“Apa maksudnya kalian kehilangan jejaknya?!” teriak ketua petugas polisi yang bertanggung jawab melalui protofon.Petugas polisi yang memegang protofon itu meringis terhadap nada atasannya yang kasar. Dia tahu bahwa dia akan diomeli ketika dia kembali dari pencariannya.“Seperti yang saya katakan, Ketua. Jejaknya menghilang. Kami tidak bisa menemukannya sama sekali. Rasanya seolah dia tiba-tiba menghilang dari hutan,” jawab petugas polisi dengan getir.“Kamu ingin aku memercayai itu?” teriak ketua polisi dengan marah.“Ketua...”“Sudahlah. Aku seharusnya tidak memercayakan hal sepenting ini kepada kalian. Kembalilah sekarang dan jangan membuatku menunggu lama!” teriak ketua polisi dengan murka dan mengakhiri pembicaraan itu.Petugas polisi itu menghela nafas dan mengacungkan tangannya pada petugas polisi lainnya sebelum berteriak.“Hentikan pencariannya dan berkemaslah! Kita kembali sekarang!”Para petugas polisi menuruti perintahnya dan mulai berkemas. Dalam kurang dari satu m
Ketika dokter itu melangkah keluar dari ruang operasi, Alya, kakek Daffa, dan Bram bergegas menghampirinya. Mereka sangat cemas mengenai hasil operasinya dan beberapa jam sebelumnya yang mereka gunakan untuk menunggu sangat menyiksa bagi mereka.“Bagaimana kondisi cucuku? Apakah dia baik-baik saja?” tanya kakek Daffa dengan suara yang tidak memberikan ruang untuk respons negatif.Dokter itu menelan ludah ketika dihadapi pertanyaan kakek Daffa. Dia tidak mengetahui banyak hal mengenai pria tua di hadapannya, tapi dari tingkah lakunya yang penuh wibawa, dia bisa tahu bahwa dia bukanlah seseorang yang boleh dia singgung. Pengalamannya bertahun-tahun sebagai dokter bedah memberi tahu itu padanya.“Cucu Anda baik-baik saja, Tuan. Operasinya sukses 100%. Hanya masalah waktu sampai dia kembali pulih sepenuhnya,” kata dokter itu dengan hati-hati, takut perkataannya memicu kemarahan pria tua di hadapannya.Untungnya, pria tua itu tidak marah terhadap perkataannya dan hanya mengembuskan nafa
Keterkejutan Gilang dan teman-temannya dapat dipahami karena orang yang memasuki ruangan itu tidak lain adalah Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa!Jihan berpakaian dengan santai, rambutnya diikat kuda. Namun, pakaian santainya tidak bisa menutupi kecantikannya yang luar biasa dan tubuh bak jam pasirnya. Kecantikannya malah lebih terpampang oleh pakaian santai yang dia kenakan.“Daffa! Apa yang terjadi padamu?” tanya Jihan dengan khawatir ketika dia memasuki ruangan dan melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan setelahnya ketika dia mengempaskan dirinya ke Daffa yang sedang berbaring di ranjang.Gilang, Miko, dan Raka tampak sangat terkejut seolah-olah mereka telah melihat ikan berlari di darat. Itu adalah wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa! Bagaimana bisa Daffa menjadi begitu akrab dengan Jihan Winata?Daffa sendiri ikut terkejut dan lebih terkejut lagi karena tindakan Jihan. Walaupun mereka mengenal satu sama lain, mereka b
Daffa masih dirawat di rumah sakit, tapi pulih dengan cepat karena kemampuan penyembuhan diri yang diberikan cairan emas kepadanya.Dia sudah dirawat di Rumah Sakit Serene selama dua hari sekarang dan menurut dokter, dia akan diperbolehkan pulang dua hari ke depan dan direkomendasikan untuk melakukan olahraga singkat sebelum kepergiannya. Karena itu, Daffa memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit untuk menuruti perkataan dokternya.Suasana di rumah sakit itu hening dan tenteram, dengan suara bip mesin menggema di lorong.Daffa berjalan dengan santai dan perasaan melankolis perlahan mengisi hatinya seraya dia berjalan. Dia bisa melihat berbagai macam orang menderita berbagai macam penyakit ditahan di ruang inap mereka seraya dia berjalan.Dia bisa mendengar mereka berbicara dengan suara yang sedih pada orang tersayang mereka. Dia sadar bahwa beberapa dari mereka sedang melakukan percakapan terakhir seraya waktu berjalan.Seraya dia berjalan dengan perlahan, dia berte
