Daffa setuju dengan pernyataan itu, jadi dia mengangguk sambil bertatapan dengan Erin. “Kamu benar. Jeremiah Anjali ini terlihat efisien dalam mengawasi urusan hotelnya. Bahkan aku pun merasa dia pantas mendapatkan bonus karena bereaksi dengan sangat cepat.”Erin tersenyum, tapi dia tetap terdiam.Sementara itu, Jeremiah, yang tadi berteriak, sedang menghampiri Daffa.Daffa pun menggunakan indra pendengarannya yang tajam untuk mendeteksi langkah Jeremiah. Ketika dia memastikan bahwa Jeremiah berada di dekatnya, dia berlari maju dan menendang Alvin.Alvin tidak menyangka Daffa akan melakukan itu. Meski begitu, Alvin tidak akan bisa melindungi dirinya sendiri bahkan jika dia mengantisipasi tendangan itu. Lalu, dia melayang jauh, mendarat di lantai di samping Jeremiah.Jeremiah berteriak, terkejut karena kemunculan sesuatu yang tiba-tiba di dekat kakinya. Dia lalu secara refleks menendang Alvin.Tidak ada jeritan apa pun yang keluar dari mulut Alvin yang langsung jatuh pingsan setel
Jeremiah ingin mati saat itu juga. Dia tahu Daffa berniat untuk membuatnya membayar sampai seluruh kekayaannya terkuras habis. Keputusasaan membuat matanya kabur seraya dia menatap Daffa. “Apakah kamu harus sekejam itu? Kamu membuat masalah di hotel ini! Bahkan jika Grup Dream Investment tidak melakukan tindakan apa pun terhadapmu, mereka akan membuat hidupmu menderita.”“Aku sudah pernah mendengar ancaman seperti itu beberapa kali hari ini. Akan tetapi, belum ada yang melakukannya sejauh ini,” jawab Daffa sambil menghela napas dengan tangan di dalam sakunya.Wajah Jeremiah menggelap.Dia tahu bahwa keputusan Daffa sudah mantap, jadi tidak bisa memutarbalikkannya. Maka dari itu, dia bangkit dari lantai, memelototi Daffa, dan berkata melalui gertakan giginya. “Aku akan mengakhiri hidupku jika aku kehilangan seluruh kekayaanku. Jika hal itu terjadi, aku akan memastikan semua orang tahu bahwa kamulah yang memaksaku bertemu ajalku! Hal itu pasti akan memancing kebencian masyarakat padam
“Bagaimana ini bisa terjadi? Aku pasti bermimpi!”Daffa menghentikan langkahnya setelah mendengar hal itu. Dia lalu menoleh pada Adul yang masih terlalu takut untuk berbicara sebelum berkata, “Kurasa kamu tahu mengenai apa yang telah terjadi.”Ketakutan memenuhi mata Adul.Dia tidak pernah menyangka bahwa bos barunya adalah orang yang semenakutkan itu. Merasa terguncang, dia terus menelan ludah, tidak berani melakukan apa-apa.Adul tidak pernah menyangka bahwa seseorang dengan uang sebanyak itu bisa ada. Namun, tidak penting apa yang dia sangka karena kenyataannya telah hadir di hadapannya. Selain itu, dia adalah satu-satunya anggota yang selamat dari kemurkaan taipan elit sepertinya.Dia dengan hati-hati mengikuti langkah Daffa dari belakang dengan pandangannya yang terpaku ke lantai, terlalu takut untuk menegakkan punggungnya.Daffa bisa merasakan kecemasan dan ketakutan Adul walaupun masih menatap ke depan. Dia lalu berbalik untuk memberitahunya, “Jangan khawatir. Kamu telah m
“Kalian yang tertawa akan masuk penjara dan akan menebus semua kesalahan mereka. Bagi yang tidak tertawa, aku akan memaafkan kalian hanya dengan mengambil aset kalian sebagai hukuman,” ungkap Daffa.Semua enam anggota di hadapannya memucat seketika.Kaki mereka bergoyang seperti sebuah jeli seraya mereka kehilangan tekad mereka. Putus asa, mereka ingin merendahkan diri mereka di kaki Daffa dan memohon ampunnya, tapi mereka tidak melakukannya.Harga diri mereka tidak membiarkannya. Mereka bergantung pada harapan bahwa Daffa telah membuat banyak musuh. Mereka merasa bahwa salah satu dari musuhnya akan mencoba menjatuhkan Daffa. Contohnya adalah orang yang membelakangi Hotel Murray, Grup Dream Investment, yang mereka rasa bisa menjatuhkan Daffa. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk menunggu hal itu terjadi.Mereka tidak mengetahui sekeliru apa mereka.Grup Dream Investment tidak akan melakukan apa-apa pada Daffa lagi karena mereka mengetahui bahwa mereka bukanlah tandingannya. Bos
Dia lalu berbalik dan membuka matanya untuk mengatakan sesuatu. Sebelum dia bisa melakukannya, dia mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang. Hal itu membuatnya terkejut karena tidak ada seorang pun di sini yang mengenalinya.Akan tetapi, dia tidak bisa menyanggah apa yang telah terjadi. Rasa penasarannya tertarik.Dia pun berbalik untuk melihat seorang wanita berlari ke arahnya. Dia makin mendekat.Daffa meletakkan tangannya ke dalam sakunya. Dia tidak mengatakan apa-apa.Seraya dia menghampirinya, Daffa bisa melihat wajahnya dengan jelas. Namun, perawakannyalah yang menarik perhatiannya, terutama kaki jenjangnya yang tertutupi oleh stoking.Dadanya naik turun seraya dia mencoba mengatur napasnya dan semua orang yang ada di sana bisa melihatnya.Wanita itu tampak menyadari hal ini dan mencoba memperlambat napasnya sebisa mungkin. Perlahan, dia mengembalikan ketenangannya. Baru saat itu tatapan Daffa berpindah dari dadanya ke wajahnya.Dia harus mengakui bahwa wanita i
Dia tidak ingin menatap Fiona sama sekali. Dia bisa melihat kegembiraan dan niatannya, terutama ketika matanya terpaut padanya. Dia ingin pergi, jadi dia pergi.Dia tidak menyangkanya untuk muncul di hadapannya dan menghentikannya untuk pergi. Dia menghela napas. “Apakah ada hal lain yang kamu butuhkan dariku, Nona Kumara?”Wajah Fiona menjadi pucat ketika dia mendengar Daffa memanggilnya dengan sangat formal. Dia mulai gemetar dan terdengar gugup ketika berkata, “Tuan Halim, saya ingin mentraktir Anda makan sebagai tanda terima kasih karena telah membagikan sebagian kekayaan Anda untuk saya. Saya juga berterima kasih bahwa Anda tidak meminta saya untuk membayarmu dengan cara apa pun, bahkan tidak dengan tubuh saya.” Dia membungkukkan kepalanya.Daffa tidak tergerak. Dia tahu apa yang Fiona maksud, tapi dia tidak tertarik. Maka dari itu, dia berkata dengan dingin, “Aku tidak akan makan denganmu dan aku memiliki alasan tersendiri. Pertama-tama, kamu perlu membayarku dengan mencapai a
Daffa mendengar napas wanita itu menjadi makin cepat, menunjukkan kegugupannya.Dia tampak puas dengan dirinya sendiri dia berdiri dengan lebih tegap. “Aku juga menebak dia lumayan cantik dan rambutnya dicat pirang. Dia juga mungkin memakai topeng renda putih.”Wanita itu mendengarnya. Dia bertanya-tanya bagaimana dia bisa mengetahui seperti apa rambutnya dari sudut ini dan apakah dia tidak sengaja meninggalkan sehelai rambutnya. Dia begitu fokus dengan pikirannya ini dan tidak memproses apa yang telah Daffa katakan mengenai topengnya.Ketika dia menyadarinya, sudah terlambat. Gorden di hadapannya tiba-tiba ditarik dan benaknya menjadi kosong.Untunglah Daffa telah bersiap-siap untuk situasi ini. Wanita itu melepaskan jendela dan mulai jatuh dari lantai ke-28.Untungnya, Daffa menangkapnya dan menariknya kembali ke dalam ruangannya. Otot-ototnya yang tiba-tiba bergetar membuat baju barunya robek.Ketika wanita itu jatuh ke tanah, dadanya tertekan pada tangan Daffa dan potongan ba
Hal itu di luar ekspektasi Daffa. Dia membelalakkan matanya terkejut dan penasaran bagaimana Doris akan menangani hal itu.Dia menoleh padanya, tapi Doris tidak terlihat senang. Dia tidak ingin Daffa tahu bisa sejahat apa dia, tapi dia tidak bisa menyuruh Erin diam. Jadi, dia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya dari Daffa.Erin melihatnya, tapi itu tidak penting. Lagi pula, dia tidak akan melakukan apa yang diinginkan Doris. Dia berkata, “Dia memiliki belati kecil untuk melindungi dirinya sendiri, jadi dia mengeluarkannya dan menusuk pria itu di kunci pahanya sebelum berlari kabur.”Bibir Daffa berkedut. Dia hendak mengatakan sesuatu untuk mencemooh Doris, tapi Erin tidak memberinya kesempatan untuk melakukannya. Sambil mencoba menahan tawanya, Erin berkata, “Tuan, jika saya adalah Anda, saya tidak akan merasa senang. Apa yang akan saya katakan selanjutnya mengenai apa yang telah dia lakukan akan membuat Anda terkejut dan marah.”Itu adalah pertama kalinya dia melih
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri