Share

Bab 127

Penulis: Benjamin
Perasaan yang tidak mengenakkan menyelimuti Surya Pratama ketika Jihan meletakkan ponselnya ke telinganya, tapi dia tetap terdiam. Menurut perkiraannya, Jihan hanya sedang menggertak dan tidak akan bisa melakukan apa pun padanya.

Nomor yang ditelepon Jihan hanya berdering sekali sebelum teleponnya tersambung.

“Halo, Nona Winata,” suara bariton penuh kehormatan dan kesopanan menjawab dari ujung telepon.

“Halo, Zian,” jawab Jihan dengan nada ceria.

Ketika Zian mendengar nada cerita Jihan, dia langsung tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Dari pengalamannya menangani Jihan, dia menyimpulkan bahwa ada orang yang tidak beruntung yang telah membuatnya tersinggung dan dia ingin membuatnya merasakan akibatnya. Bagaimanapun itu, dia tetap terdiam seperti biasanya dan berpura-pura bahwa tidak ada yang salah.

“Apakah ada masalah, Nona Winata?” tanya Zian dengan sopan.

“Apakah kamu tahu apakah kita bermitra dengan perusahaan atau bisnis apa pun dari keluarga Pratama?” tanya Jihan dengan cerita
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 128

    Daffa dan Jihan tentunya tidak mengetahui bahwa Jonathan sedang merencanakan pembalasan dendamnya pada saat itu dan berbincang ringan seraya mereka berjalan. Mereka tidak peduli tentang apa yang bisa disebut pertengkaran remeh dengan orang yang sama remehnya.Jihan bisa melihat bahwa Daffa sudah tidak lagi berminat untuk melanjutkan percakapan dengannya, jadi dia memutuskan untuk membiarkannya sendirian, tapi tidak sebelum bertukar kontak ponsel dengannya. Daffa sedikit enggan untuk bertukar nomor dengannya pada awalnya, tapi setelah melihat bahwa dia telah membuat keluarga Pratama berlutut hanya dengan satu kali telepon, dia memutuskan untuk menerima nomornya.Dia bisa melihat bahwa dari telepon singkat yang dia lakukan, dia menunjukkan sehebat apa latar belakangnya. Tidak ada salahnya jika mengenal seseorang yang memiliki latar belakang sekuat itu.Daffa lalu menemaninya ke pintu keluar hotel dan melambaikan tangannya padanya sebelum kembali memasuki hotel. Walaupun kehadirannya s

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 129

    Sisa hari itu berjalan dengan cepat dan hari pun segera malam. Karena pelelangan itu diadakan di kota lain, Daffa menyelesaikan persiapannya pukul enam malam. Kota itu berjarak satu jam perjalanan dari Hotel Sky Golden dan karena dia tidak pergi sendirian tapi bersama Jihan, dia tidak bisa datang terlambat ke pelelangan itu.Pelelangan itu adalah pelelangan kelas atas, jadi Daffa tentunya tidak berpakaian santai untuk pelelangan itu. Dia memilih tiga setelan jas tiga potong berkelas yang dia pakai ke pesta amal beberapa bulan yang lalu, sepatu berkualitas, dan jam tangan edisi terbatas yang diberikan Bram padanya.Dia tampak luar biasa menawan dan jauh lebih tampan dibandingkan saat acara pesta amal. Setelah menjadi pemimpin perusahan selama beberapa waktu, dia sekarang memiliki penampilan yang berwibawa.Dia keluar dari kamar hotelnya dan beranjak ke tempat parkir mobil, mengabaikan tatapan terpesona yang dia dapatkan dari para staf dan orang-orang di hotel. Dia memasuki mobilnya d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 130

    Bagian dalam rumah pelelangan itu ramai dengan aktivitas, dengan banyak orang berlalu lalang dan berbincang, mengundang ekspresi tertarik di wajah Daffa.Ada beberapa orang di pusat pertukaran, tempat mereka bisa mengumpulkan barang mereka untuk dilelang. Staf di pusat pertukaran itu lalu akan menaksir harga dari barang tersebut dan menentukan harga lelang barang tersebut.Tentunya, pusat pertukaran tidak lupa untuk mengambil komisi 10% dari harga akhir pelelangan setiap barang. Komisi 10% itu tetap dan akan diambil berapa pun harga akhir pelelangan setiap barang.Jihan menyadari ekspresi tertarik di wajah Daffa dan tersenyum dengan lembut sebelum berbicara.“Apakah kamu tertarik untuk melelang properti atau barangmu?” tanya Jihan acuh tak acuh, matanya terpaku pada pusat pertukaran.Daffa menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan itu, menunjukkan jawabannya. Dengan kekayaan dan statusnya saat ini, dia tidak perlu melelang satu pun properti atau barangnya.Jihan tersenyum dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 131

    Barang yang dilelang adalah buku kulit cokelat dan tampaknya biasa-biasa saja, tapi darah Daffa terus mendidih melihat buku itu. Dia bisa merasakan koneksi dari dalam dengan buku itu dan dia hampir tidak bisa menahan dirinya untuk berlari ke atas panggung dan mengambil buku itu.Jihan menyadari perhatian penuh Daffa ke buku itu, tapi tidak bisa memahami kenapa Daffa begitu tertarik pada buku itu. Lagi pula, buku itu terlihat sangat biasa-biasa saja dan dia tidak bisa menemukan hal spesial dari buku itu. Ketika dia baru hendak menanyakan Daffa mengenai buku itu, suara pembawa acara menggema di aula pelelangan.“Selanjutnya, ada ‘Jurnal Madra’ yang akan dilelang. Seperti yang kita ketahui, Madra adalah kaisar pertama dan paling sukses. Buku kulit ini berisi jurnal Madra, eksploitasinya, dan wawasan dari masa pemerintahannya.”Ketika pembawa acara itu menyelesaikan penjelasannya, sebagian besar orang yang hadir membelalakkan mata mereka.Buku ‘Jurnal Madra’ itu adalah buku yang memili

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 132

    Selama sisa hari-hari setelah pindah ke vilanya, dia melatih rutinitas paginya tanpa melewatkan satu hari pun. Dia memastikan untuk bersikap disiplin dalam aspek itu.Setelah rutinitas paginya setiap hari, dia lalu akan membaca laporan dan dokumen yang dikirimkan lewat faksimile oleh Zaki dan Erin. Dokumen-dokumen ini berisi proyek dan perkembangan yang telah dibuat oleh West Atlantics Int’l.West Atlantics Int’l telah berkembang pesat setelah dia menghancurkan Korporasi Sandya dan mereka sekarang diakui sebagai bagian dari 20 perusahaan teratas di kota.Kota itu adalah daerah yang sangat kompetitif karena memiliki sumber daya yang melimpah, jadi hampir tidak ada kesempatan bagi perusahaan baru seperti West Atlantics Int’l untuk tumbuh seperti itu, tapi tidak seperti dugaan semua orang, West Atlantics Int’k berkembang menjadi bagian dari 20 perusahaan teratas dalam kurang dari tiga bulan!Daffa mendirikan West Atlantics Int’l kurang dari dua bulan yang lalu, tapi dia sudah memimpin

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 133

    Perjalanan menuju kampusnya lancar dan tanpa kendala, sehingga dia hanya membutuhkan 30 menit untuk tiba di universitasnya dari vilanya.Karena itu adalah hari pertama dari semester baru dan kelas pertama, suasananya sangat heboh. Mahasiswi-mahasiswi baru yang cantik berjalan-jalan di sekitar kampus dengan tatapan terkagum. Karena Universitas Praharsa adalah salah satu universitas terbaik di negara, gedung dan infrastrukturnya sangat luar biasa. Tidak heran jika para mahasiswa baru yang baru pertama kali melihatnya akan terpesona.Tentunya, para hiu tahun kedua dan ketiga tidak membiarkan para mahasiswi baru yang seperti kumpulan ikan di sungai menunggu untuk dipancing oleh para nelayan akan pergi dengan bebas.“Hai, cantik. Gedung ini adalah kebanggaan dari Departemen Teknik. Aku bisa membawamu berkeliling jika kamu mau, jadi kamu tidak akan tersesat,” kata mahasiswa tahun kedua dari Departemen Teknik kepada mahasiswi baru yang cantik.Mahasiswi baru itu menoleh ke mahasiswa yang

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 134

    [Kafe Anton]Interior kafe itu sunyi dan tenteram. Tempatnya agak kosong, karena tidak banyak orang yang suka berkencan di kafe, tapi banyak orang terlihat di berbagai meja sambil tertawa dan berdiskusi dengan suara pelan dalam sekali pandang.Daffa sendirian di mejanya dan secangkir kopi hitam menemaninya di atas meja. Karena Daffa sangat memesona, baik laki-laki maupun perempuan terus mencuri pandang padanya, yang laki-laki iri dan cemburu, sementara yang perempuan jatuh cinta. Beberapa wanita pemberani bahkan memotretnya secara diam-diam.Daffa tentu saja memperhatikan tatapan yang dia dapatkan, tapi dia tidak memedulikannya. Dibandingkan dengan situasi yang terjadi dengan para mahasiswi baru ketika dia tiba dengan Bugatti sebelumnya, situasi saat ini tidak sebanding sama sekali.Dia menyesap lagi cangkir kopi hitamnya dan menghela nafas. Dia melirik jam tangan berkelas yang diikatkan di pergelangan tangannya dan kerutan muncul di wajahnya. Dia telah menunggu dengan sabar di kaf

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 135

    Kali ini, teleponnya berdering cukup lama, tapi tidak ada jawaban. Ketika Daffa mengira orang tersebut tidak akan mengangkat panggilan teleponnya, barulah telepon itu tersambung."Halo. Aku ingin tim teknis...” Daffa baru mulai berbicara, tapi dia disela dengan kasar sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya."Siapa ini?" jawab seorang pria dengan malas. Dia terdengar seperti sedang tidur siang dan baru saja dibangunkan oleh telepon ituDaffa mengerutkan kening mendengar jawaban dan nada malas pria itu, tapi tetap menjawabnya.“Ini Daffa Halim,” jawab Daffa dengan datar."Daffa Halim?" tanya pria itu dengan nada mengejek sebelum tertawa.“Kalau kamu Daffa Halim, maka aku adalah Wistara Mahatma!” kata pria itu dengan nada mengejek.Wistara Mahatma adalah pendiri dan kepala Grup Finansial Mahatma, jadi jelas sekali bahwa peneleponnya tidak percaya bahwa dia benar-benar Daffa Halim, kepala Konsorsium Halim yang terkenal."Kukira ini telepon penting!" gerutu pria itu dengan marah d

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 588

    Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 587

    Tidak peduli setakut apa Bimo, dia tidak berani bergerak dan hanya mengangguk dengan kaku dan patuh.Dengan bibir yang melengkung menjadi senyuman puas, Daffa berkata, “Aku sudah beberapa kali bertukar pikiran dengan salah satu petugas polisimu yang bernama Umar dan aku tidak memiliki pengalaman yang terbaik dengannya. Bukan hanya itu, dia telah memperjelas bahwa dia berpihak pada Grup Ganendra. Meskipun dia gagal memenuhi janjinya, aku masih memastikan kamu tahu setiap tindakan dan rencanaku di Kota Almiron. Bukankah itu benar?”Dengan kening yang basah oleh keringat, dia dengan cepat melirik Umar. Dia lalu kembali fokus pada Daffa dengan senyuman sambil membujuk Daffa. “Tuan Halim yang terhormat, saya rasa ini tidak perlu.”Meletakkan kedua tangannya di sisinya, dia menunjukkan ketulusannya. Dia menghindari tatapan Daffa dan berkata, “Kita bisa menegosiasikan kembali syarat-syarat kolaborasi kita.”Bimo mau tidak mau gemetar ketakutan. Yang dia lihat hanyalah bibir Daffa yang mel

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 586

    Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 585

    Dengan pandangan yang gemetar karena rasa takut, Umar berseru, “Sebaiknya kamu pikirkan dengan baik-baik sebelum melakukan apa yang akan kamu lakukan, Daffa Halim! Pikirkan tentang apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya!”Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan giginya yang putih. “Sejujurnya, perkataanmu membuatku terhibur.”Dia lalu mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Umar. Akan tetapi, kali ini, dia menarik Umar keluar dari lekukan di tembok dan melempar Umar ke ruang di belakangnya. Hanya permusuhan yang terlihat di matanya yang berbinar pada saat itu. Hal itu terus bertahan hingga Umar mendarat di tanah dengan suara dentuman yang keras.Satu-satunya yang berbeda adalah kali ini Umar tidak berteriak kesakitan. Dia terus terdiam setelah dia terbanting ke lantai.Daffa berputar badan, hidungnya berkerut menjadi cibiran kepada Umar sambil dia berbicara dengan santai, “Oh? Aku terkesan. Kamu masih hidup.”Di lantai, Umar berusaha sebisa mungkin untuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 584

    Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 583

    Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 582

    Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 581

    Tatapan Shelvin menyapu melewati Erin sebelum mendarat pada Daffa saat dia berkata, “Hanya saja, aku merasakan abnormalitas pada nona itu ketika dia tiba sebelumnya. Karena itu, aku menelusuri kembali ingatanku dan ingatan Yarlin untuk membandingkannya.”Alis Erin menyatu menjadi kerutan dalam, tapi dia menahan dirinya untuk tidak berkomentar karena dia tahu Daffa sedang fokus sepenuhnya pada percakapan itu.Meskipun Shelvin melihat sikap kedua orang itu yang berbeda, Shelvin melanjutkan, “Aku menemukan bahwa orang-orang mengerikan dari Timur itu—orang-orang busuk yang menyerang Yarlin—telah mengembangkan obat ini sejak bertahun-tahun yang lalu.”Daffa mengangguk. “Iya, aku tahu itu.”Dengan raut wajah yang berubah menjadi ekspresi yang rumit tapi sedikit senang, Shelvin menjawab, “Iya, tapi yang ingin kuberi tahu padamu adalah bahwa orang-orang itu belum berhasil.”“Itu mungkin saja,” kata Daffa dan dia mengangguk setelah jeda yang panjang. Dia berpikir meskipun tokoh-tokoh menge

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 580

    Meskipun hal itu mustahil, Erin melakukannya.Tatapan Daffa menajam pada Erin. Daffa tahu kecerobohannya telah membuat Erin berada dalam kondisinya saat ini dan Daffa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Mata menyipit dengan penuh tekad, Daffa menembakkan kekuatan jiwanya ke depan.Pada saat itu, kekuatan jiwa abu-abu Erin sudah setengah jalan keluar dari tubuhnya, tapi memberontak sekeras mungkin untuk tetap berada di dalam tubuh Erin.Daffa tidak pernah melihat situasi seperti itu sebelumnya, jadi dia menatap ke bawah ke lengannya dan memanggil, “P ….”Seperti jarum jam, Teivel muncul sebelum Daffa bisa selesai mengatakan “Pak.” Teivel melirik gas itu sambil tersenyum. Sosoknya kemudian berpindah ke belakang Daffa untuk berkata, “Itu hanyalah seberkas kekuatan jiwa biasa. Satu-satunya alasan ia menahan seranganmu adalah karena pemiliknya menggabungkan darahnya ke dalamnya.”Serentak, dia melambaikan lengannya ke meja di depan, membuat gelas Daffa di atas meja melayang di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status