Radhis seketika menjadi bertanya sendiri dalam hatinya.Ada apa dengan Rachel?Kenapa dia mendengar jika sekarang istrinya tidak lagi menjabat sebagai direktur di Wish Corp?Radhis mencoba untuk memanggil Ed.Beberapa kali dipanggil Ed tersadar dari ketertegunannya saat dia mendengar jika Rachel sudah tidak menjabat sebagai direktur Wish Corp lagi.“Maaf, Tuan Muda…” Jawab Ed yang takut jika disangka tidak memperdulikan panggilan dari tuannya.“Apa yang diucapkan oleh mereka itu adalah benar?” Tanya Radhis.Ed kembali bertanya kepada Vivian dan juga Rachel.Pertanyaan dari Ed tidak tertuju pada satu orang karena dia takut jika ternyata Rachel berusaha untuk menutupi sesuatu dari dirinya.karena itu, Ed bertanya, “Apa yang saya dengar ini adalah sebuah kebenaran?” “Benar Tuan Ed… sedari hari ini perusahaan telah diambil alih oleh Nenek Xion.”“Bukankah jika itu terjadi, maka diperlukan persetujuan Tuan Radhis?” Tanya Ed yang merasa jika, hal yang diketahui oleh Rachel adalah pemilik p
“Ini pertama kalinya saya berbicara dengan Nona Rachel secara langsung…” Ucap Radhis yang berpura-pura menjadi orang yang tidak dikenal oleh Rachel. Rachel pun dengan polosnya menjawab, “Iya Tuan…, dan ini adalah sebuah kesempatan yang selalu saya tunggu selama ini.” “Benarkah? maaf jika saya tidak pernah menunjukkan diri di depan Nona, itu karena ada suatu hal yang harus saya lindungi. Jadi saya berharap Nona Rachel bisa mengerti.” Satu pertanyaan besar berada dalam pikiran Rachel, “Seorang Direktur Geneve, meminta maaf kepadaku?” “Nona? Apa nona masih ada disana?” Tanya Radhis. “Maaf Tuan, saya tadi sedikit melamun…” “Melamun?” Radhis sekali lagi bertanya kepada Rachel. Rachel tertawa kecil.Seolah suara dari Direktur yang ada di panggilan telepon itu adalah sebuah suara yang sangat menenangkan bagi dirinya. Meskipun dirinya tidak tahu jika itu adalah adalah suara dari seorang laki-laki yang dia sayangi, Radhis, Suaminya. Tanpa dia sadari, entah kenapa disaat dirinya tertawa.
Rachel sama sekali tidak mengerti, yang dia lakukan sekarang adalah dengan tanpa sadar dia tersipu.“Dekat…” itu bergema di pikirannya.Kata dekat yang dikatakan oleh Radhis membuat Rachel tersipu sampai sampai pipinya menjadi merah.Hal itu tidak berlangsung lama, karena dia tiba-tiba mengingat suaminya, Radhis.Tentu saja saat itu ada sebuah perasaan bersalah saat dirinya sadar, tersipu malu oleh kata-kata dari laki-laki lain.“Nona!” Panggil Radhis lagi.“Iya Tuan.” Jawab Rachel yang tersadar dari lamunannya.“Maaf Nona. Saya mendengar tadi, Nona sudah tidak lagi menjadi direktur di Wish Corp. Benarkah itu?” Tanya Radhis yang sebenarnya memang tidak tahu apa yang sudah terjadi sampai saat Vivian tadi berbicara.Jika tidak, tentu saja tidak mungkin bagi Radhis mengetahui karena itu memang baru terjadi tadi siang, dan Radhis juga terlalu fokus pada hal yang lainnya, untuk menghibur dirinya dari rasa sedihnya terkait perpisahan yang dia alami dengan sang istri.“Saya harus jujur kepa
“Jika memang itu yang Nona inginkan…” Jawab Radhis dengan lembut.“Biarkan saya yang akan menginformasikan masalah ini kepada Suami Anda…” Ucap Radhis, selanjutnya.Rachel terdiam untuk beberapa saat.Dia mempertimbangkan kesopanan dirinya kepada Direktur Geneve.Karena itu akhirnya Rachel berkata kepada Direktur Geneve, “Saya tidak berhak memerintah, ataupun melarang Tuan.”“Karena itu, jika memang itu yang Tuan inginkan, saya tidak akan merasa keberatan.” Tambah Rachel.“Terimakasih atas pengertian dari Nona… Saya seperti ini karena saya merasa jika suami anda seharusnya tahu tentang hal ini.” Ucap Radhis.“Salam untuk suami anda, dan tolong berikan Ponsel ini kembali kepada Ed Ackerley.” Ucap Radhis di akhir kalimatnya berbicara dengan Rachel.Ingin sekali Rachel berkata sejujurnya jika dirinya tidak berada dekat dengan suaminya untuk saat ini. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Dia tidak ingin berkata seperti itu, karena bagaimanapun juga Direktur Geneve adalah seorang laki-laki.
Bram dibawa oleh Ed menggunakan mobil hotel.Sebuah minivan berwarna hitam dengan kaca mobil yang serba gelap.Hal itu bertujuan untuk menjaga kerahasiaan, siapa yang ada di dalam mobil itu.“Kemana Tuan akan membawa saya?” Tanya Bram.“Ini bukan jalan ke Geneve.” Tambahnya saat dirinya menatap ke arah luar jendela dan mengawasi ke sekitar.“Apa kau pikir Tuan Muda akan berada di kantor pada jam ini?” Tanya Ed yang terang saja menganggap Bram seperti orang bodoh.Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Ed. Bram seketika terdiam dan tidak bisa berkata lagi. Itu karena dia tahu jika kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk berargumen.Keterdiaman Bram itu sampai pada saat dirinya masuk ke dalam sebuah gerbang besar berwarna keemasan.“Consolatoria Hill…” Ucap Bram saat dirinya masuk ke dalam gerbang itu dan sekilas melihat tulisan mewah di atas gerbang yang dia lewati.“Bukankah ini adalah Consolatoria Hill…?” Tanya Bram pada dirinya sendiri, seolah dia tidak percaya jika dirinya
Ed segera mendekat ke arah meja dimana tempat koper yang sepertinya berisi uang tunai itu diletakkan.Ed membaca berkas yang ada di atas meja.Disana ternyata ada berkas pemutusan kerja sama dan pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh Bram.“Ini…” ucap Ed tadi, disaat dia membaca isi dokumen di meja.Senyum Ed seolah mencurigakan bagi Bram.Pikiran Bram menjadi tidak karuan.Dia benar-benar khawatir disaat dirinya melihat ekspresi Ed. Ekspresi Ed tersenyum, tetapi senyumannya sangat mencurigakan, dan seperti sebuah senyum yang menunjukan kebahagiaan, dan juga senyum yang menunjukkan sebuah seringai jahat yang terpicu oleh rasa senang karena suatu hal.“Tu–Tuan…” Panggil Bram yang mulai penasaran dengan apa yang di baca oleh Ed.“Ini punyamu!” Ucap Ed saat dia mendekat ke arah Bram dengan memegang berkas tadi dengan satu tangan, dan menyodorkan berkas itu, menempel di dada Bram.Bram menerima uluran berkas dari Ed.Dengan perasaan bercampur aduk, Bram membaca isi dari berkas i
Lampu dinyalakan oleh Kimy, saat pintu sudah ditutup oleh Nora dari luar, dan Semua orang yang berurusan dengan masalah Bram telah pergi dari sana. “Aku merasa itu sudah cukup…” Jawab Radhis atas apa yang ditanyakan oleh Kimy. Kimy tertawa.Setelah itu, dia berkata, “Cukup Katamu?” “Itu lebih dari cukup, seharusnya.” Tambah Kimy dengan tertawa. Radhis terdiam, merasa dirinya ditertawakan oleh Kimy.Setelah itu, Kimy masih berbicara lagi, “Satu tangan dipatahkan, dan karirnya akan dihancurkan, karena telah mengganggu seorang wanita.” “Mengganggu katamu?” tanya Radhis. “Itu lebih seperti percobaan pelecehan.” Tambah Radhis, dengan matanya yang teramat tajam. “Sudahlah-sudahlah…” Ucap Kimy. “Tidak ada yang namanya berlebihan untuk sebuah cinta.”Tambah Kimy dengan berjalan, dan membuka pintu ruang baca Radhis, untuk kemudian keluar dari sana. Radhis kini sendiri di dalam Ruangan baca miliknya.Sudah hampir lebih dari satu bulan, semenjak dirinya berpisah dari sang istri. Terkada
***Satu hari kini telah berselang.Pagi hari pertama, yang dialami Rachel, tanpa harus terburu-buru untuk pergi ke kantor.Saat ini wanita cantik itu, sedang duduk di pergola yang ada di sudut taman, yang ada di halaman Villa miliknya.Dia berada disana, untuk menikmati teh nya dan bermain ponsel.Wanita itu, kini sedang mengenakan celana pendek Trouser Short dan juga memakai sebuah kamisol. Menambah keseksian yang dimiliki olehnya.Bagian dadanya yang berisi, terbentuk jelas di kamisolnya.Kecantikan dan keseksian, seorang Rachel memang tidak diragukan.Itulah kenapa dulu, cucu dari keluarga Wish ini masih saja menjadi idaman, bahkan incaran para laki-laki, pengusaha di Auckland. Meskipun mereka semua tahu, jika Rachel sudah bersuami.“Anak Ayah sedang menikmati istirahat kerja?” Dere menyapa putrinya dari arah belakang.“Eh– Ayah…” Ucap Rachel saat dirinya memutar kepalanya, melihat ke arah belakang, dan mendapati ayahnya, Dere, berjalan menuju ke arah dirinya.“Akhirnya aku bisa m