengangguk dengan kaku dan patuh.Dengan bibir yang melengkung menjadi senyuman puas, Daffa berkata, “Aku sudah beberapa kali bertukar pikiran dengan salah satu petugas polisimu yang bernama Umar dan aku tidak memiliki pengalaman yang terbaik dengannya. Bukan hanya itu, dia telah memperjelas bahwa dia berpihak pada Grup Ganendra. Meskipun dia gagal memenuhi janjinya, aku masih memastikan kamu tahu setiap tindakan dan rencanaku di Kota Almiron. Bukankah itu benar?”Dengan kening yang basah oleh keringat, dia dengan cepat melirik Umar. Dia lalu kembali fokus pada Daffa dengan senyuman sambil membujuk Daffa. “Tuan Halim yang terhormat, saya rasa ini tidak perlu.”Meletakkan kedua tangannya di sisinya, dia menunjukkan ketulusannya. Dia menghindari tatapan Daffa dan berkata, “Kita bisa menegosiasikan kembali syarat-syarat kolaborasi kita.”Bimo mau tidak mau gemetar ketakutan. Yang dia lihat hanyalah bibir Daffa yang mel
Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu
Dengan pandangan yang gemetar karena rasa takut, Umar berseru, “Sebaiknya kamu pikirkan dengan baik-baik sebelum melakukan apa yang akan kamu lakukan, Daffa Halim! Pikirkan tentang apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya!”Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan giginya yang putih. “Sejujurnya, perkataanmu membuatku terhibur.”Dia lalu mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Umar. Akan tetapi, kali ini, dia menarik Umar keluar dari lekukan di tembok dan melempar Umar ke ruang di belakangnya. Hanya permusuhan yang terlihat di matanya yang berbinar pada saat itu. Hal itu terus bertahan hingga Umar mendarat di tanah dengan suara dentuman yang keras.Satu-satunya yang berbeda adalah kali ini Umar tidak berteriak kesakitan. Dia terus terdiam setelah dia terbanting ke lantai.Daffa berputar badan, hidungnya berkerut menjadi cibiran kepada Umar sambil dia berbicara dengan santai, “Oh? Aku terkesan. Kamu masih hidup.”Di lantai, Umar berusaha sebisa mungkin untuk
Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru
Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam
Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka
Tatapan Shelvin menyapu melewati Erin sebelum mendarat pada Daffa saat dia berkata, “Hanya saja, aku merasakan abnormalitas pada nona itu ketika dia tiba sebelumnya. Karena itu, aku menelusuri kembali ingatanku dan ingatan Yarlin untuk membandingkannya.”Alis Erin menyatu menjadi kerutan dalam, tapi dia menahan dirinya untuk tidak berkomentar karena dia tahu Daffa sedang fokus sepenuhnya pada percakapan itu.Meskipun Shelvin melihat sikap kedua orang itu yang berbeda, Shelvin melanjutkan, “Aku menemukan bahwa orang-orang mengerikan dari Timur itu—orang-orang busuk yang menyerang Yarlin—telah mengembangkan obat ini sejak bertahun-tahun yang lalu.”Daffa mengangguk. “Iya, aku tahu itu.”Dengan raut wajah yang berubah menjadi ekspresi yang rumit tapi sedikit senang, Shelvin menjawab, “Iya, tapi yang ingin kuberi tahu padamu adalah bahwa orang-orang itu belum berhasil.”“Itu mungkin saja,” kata Daffa dan dia mengangguk setelah jeda yang panjang. Dia berpikir meskipun tokoh-tokoh menge
Meskipun hal itu mustahil, Erin melakukannya.Tatapan Daffa menajam pada Erin. Daffa tahu kecerobohannya telah membuat Erin berada dalam kondisinya saat ini dan Daffa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Mata menyipit dengan penuh tekad, Daffa menembakkan kekuatan jiwanya ke depan.Pada saat itu, kekuatan jiwa abu-abu Erin sudah setengah jalan keluar dari tubuhnya, tapi memberontak sekeras mungkin untuk tetap berada di dalam tubuh Erin.Daffa tidak pernah melihat situasi seperti itu sebelumnya, jadi dia menatap ke bawah ke lengannya dan memanggil, “P ….”Seperti jarum jam, Teivel muncul sebelum Daffa bisa selesai mengatakan “Pak.” Teivel melirik gas itu sambil tersenyum. Sosoknya kemudian berpindah ke belakang Daffa untuk berkata, “Itu hanyalah seberkas kekuatan jiwa biasa. Satu-satunya alasan ia menahan seranganmu adalah karena pemiliknya menggabungkan darahnya ke dalamnya.”Serentak, dia melambaikan lengannya ke meja di depan, membuat gelas Daffa di atas meja melayang di