Share

Bab 121

Penulis: Benjamin
“Korporasi Sandya sedang diselidiki karena penghindaran pajak sebesar lebih dari 2,25 triliun rupiah.”

Wajah Heru memucat membaca tulisan di saluran TV itu. Matanya membelalak terkejut menonton beritanya.

Penghindaran pajak!

Karena itulah bank dan perusahaan pembiayaan tiba-tiba memintanya untuk membayar kembali pinjamannya dalam waktu 24 jam!

“Kamu benar-benar tidak kompeten, Tuan Heru,” kata orang penting itu, nada bicaranya terdengar tidak senang.

“Saya bisa menjelaskannya!” kata Heru dengan panik, tapi orang itu memotongnya.

“Senang berbisnis denganmu, Tuan Heru. Sayangnya, kesepakatan kita sekarang batal,” ungkap orang penting itu dengan mantap sebelum mematikan teleponnya dengan tiba-tiba.

Heru menatap ponselnya tidak percaya. Dia menelepon nomor orang penting itu di menit selanjutnya. Teleponnya hanya berdering dua kali sebelum sambungannya terputus. Kedua kalinya dia menelepon nomor tersebut, teleponnya tidak tersambung sama sekali. Orang bodoh pun tahu kalau dia telah d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 122

    [West Atlantics Int’l]Mata Daffa berbinar ketika dia mendengar jawaban Heru.Grup Emas!Daffa tidak pernah menyangka bahwa dalang di balik semuanya adalah kepala dari Grup Emas.“Begitu,” jawab Daffa dengan tenang walaupun dia merasa terkejut.“Saya sudah memberi tahu apa yang Anda inginkan. Tolong penuhi janji Anda,” kata Heru sambil menggertakkan giginya di ujung telepon.“Tenanglah. Aku akan memenuhi kesepakatannya,” jawab Daffa sambil tersenyum sebelum mematikan teleponnya.Setelah memutuskan teleponnya, Daffa menautkan jemarinya, menyandarkan dagunya di jemarinya dan tenggelam dalam pikirannya.Grup Emas adalah grup bisnis terbesar ketiga di kota itu dengan kekayaan bersih sebesar belasan triliun rupiah. Tentunya, Konsorsium Halim bisa dengan mudah menghancurkan mereka, tapi Daffa tidak mempertimbangkan pilihan itu.Grup Emas menargetkan West Atlantics Int’l, bukan Konsorsium Halim. Karena itu, dia akan melawan Grup Emas menggunakan kekuatan West Atlantics Int’l sendiri,

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 123

    Beberapa hari selanjutnya berjalan begitu saja bagi Daffa. Dia kembali ke rumah besar Halim hari itu, menyampaikan inti dari apa yang telah terjadi pada Bram, tapi tidak menyampaikan rinciannya. Dia lalu beristirahat seperti yang dia butuhkan.Dia sangat luar biasa sibuk karena pertemuannya dengan Tara Wiguna, pembunuhan yang merenggut nyawa pengawal Tara, kecelakaan dengan pria tua itu, dan penyerangan terhadap West Atlantics Int’l terjadi dalam kurun waktu kurang dari 48 jam. Daffa bukanlah mesin, jadi normal saja baginya untuk merasa sangat kelelahan setelah menghadapi semua kekacauan itu.Karena kakeknya tidak akan kembali sampai dua minggu kemudian, Daffa merasa bahwa dia tidak perlu menunggu kedatangan kakeknya, terutama dengan jadwalnya yang padat. Karena itu, dia berinisiatif untuk meninggalkan rumah besar Halim. Dia berjanji untuk kembali ke rumah besar ketika kakeknya kembali dari perjalanan bisnisnya.Daffa lalu meninggalkan rumah besar Halim dan kembali ke kediamannya di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 124

    Daffa menatap wanita cantik yang berdiri di hadapannya dan dengan cepat menutupi ekspresi terkejutnya yang terpampang di wajahnya. Walau hanya beberapa detik, Jihan Winata menyadari reaksi terkejutnya dan merasa senang melihatnya. Momen yang singkat itu sudah cukup baginya untuk mengetahui bahwa Daffa terkejut oleh identitasnya. Itu berarti Daffa mengetahui siapa dia.“Apakah kamu tidak akan menawarkan tempat duduk padaku, Daffa?” tanya Jihan bercanda.Perkataannya menyadarkan Daffa dari lamunannya dan dia menawarkannya tempat duduk sebelum kembali duduk.Daffa menatap Jihan tanpa ekspresi, tapi pikirannya kacau pada saat itu. Dia tidak tahu kenapa Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa menghampirinya.Daffa benar-benar miskin beberapa bulan yang lalu, jadi walaupun dia sering mendengar cerita dan gosip mengenai sepuluh wanita tercantik di kampus, dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka.Baru ketika dia mengetahui ident

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 125

    “Maaf?” tanya Jihan dengan suara tanpa emosi, tapi Daffa tahu bahwa dia saat itu merasa jengkel.“Kamu mendengarnya, dasar jalang!” jawab pria muda itu dengan kasar. Perasaannya sudah buruk sejak rencananya untuk meniduri seorang wanita yang dia sukai gagal dan dia sudah mencari sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Karena itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang turun dari Langit itu.Daffa mengerutkan dahinya mendengar pilihan kata-kata pria itu dan memperhatikan pria itu dengan lebih baik. Daffa sekarang adalah ahli bela diri yang telah bangkit, jadi itu berarti kekuatan pikirannya sekarang di atas orang-orang biasa. Maka dari itu, dia dengan mudah mengingat pria muda itu adalah pria yang sedang berdebat dengan seorang wanita sekitar satu jam yang lalu. Dia bisa mengetahuinya karena suaranya sangat familier.Jika Jihan Winata baru merasa jengkel sebelumnya, kali ini dia benar-benar marah.Jalang?Sudah lama sekali sejak seseorang beraninya menggunakan kata hina itu un

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 126

    Jihan menaikkan alisnya mendengar pernyataan Jonathan. Matanya terlihat sedikit keheranan di tengah-tengah amarah dan kebencian yang awalnya dia rasakan terhadap pria muda itu.Pratama?Jika yang dikatakan pria itu dengan benar, maka dia merupakan bagian dari keluarga Pratama.Jihan hampir tertawa pada saat itu. Jika orang lain berada di situasinya, mereka akan gemetar ketakutan ketika Jonathan menyebutkan keluarga Pratama, tapi hal yang sama tidak berlaku padanya.Ini disebabkan karena keluarga yang disebut Pratama itu bukan apa-apa selain pelayan rendahan dibandingkan latar belakangnya!Jonathan salah tangkap bahwa alis Jihan yang meninggi adalah karena dia takut terhadap keluarga Pratama dan makin berani dengan ancamannya.“Itu benar!” teriak Jonathan.“Bukankah barusan kamu bersenang-senang dengan menamparku? Aku akan menelepon ayahku sekarang untuk memberimu pelajaran!”Dia lalu mengeluarkan ponselnya dengan murka dan menelepon seseorang. Kurang dari dua menit kemudian, di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 127

    Perasaan yang tidak mengenakkan menyelimuti Surya Pratama ketika Jihan meletakkan ponselnya ke telinganya, tapi dia tetap terdiam. Menurut perkiraannya, Jihan hanya sedang menggertak dan tidak akan bisa melakukan apa pun padanya.Nomor yang ditelepon Jihan hanya berdering sekali sebelum teleponnya tersambung.“Halo, Nona Winata,” suara bariton penuh kehormatan dan kesopanan menjawab dari ujung telepon.“Halo, Zian,” jawab Jihan dengan nada ceria.Ketika Zian mendengar nada cerita Jihan, dia langsung tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Dari pengalamannya menangani Jihan, dia menyimpulkan bahwa ada orang yang tidak beruntung yang telah membuatnya tersinggung dan dia ingin membuatnya merasakan akibatnya. Bagaimanapun itu, dia tetap terdiam seperti biasanya dan berpura-pura bahwa tidak ada yang salah.“Apakah ada masalah, Nona Winata?” tanya Zian dengan sopan.“Apakah kamu tahu apakah kita bermitra dengan perusahaan atau bisnis apa pun dari keluarga Pratama?” tanya Jihan dengan cerita

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 128

    Daffa dan Jihan tentunya tidak mengetahui bahwa Jonathan sedang merencanakan pembalasan dendamnya pada saat itu dan berbincang ringan seraya mereka berjalan. Mereka tidak peduli tentang apa yang bisa disebut pertengkaran remeh dengan orang yang sama remehnya.Jihan bisa melihat bahwa Daffa sudah tidak lagi berminat untuk melanjutkan percakapan dengannya, jadi dia memutuskan untuk membiarkannya sendirian, tapi tidak sebelum bertukar kontak ponsel dengannya. Daffa sedikit enggan untuk bertukar nomor dengannya pada awalnya, tapi setelah melihat bahwa dia telah membuat keluarga Pratama berlutut hanya dengan satu kali telepon, dia memutuskan untuk menerima nomornya.Dia bisa melihat bahwa dari telepon singkat yang dia lakukan, dia menunjukkan sehebat apa latar belakangnya. Tidak ada salahnya jika mengenal seseorang yang memiliki latar belakang sekuat itu.Daffa lalu menemaninya ke pintu keluar hotel dan melambaikan tangannya padanya sebelum kembali memasuki hotel. Walaupun kehadirannya s

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 129

    Sisa hari itu berjalan dengan cepat dan hari pun segera malam. Karena pelelangan itu diadakan di kota lain, Daffa menyelesaikan persiapannya pukul enam malam. Kota itu berjarak satu jam perjalanan dari Hotel Sky Golden dan karena dia tidak pergi sendirian tapi bersama Jihan, dia tidak bisa datang terlambat ke pelelangan itu.Pelelangan itu adalah pelelangan kelas atas, jadi Daffa tentunya tidak berpakaian santai untuk pelelangan itu. Dia memilih tiga setelan jas tiga potong berkelas yang dia pakai ke pesta amal beberapa bulan yang lalu, sepatu berkualitas, dan jam tangan edisi terbatas yang diberikan Bram padanya.Dia tampak luar biasa menawan dan jauh lebih tampan dibandingkan saat acara pesta amal. Setelah menjadi pemimpin perusahan selama beberapa waktu, dia sekarang memiliki penampilan yang berwibawa.Dia keluar dari kamar hotelnya dan beranjak ke tempat parkir mobil, mengabaikan tatapan terpesona yang dia dapatkan dari para staf dan orang-orang di hotel. Dia memasuki mobilnya d

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status