Wajah Direktur Yul tampak tidak percaya ketika dia mendengar pernyataan Daffa yang penuh wibawa.‘Tidak lagi?’‘Apa maksudnya tidak lagi?’‘Dia bercanda, ‘kan?’Dokter, perawat, dan pasien yang tertarik oleh keributan yang terjadi juga terkejut mendengar pernyataan Daffa. Mereka tidak paham bagaimana seseorang yang baru menginjak kepala dua mengaku akan menghentikan Direktur Yul dari tugasnya.Terlebih lagi, dengan ekspresi tegas pada wajah Daffa, tampaknya dia tidak bercanda sama sekali!“Kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!” ujar Direktur Yul dengan marah.“Aku adalah direktur dari rumah sakit ini, jadi kamu pikir kamu siapa, menentukan apakah aku bisa lanjut bekerja di rumah sakit ini atau tidak?” tanya Direktur Yul dengan marah.Daffa tidak menjawab apa-apa terhadap pertanyaannya, tapi hanya beranjak pergi. Vera mengikuti di belakangnya, tapi tidak sebelum memelototi Direktur Yul dengan dingin.Dia berjalan kembali ke ruang inapnya setelah berpamitan dengan Vera k
Ketika dia mematikan teleponnya dengan Erin, dia mendengar ketukan lembut dari luar ruangannya.Alis Daffa berkerut mendengar ketukan itu, tapi dia berkata dengan tenang.“Masuklah.”Pintu itu terbuka dan wanita muda yang familier melangkah masuk. Wanita itu tentunya adalah Vera.“Halo, Daffa,” sapa Vera dengan lembut, matanya menatap lantai.“Halo, Vera. Ada yang bisa kubantu?” tanya Daffa, nada bicaranya terdengar kebingungan.Vera menjulurkan sebuah keranjang berisi buah-buahan pada Daffa sebelum berkata dengan malu-malu.“Aku tidak tahu kamu sedang dirawat di rumah sakit ini. Kukira kamu hanya datang untuk mengunjungi seseorang yang sudah sakit. Aku membawakan buah-buahan ini untuk membantu pemulihanmu dan membuatmu pulih lebih cepat,” kata Vera malu-malu.Daffa tersenyum tipis di wajahnya setelah mendengar perkataan Vera. Dia menjulurkan tangannya dan mengambil satu buah dari keranjang itu dan memakannya di hadapan Vera.“Terima kasih,” kata Daffa seraya dia memakan buah
Daffa, Direktur Yul, dan Vera berbalik ke arah pria itu seraya dia memasuki ruangan Daffa.Daffa menatap pria yang melangkah masuk itu dari dekat. Dia tampak berumur akhir 30-an dengan rambut hitam yang penuh dan tubuh yang tinggi dan kekar, mengenakan jas lab putih. Akan tetapi, dia memiliki lingkaran hitam di bawah matanya, jadi siapa pun bisa mengetahui bahwa kalau bukan stres, dia tidak tidur dengan cukup.Daffa terkejut melihat kedatangan dokter itu, tapi mengambil sikap pasif karena pria tersebut pasti memiliki alasan untuk masuk ke ruang inapnya.Tentunya, hanya membutuhkan beberapa detik bagi dokter itu untuk menyampaikan alasan kedatangannya.“Halo, Tuan Halim. Maaf saya masuk tiba-tiba seperti ini, tapi saya mendengar seluruh percakapan dari luar ruangan,” kata pria itu.“Nama saya adalah Dr. Arsakha dan saya telah bekerja sebagai doktor di sini selama 10 tahun belakang,” kata pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Dr. Arsakha.“Apakah ada alasan kamu masuk ke sini?”
Setelah Direktur Yul dibawa pergi oleh para petugas keamanan, Daffa kembali ke ruang inapnya, tidak melirik pada para dokter ataupun perawat sedikit pun.Karena dia adalah pemilik baru dari rumah sakit itu, beberapa dari mereka pasti langsung memikirkan bagaimana cara untuk mendekatinya, tapi karena dia tidak berniat untuk mengurus rumah sakit itu secara aktif, dia ingin menghindari situasi seperti itu sebisa mungkin.Vera dan Dr. Arsakha mengikuti Daffa dari dekat seraya dia beranjak ke ruang inapnya. Vera sangat terpesona oleh Daffa setelah semua kejadian itu dan sekarang menganggapnya sebagai seseorang yang sangat agung. Dia sudah tahu bahwa Daffa adalah orang kaya setelah dia menghabiskan 4,05 miliar untuk membayarkan tagihan medisnya, tapi kejadian hari ini menunjukkan bahwa Daffa bukanlah orang kaya biasa.Sementara itu, Dr. Arsakha senang bukan kepalang setelah Direktur Yul diusir dari rumah sakit. Sudah lama sekali dia menantikan hari ini akan terjadi dan dia sangat lega bah
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri