Setelah Rachel memasuki kamarnya.Nenek Xion dan anggota keluarga kesayangannya mencoba untuk menanyakan kamar yang akan mereka tempati.Villa A1 memanglah besar, tentunya banyak kamar yang tidak dipakai.Tapi seperti biasanya, bukan anggota keluarga kesayangan nenek Xion namanya jika mereka semua bisa dengan mudah untuk merendahkan kelas serta hatinya.Itu dapat diartikan saat mereka kini meminta tiga kamar.Satu untuk Marot dan Nori. Satu untuk nenek Xion, dan satu lagi untuk Sea dan putrinya.“Ibu … Itu ….” DEre tampak ragu untuk melanjutkan bicaranya.“Sudah! cepat suruh pembantu-pembantumu untuk menyiapkan semuanya!” Ucap nenek Xion, yang seolah tidak memperdulikan apa yang telah diucapkan oleh Dere.Akhirnya, Dere memerintahkan pada asisten rumah tangga yang ada di Villa itu untuk membersihkan beberapa kamar, sesuai dengan apa yang diminta oleh nenek Xion.Alhasil kini mereka mendapatkan kamar sesuai dengan apa yang mereka inginkan.Nenek Xion meminta kamar yang cukup luas dan h
Nanny berjalan, hendak menuju ke kamar Rachel.“Kalau Anda tidak memyingkir, maka akan aku patahkan lenganmu!” Ancam Nanny saat Marot menghalangi jalannya.“Ibu…” Ucap Marot saat dirinya membiarkan Nanny berlalu meninggalkan mereka untuk naik ke lantai dua.Nanny mengetuk pintu kamar Rachel.Setelah Nanny masuk kamar Rachel, beberapa saat kemudian keduanya keluar.Mereka langsung keluar dari Villa.Tepat disaat mereka berada di luar Villa A1.Suara khas knalpot mobil sport terdengar bergemuruh.Itu adalah Mobil milik Radhis.“Dia …” Sea dan yang lainnya seolah terperangah dengan kedatangan Radhis yang membawa sebuah mobil sport terbaru.“Ke–kenapa kau datang kesini?!” Teriak nenek Xion disaat, Radhis turun dari mobilnya.Sementara Sea, dia kini memandangi Radhis.Seolah ada sesuatu yang sedang dipikirkan olehnya.Sepertinya, Sea sedang mengagumi Radhis beserta mobilnya.Terbesit sebuah pikiran, “Kenapa bajingan ini begitu tampan?”“Kamu pulang …?” ucap Rachel disaat Radhis mendekat k
“Radhis …” Dere mencoba untuk berbicara baik-baik kepada Radhis.Dere sadar jika, Radhis seperti ini karena perlakuan ibu dan saudara tertuanya kepada Rachel selama ini. Bahkan Dere juga paham pasti Radhis akan sangat membenci mereka, karena baru kemarin juga nenek Xion merebut kembali jabatan direktur WIsh Corp dengan cara yang sangat tidak pantas.“Ayah … Tenang saja. Aku akan menyelesaikan masalah ini.” Jawab Radhis yang mengerti maksud dari Dere.“Hey Kau!” Nenek Xion mulai naik pitam.“Tunggu dulu, Dimana mereka akan tidur, ayah?” Ucap Radhis yang mengabaikan ucapan nenek tua itu, dan justru bertanya kepada ayah mertuanya, Dere.“Seperti apa yang sudah di bicarakan sebelumnya …”Diawali dengan kata itu, Dere menjelaskan kepada Radhis.Dimana mereka akan tidur sedari malam ini.Dere menjelaskan jika, nenek Xion ingin tidur di kamar utama kedua, di lantai tiga.Sedangkan Sea akan tidur di kamar yang dulu ditempati oleh Vivian.“Dan pamanmu, Marot, dan Tantemu, Tania. Akan tidur di
“Dere! Lihat kelakuan menantumu!” Teriak nenek Xion lagi.Nenek tua itu masih saja tidak mau merasa rendah dihadapan Dere dan Radhis.Seolah-olah dirinya masih ingin tetap dihormati dan menjadi orang yang mengambil keputusan dalam Villa itu.Dia berbicara seolah-olah dirinya adalah orang yang berkuasa di dalam Villa A1.“Kenapa kau membentak ayah mertua ku?” Tanya Radhis yang sepertinya tidak terima dengan ucapan nenek Xion kepada Marot.Radhis sangat ingin mencari perkara dengan nenek Xion.Karena itulah Radhis sengaja memancing emosi dari nenek tua itu.“Tuan! Kamar Tuan, dan Nona sudah selesai disiapkan.” Ucap Nanny yang baru datang.“‘Bagus.” Jawab Radhis.Setelah itu, Radhis masih lanjut berbicara kepada wanita yang kini telah menjadi asisten Rachel itu.“Mereka menginginkan kamar mu.”“Iya Tuan.” Jawab Nanny sembari membungkukkan badannya.“Berikan.” JAwab Radhis singkat.Wajah Marot berubah cukup cerah.Tapi seketika, kecerahan ekspresi Marot itu seketika sirna saat, Radhis ber
“Ibu … Aku minta maaf …” Ucap Dere kepada nenek Xion, yang saat ini sedang menantikan apa yang akan dilakukan oleh Dere itu sendiri, untuk membantu dirinya.“Apa maksudmu?” Tanya nenek Xion dengan nada membentak.“Kau sudah benar-benar tidak mampu untuk berkata apa-apa di hadapan menantumu itu?” Tanya nenek Xion menambahkan.“Ibu … Seperti yang ibu lihat barusan, Radhis adalah pemegang kendali penuh di Villa ini.” Ucap dere yang kemudian menunduk karena masih berusaha untuk sedikit menghormati ibunya.“Nanny, Kamu istirahatlah. Aku akan meminta asisten rumah tangga untuk mengantarkan mereka ke kamarnya masing-masing.” Dere mencoba untuk menenangkan Nanny yang sudah tampak ingin memberikan pelajaran kepada nenek Xion.Sementara Dere dan Tania pergi menuju ke kamar mereka, di kamar utama kedua di lantai tiga, kamar Radhis dan Rachel.Rachel sedang duduk di pinggiran tempat tidur sedangkan, Radhis baru saja selesai mandi, membersihkan badannya.Rachel menatap suaminya itu dengan wajahnya
***Pagi hari berikutnya.Rachel baru saja terbangun di jam 8 pagi.Dirinya terbangun dengan kondisi tubuh tanpa busana.Wanita cantik itu, kini mencoba untuk mengingat apa yang sudah terjadi semalam.Semua berawal dari dirinya yang baru selesai mandi.Kecanggungan di antara dirinya dan Radhis membuat dirinya berpikir untuk mengambil sebotol anggur, untuk mereka berdua.Rachel minum anggur bersama dengan suaminya, Radhis.Pada mulanya, Radhis bertanya kepada Rachel.Kenapa dirinya mengeluarkan sebotol anggur.Dengan wajah merah Rachel berkata kepada suaminya jika, dirinya ingin minum bersama dengan sang suami, “karena … sudah lama kamu tidak pulang.” Ucap Rachel di penghujung kalimatnya, dengan kepala yang menunduk.Radhis mengerti apa yang dimaksudkan oleh Rachel.Sejujurnya Radhis juga merindukan masa mereka bersama, akan tetapi dia sendiri juga sedikit malu terhadap istrinya.Karena itu, Radhis mengiyakan Rachel untuk minum anggur bersama.Kondisi fisik mereka yang sedikit lelah, m
Suara teriakan itu, ternyata adalah suara dari Tania yang memanggil Rachel, dan entah untuk apa, yang jelas, saat itu Tania dengan tergesah-gesah memanggil Rachel.“Iya Bu!!” Jawab Rachel yang sama-sama berupa teriakan kepada ibunya.Rachel dengan berbalut selimut, meraih piyamanya yang berserakan di lantai. setelah dirinya memakai piyama itu, segera keluar dari kamarnya.Sementara Radhis hanya bisa melihatnya dengan senyum yang terukir di bibirnya.“Ada apa Bu?” tanya Rachel.“Ada orang yang sedang mencarimu …” jawab Rachel.Rachel tentu saja merasa bingung.Siapa orang yang sekiranya mencari dirinya.Rachel hanya bisa menebak-nebak.“kalau begitu biar aku berganti baju dulu.” Ucap Rachel.“Jangan! Lebih baik kau temui dulu dia. Setelah itu, baru kau berganti baju.” Ucap Tania kepada putri satu-satunya itu.“Tidak baik membuat tamu menunggu.” Tambah Tania.Rachel merasa ragu.Tapi, saat dirinya melihat ibunya, akhirnya Rachel menuruti apa yang disampaikan oleh sang ibu.Rachel segera
Rachel selesai bersiap untuk segera berangkat.Tepat disaat Radhis barus saja siap untuk pergi, juga.“Kamu mau pergi?” Tanya Radhis.“Iya …” jawab Rachel.“Apakah kamu bisa meng—” Rachel sebenarnya ingin meminta kepada Radhis untuk mengantarkan dirinya. Akan tetapi, Rachel tidak melanjutkan kalimatnya karena dirinya tidak berani untuk berbicara terus terang kepada sang suami.Daripada tidak berani, lebih pantas jika disebut ragu-ragu dan malu-malu.Radhis adalah seorang suami yang berusaha untuk semaksimal mungkin mengerti sang istri.Karena itu, Radhis sangat paham apa yang apa yang sebenarnya sedang dibutuhkan oleh sang istri.“Biarkan aku mengantarkanmu.” Ucap Radhis dengan tersenyum kepada Rachel.“Tapi kan, ada Nanny dan Boas.” Ucap Rachel dengan menunduk.Rachel menunduk untuk menutupi wajahnya yang sedang merah merona karena, dirinya malu sekaligus senang mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Radhis.“Tidak masalah, biarkan mereka mengikuti dari belakang dengan mobilmu.