Dia lalu berbalik dan membuka matanya untuk mengatakan sesuatu. Sebelum dia bisa melakukannya, dia mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang. Hal itu membuatnya terkejut karena tidak ada seorang pun di sini yang mengenalinya.Akan tetapi, dia tidak bisa menyanggah apa yang telah terjadi. Rasa penasarannya tertarik.Dia pun berbalik untuk melihat seorang wanita berlari ke arahnya. Dia makin mendekat.Daffa meletakkan tangannya ke dalam sakunya. Dia tidak mengatakan apa-apa.Seraya dia menghampirinya, Daffa bisa melihat wajahnya dengan jelas. Namun, perawakannyalah yang menarik perhatiannya, terutama kaki jenjangnya yang tertutupi oleh stoking.Dadanya naik turun seraya dia mencoba mengatur napasnya dan semua orang yang ada di sana bisa melihatnya.Wanita itu tampak menyadari hal ini dan mencoba memperlambat napasnya sebisa mungkin. Perlahan, dia mengembalikan ketenangannya. Baru saat itu tatapan Daffa berpindah dari dadanya ke wajahnya.Dia harus mengakui bahwa wanita i
Dia tidak ingin menatap Fiona sama sekali. Dia bisa melihat kegembiraan dan niatannya, terutama ketika matanya terpaut padanya. Dia ingin pergi, jadi dia pergi.Dia tidak menyangkanya untuk muncul di hadapannya dan menghentikannya untuk pergi. Dia menghela napas. “Apakah ada hal lain yang kamu butuhkan dariku, Nona Kumara?”Wajah Fiona menjadi pucat ketika dia mendengar Daffa memanggilnya dengan sangat formal. Dia mulai gemetar dan terdengar gugup ketika berkata, “Tuan Halim, saya ingin mentraktir Anda makan sebagai tanda terima kasih karena telah membagikan sebagian kekayaan Anda untuk saya. Saya juga berterima kasih bahwa Anda tidak meminta saya untuk membayarmu dengan cara apa pun, bahkan tidak dengan tubuh saya.” Dia membungkukkan kepalanya.Daffa tidak tergerak. Dia tahu apa yang Fiona maksud, tapi dia tidak tertarik. Maka dari itu, dia berkata dengan dingin, “Aku tidak akan makan denganmu dan aku memiliki alasan tersendiri. Pertama-tama, kamu perlu membayarku dengan mencapai a
Daffa mendengar napas wanita itu menjadi makin cepat, menunjukkan kegugupannya.Dia tampak puas dengan dirinya sendiri dia berdiri dengan lebih tegap. “Aku juga menebak dia lumayan cantik dan rambutnya dicat pirang. Dia juga mungkin memakai topeng renda putih.”Wanita itu mendengarnya. Dia bertanya-tanya bagaimana dia bisa mengetahui seperti apa rambutnya dari sudut ini dan apakah dia tidak sengaja meninggalkan sehelai rambutnya. Dia begitu fokus dengan pikirannya ini dan tidak memproses apa yang telah Daffa katakan mengenai topengnya.Ketika dia menyadarinya, sudah terlambat. Gorden di hadapannya tiba-tiba ditarik dan benaknya menjadi kosong.Untunglah Daffa telah bersiap-siap untuk situasi ini. Wanita itu melepaskan jendela dan mulai jatuh dari lantai ke-28.Untungnya, Daffa menangkapnya dan menariknya kembali ke dalam ruangannya. Otot-ototnya yang tiba-tiba bergetar membuat baju barunya robek.Ketika wanita itu jatuh ke tanah, dadanya tertekan pada tangan Daffa dan potongan ba
Hal itu di luar ekspektasi Daffa. Dia membelalakkan matanya terkejut dan penasaran bagaimana Doris akan menangani hal itu.Dia menoleh padanya, tapi Doris tidak terlihat senang. Dia tidak ingin Daffa tahu bisa sejahat apa dia, tapi dia tidak bisa menyuruh Erin diam. Jadi, dia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya dari Daffa.Erin melihatnya, tapi itu tidak penting. Lagi pula, dia tidak akan melakukan apa yang diinginkan Doris. Dia berkata, “Dia memiliki belati kecil untuk melindungi dirinya sendiri, jadi dia mengeluarkannya dan menusuk pria itu di kunci pahanya sebelum berlari kabur.”Bibir Daffa berkedut. Dia hendak mengatakan sesuatu untuk mencemooh Doris, tapi Erin tidak memberinya kesempatan untuk melakukannya. Sambil mencoba menahan tawanya, Erin berkata, “Tuan, jika saya adalah Anda, saya tidak akan merasa senang. Apa yang akan saya katakan selanjutnya mengenai apa yang telah dia lakukan akan membuat Anda terkejut dan marah.”Itu adalah pertama kalinya dia melih
Dia mengeluarkan ponselnya seraya dia berbicara. Dia menutupi mulutnya yang menganga selama 10 menit selanjutnya. Setelah cukup lama, dia berbalik untuk menatap Daffa, “Maafkan saya. Saya tidak tahu Anda semalang ini.”Ekspresi wajah Daffa menjadi dingin. Tidak pernah ada yang menyebutnya malang sebelumnya. Bibirnya tidak bisa berhenti berkedut. Dia bahkan tidak bisa memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan perasaannya. Pada akhirnya, dia memilih untuk tetap diam.Itu tidak berarti bahwa ruangannya hening. Suara Doris makin lama makin keras.Daffa menyilangkan lengannya dan menyandar ke dinding sambil memperhatikannya. Dia cantik dan memiliki ruang untuk perkembangan, tapi caranya untuk menghidupi dirinya sendiri membatasi potensinya. Itu bukanlah hal yang bagus dan dia tidak bisa diam saja dan menyaksikan hal itu terjadi. Jadi, dia berjalan keluar kamar sementara wanita itu terus memekik.Dia berkata, “Erin, carilah akademi komunitas yang cocok untuknya.”Erin sedikit te
Daffa menyeringai tipis melihat wajahnya. Itulah yang dia ingin lihat.Daffa tidak pernah melihat uang sebanyak itu seumur hidupnya, bahkan tidak di brankas seseorang yang mengaku sebagai pria terkaya di dunia. Dia merasa senang dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan uang itu.Sekarang, dia tahu. Pria di hadapannya adalah orang yang benar-benar kaya! Jika dia bisa mengambil uang itu dengannya, entah berapa banyak orang yang bisa dia beri makan. Dia tersenyum memikirkannya. Itu tidak masuk akal, tentunya.Pada saat itu, Daffa mengatakan sesuatu yang membuat Doris merasa seperti dia sedang bermimpi. “Aku telah menyiapkan uang ini untuk membantu orang miskin. Jika kamu bisa menamatkan akademi, kamu akan sepenuhnya bertanggung jawab untuk ini.Doris merasa seolah dia tiba-tiba dipindahkan ke dunia lain. Tidak mungkin orang biasa akan memberikan uang sebanyak itu kepada seorang pencuri, terutama orang sekaya Daffa. Meski begitu, dia mendengar bahwa orang-orang kaya seringkali memili
Doris tidak mengatakan apa-apa lagi sampai mereka tiba di pintu masuk akademi. Ketika dia mendengar Erin mulai melaju pergi, dia tiba-tiba membalikkan badannya dan menangkupkan tangannya di sekitar mulutnya sebelum berteriak, “Tuan Halim, aku benar-benar menyukaimu! Aku akan ada di sini dan kamu bisa datang kapan pun!”Undangannya begitu lantang sampai membuat urat nadi Daffa berkedut. Kemampuannya hanya membuat suaranya terdengar lebih keras di telinganya.“Yah, aku baru saja hendak mendekatinya. Lihatlah wajahnya dan kakinya itu! Siapa sangka dia tipe wanita yang akan terang-terangan mengungkapkan cintanya pada seorang pria kaya!”“Ya ampun! Ada wanita cantik lainnya di dalam mobil itu!”“Ayolah, lupakan saja. Ayo pergi. Jelas-jelas kita tidak memiliki kesempatan.”Daffa menaikkan alisnya ketika dia melihat pria-pria itu berbicara di sekitarnya. Dia tampak memahami apa yang Doris lakukan. Tentunya, ketika dia meliriknya, dia melihat senyuman nakalnya. Dia bahkan tidak perlu berp
Para pengawal itu tergeletak di tanah, merasa seperti kehabisan napas. Satu-satunya yang mereka rasakan dengan jelas adalah teror, tapi tidak ada dari mereka yang menunjukkannya.Hal itu berlangsung sampai seseorang jatuh ke lututnya. Semua orang lainnya mengikutinya.Daffa memasukkan tangannya ke sakunya dan menatap mereka. “Apakah ada yang ingin kalian sampaikan padaku?”Para pengawal itu tidak pernah berada di situasi segenting ini, terutama karena mereka hanya memiliki dua pilihan—mati atau mengkhianati orang yang membayar mereka. Mereka tidak ingin memilih keduanya.Daffa menghela nafas, lalu meninggikan suaranya. “Aku akan hitung sampai tiga.” Tanpa memberikan mereka waktu untuk berpikir, dia langsung mulai menghitung.“Satu!”“Dua!”Sebelum dia bisa menyebutkan ‘tiga’, seseorang menyerah dan meneriakkan sebuah nama.Dia mengangguk tanpa ekspresi. Lalu, dia berbalik untuk masuk ke mobil.Para pengawal itu adalah orang-orang malang karena telah dipekerjakan oleh orang-ora
Bart menelan ludah. Meskipun tangannya masih diikat di belakangnya dengan tali, dia masih dapat mengepalkan tangannya.Penghinaan memenuhi matanya seraya dia menatap Daffa dan menggeram, “Bukan hanya memukulku, kamu juga telah mengakuinya dengan tidak tahu malu! Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa tidak ada apa pun—bahkan hukum mana pun—di dunia ini yang dapat menahanmu?”Mata Daffa menyipit menjadi garis seraya dia berpikir, “Aku tahu apa yang Bart lakukan. Dia sedang menunjukkan otoritasnya padaku dan mengisyaratkan secara halus bahwa dia bukanlah seseorang yang dapat dilawan. Pfft. Hanya saja, dia tidak tahu sekonyol apa tindakannya bagiku.”Tidak repot-repot menyembunyikan perasaannya, Daffa mendengus sebelum menyeringai dengan nakal. Bibirnya melengkung lebih dalam detik demi detik seraya dia perlahan berbicara, “Aku telah menghadapi kemurkaan banyak orang dan mereka sering kali bersikap sepertimu—dengan cara yang menyedihkan dan hampir kekanak-kanakan.”Melihat seringaian
“Kurasa kita bisa menyebut ini keajaiban medis,” kata Daffa sambil mengangkat bahunya dan mengangkat kedua tangannya di udara. Dia lalu menoleh untuk melihat ke sampingnya.Itulah tempat Bart terduduk. Matanya terpejam sepanjang waktu, tapi dia menghela napas pada saat itu, dengan kaku menoleh ke arah Daffa dan berbicara seperti robot. “Kamu pintar, ya. Aku sudah berusaha keras untuk menyamarkan keadaan sadarku. Sayangnya, kamu tetap menangkapku.”Dia tidak lagi menyembunyikan keadaan tersadarnya pada saat itu. Setelah mengatakan itu, dia memperjelas kebencian di dalam matanya ke arah Daffa dan Danar.“Lucu sekali kamu berkata begitu.” Daffa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bertatapan dengan Bart, menatapnya dengan tatapan kebingungan seraya dia mengumumkan, “Kalaupun kamu sudah tenggelam dalam peranmu dan berakting sebaik mungkin, aku hanya dapat mengatakan satu hal—aktingmu itu tidak pernah mengecohku sekali pun. Kemarahanmu terpancar dari setiap pori-porimu.
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela
Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku
Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang
Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac