“Maaf?” tanya Jihan dengan suara tanpa emosi, tapi Daffa tahu bahwa dia saat itu merasa jengkel.“Kamu mendengarnya, dasar jalang!” jawab pria muda itu dengan kasar. Perasaannya sudah buruk sejak rencananya untuk meniduri seorang wanita yang dia sukai gagal dan dia sudah mencari sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Karena itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang turun dari Langit itu.Daffa mengerutkan dahinya mendengar pilihan kata-kata pria itu dan memperhatikan pria itu dengan lebih baik. Daffa sekarang adalah ahli bela diri yang telah bangkit, jadi itu berarti kekuatan pikirannya sekarang di atas orang-orang biasa. Maka dari itu, dia dengan mudah mengingat pria muda itu adalah pria yang sedang berdebat dengan seorang wanita sekitar satu jam yang lalu. Dia bisa mengetahuinya karena suaranya sangat familier.Jika Jihan Winata baru merasa jengkel sebelumnya, kali ini dia benar-benar marah.Jalang?Sudah lama sekali sejak seseorang beraninya menggunakan kata hina itu un
Jihan menaikkan alisnya mendengar pernyataan Jonathan. Matanya terlihat sedikit keheranan di tengah-tengah amarah dan kebencian yang awalnya dia rasakan terhadap pria muda itu.Pratama?Jika yang dikatakan pria itu dengan benar, maka dia merupakan bagian dari keluarga Pratama.Jihan hampir tertawa pada saat itu. Jika orang lain berada di situasinya, mereka akan gemetar ketakutan ketika Jonathan menyebutkan keluarga Pratama, tapi hal yang sama tidak berlaku padanya.Ini disebabkan karena keluarga yang disebut Pratama itu bukan apa-apa selain pelayan rendahan dibandingkan latar belakangnya!Jonathan salah tangkap bahwa alis Jihan yang meninggi adalah karena dia takut terhadap keluarga Pratama dan makin berani dengan ancamannya.“Itu benar!” teriak Jonathan.“Bukankah barusan kamu bersenang-senang dengan menamparku? Aku akan menelepon ayahku sekarang untuk memberimu pelajaran!”Dia lalu mengeluarkan ponselnya dengan murka dan menelepon seseorang. Kurang dari dua menit kemudian, di
Perasaan yang tidak mengenakkan menyelimuti Surya Pratama ketika Jihan meletakkan ponselnya ke telinganya, tapi dia tetap terdiam. Menurut perkiraannya, Jihan hanya sedang menggertak dan tidak akan bisa melakukan apa pun padanya.Nomor yang ditelepon Jihan hanya berdering sekali sebelum teleponnya tersambung.“Halo, Nona Winata,” suara bariton penuh kehormatan dan kesopanan menjawab dari ujung telepon.“Halo, Zian,” jawab Jihan dengan nada ceria.Ketika Zian mendengar nada cerita Jihan, dia langsung tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Dari pengalamannya menangani Jihan, dia menyimpulkan bahwa ada orang yang tidak beruntung yang telah membuatnya tersinggung dan dia ingin membuatnya merasakan akibatnya. Bagaimanapun itu, dia tetap terdiam seperti biasanya dan berpura-pura bahwa tidak ada yang salah.“Apakah ada masalah, Nona Winata?” tanya Zian dengan sopan.“Apakah kamu tahu apakah kita bermitra dengan perusahaan atau bisnis apa pun dari keluarga Pratama?” tanya Jihan dengan cerita
Daffa dan Jihan tentunya tidak mengetahui bahwa Jonathan sedang merencanakan pembalasan dendamnya pada saat itu dan berbincang ringan seraya mereka berjalan. Mereka tidak peduli tentang apa yang bisa disebut pertengkaran remeh dengan orang yang sama remehnya.Jihan bisa melihat bahwa Daffa sudah tidak lagi berminat untuk melanjutkan percakapan dengannya, jadi dia memutuskan untuk membiarkannya sendirian, tapi tidak sebelum bertukar kontak ponsel dengannya. Daffa sedikit enggan untuk bertukar nomor dengannya pada awalnya, tapi setelah melihat bahwa dia telah membuat keluarga Pratama berlutut hanya dengan satu kali telepon, dia memutuskan untuk menerima nomornya.Dia bisa melihat bahwa dari telepon singkat yang dia lakukan, dia menunjukkan sehebat apa latar belakangnya. Tidak ada salahnya jika mengenal seseorang yang memiliki latar belakang sekuat itu.Daffa lalu menemaninya ke pintu keluar hotel dan melambaikan tangannya padanya sebelum kembali memasuki hotel. Walaupun kehadirannya s
Sisa hari itu berjalan dengan cepat dan hari pun segera malam. Karena pelelangan itu diadakan di kota lain, Daffa menyelesaikan persiapannya pukul enam malam. Kota itu berjarak satu jam perjalanan dari Hotel Sky Golden dan karena dia tidak pergi sendirian tapi bersama Jihan, dia tidak bisa datang terlambat ke pelelangan itu.Pelelangan itu adalah pelelangan kelas atas, jadi Daffa tentunya tidak berpakaian santai untuk pelelangan itu. Dia memilih tiga setelan jas tiga potong berkelas yang dia pakai ke pesta amal beberapa bulan yang lalu, sepatu berkualitas, dan jam tangan edisi terbatas yang diberikan Bram padanya.Dia tampak luar biasa menawan dan jauh lebih tampan dibandingkan saat acara pesta amal. Setelah menjadi pemimpin perusahan selama beberapa waktu, dia sekarang memiliki penampilan yang berwibawa.Dia keluar dari kamar hotelnya dan beranjak ke tempat parkir mobil, mengabaikan tatapan terpesona yang dia dapatkan dari para staf dan orang-orang di hotel. Dia memasuki mobilnya d
Bagian dalam rumah pelelangan itu ramai dengan aktivitas, dengan banyak orang berlalu lalang dan berbincang, mengundang ekspresi tertarik di wajah Daffa.Ada beberapa orang di pusat pertukaran, tempat mereka bisa mengumpulkan barang mereka untuk dilelang. Staf di pusat pertukaran itu lalu akan menaksir harga dari barang tersebut dan menentukan harga lelang barang tersebut.Tentunya, pusat pertukaran tidak lupa untuk mengambil komisi 10% dari harga akhir pelelangan setiap barang. Komisi 10% itu tetap dan akan diambil berapa pun harga akhir pelelangan setiap barang.Jihan menyadari ekspresi tertarik di wajah Daffa dan tersenyum dengan lembut sebelum berbicara.“Apakah kamu tertarik untuk melelang properti atau barangmu?” tanya Jihan acuh tak acuh, matanya terpaku pada pusat pertukaran.Daffa menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan itu, menunjukkan jawabannya. Dengan kekayaan dan statusnya saat ini, dia tidak perlu melelang satu pun properti atau barangnya.Jihan tersenyum dan
Barang yang dilelang adalah buku kulit cokelat dan tampaknya biasa-biasa saja, tapi darah Daffa terus mendidih melihat buku itu. Dia bisa merasakan koneksi dari dalam dengan buku itu dan dia hampir tidak bisa menahan dirinya untuk berlari ke atas panggung dan mengambil buku itu.Jihan menyadari perhatian penuh Daffa ke buku itu, tapi tidak bisa memahami kenapa Daffa begitu tertarik pada buku itu. Lagi pula, buku itu terlihat sangat biasa-biasa saja dan dia tidak bisa menemukan hal spesial dari buku itu. Ketika dia baru hendak menanyakan Daffa mengenai buku itu, suara pembawa acara menggema di aula pelelangan.“Selanjutnya, ada ‘Jurnal Madra’ yang akan dilelang. Seperti yang kita ketahui, Madra adalah kaisar pertama dan paling sukses. Buku kulit ini berisi jurnal Madra, eksploitasinya, dan wawasan dari masa pemerintahannya.”Ketika pembawa acara itu menyelesaikan penjelasannya, sebagian besar orang yang hadir membelalakkan mata mereka.Buku ‘Jurnal Madra’ itu adalah buku yang memili
Selama sisa hari-hari setelah pindah ke vilanya, dia melatih rutinitas paginya tanpa melewatkan satu hari pun. Dia memastikan untuk bersikap disiplin dalam aspek itu.Setelah rutinitas paginya setiap hari, dia lalu akan membaca laporan dan dokumen yang dikirimkan lewat faksimile oleh Zaki dan Erin. Dokumen-dokumen ini berisi proyek dan perkembangan yang telah dibuat oleh West Atlantics Int’l.West Atlantics Int’l telah berkembang pesat setelah dia menghancurkan Korporasi Sandya dan mereka sekarang diakui sebagai bagian dari 20 perusahaan teratas di kota.Kota itu adalah daerah yang sangat kompetitif karena memiliki sumber daya yang melimpah, jadi hampir tidak ada kesempatan bagi perusahaan baru seperti West Atlantics Int’l untuk tumbuh seperti itu, tapi tidak seperti dugaan semua orang, West Atlantics Int’k berkembang menjadi bagian dari 20 perusahaan teratas dalam kurang dari tiga bulan!Daffa mendirikan West Atlantics Int’l kurang dari dua bulan yang lalu, tapi dia sudah memimpin
Bart menelan ludah. Meskipun tangannya masih diikat di belakangnya dengan tali, dia masih dapat mengepalkan tangannya.Penghinaan memenuhi matanya seraya dia menatap Daffa dan menggeram, “Bukan hanya memukulku, kamu juga telah mengakuinya dengan tidak tahu malu! Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa tidak ada apa pun—bahkan hukum mana pun—di dunia ini yang dapat menahanmu?”Mata Daffa menyipit menjadi garis seraya dia berpikir, “Aku tahu apa yang Bart lakukan. Dia sedang menunjukkan otoritasnya padaku dan mengisyaratkan secara halus bahwa dia bukanlah seseorang yang dapat dilawan. Pfft. Hanya saja, dia tidak tahu sekonyol apa tindakannya bagiku.”Tidak repot-repot menyembunyikan perasaannya, Daffa mendengus sebelum menyeringai dengan nakal. Bibirnya melengkung lebih dalam detik demi detik seraya dia perlahan berbicara, “Aku telah menghadapi kemurkaan banyak orang dan mereka sering kali bersikap sepertimu—dengan cara yang menyedihkan dan hampir kekanak-kanakan.”Melihat seringaian
“Kurasa kita bisa menyebut ini keajaiban medis,” kata Daffa sambil mengangkat bahunya dan mengangkat kedua tangannya di udara. Dia lalu menoleh untuk melihat ke sampingnya.Itulah tempat Bart terduduk. Matanya terpejam sepanjang waktu, tapi dia menghela napas pada saat itu, dengan kaku menoleh ke arah Daffa dan berbicara seperti robot. “Kamu pintar, ya. Aku sudah berusaha keras untuk menyamarkan keadaan sadarku. Sayangnya, kamu tetap menangkapku.”Dia tidak lagi menyembunyikan keadaan tersadarnya pada saat itu. Setelah mengatakan itu, dia memperjelas kebencian di dalam matanya ke arah Daffa dan Danar.“Lucu sekali kamu berkata begitu.” Daffa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bertatapan dengan Bart, menatapnya dengan tatapan kebingungan seraya dia mengumumkan, “Kalaupun kamu sudah tenggelam dalam peranmu dan berakting sebaik mungkin, aku hanya dapat mengatakan satu hal—aktingmu itu tidak pernah mengecohku sekali pun. Kemarahanmu terpancar dari setiap pori-porimu.
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela
Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku
Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang
Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac