Hai para pembaca penguasa. Suport terus ya, jangan lupa berikan Gem nya untuk cerita ini. Mulai awal bulan besok, cerita ini akan semakin seru dan kembali rajin Update. Follow juga IG : Inoz eL. Siapa tahu kedepannya akan bisa berbagi rejeki dengan kalian. Salam Inoz_eL
***Satu hari kini telah berselang.Pagi hari pertama, yang dialami Rachel, tanpa harus terburu-buru untuk pergi ke kantor.Saat ini wanita cantik itu, sedang duduk di pergola yang ada di sudut taman, yang ada di halaman Villa miliknya.Dia berada disana, untuk menikmati teh nya dan bermain ponsel.Wanita itu, kini sedang mengenakan celana pendek Trouser Short dan juga memakai sebuah kamisol. Menambah keseksian yang dimiliki olehnya.Bagian dadanya yang berisi, terbentuk jelas di kamisolnya.Kecantikan dan keseksian, seorang Rachel memang tidak diragukan.Itulah kenapa dulu, cucu dari keluarga Wish ini masih saja menjadi idaman, bahkan incaran para laki-laki, pengusaha di Auckland. Meskipun mereka semua tahu, jika Rachel sudah bersuami.“Anak Ayah sedang menikmati istirahat kerja?” Dere menyapa putrinya dari arah belakang.“Eh– Ayah…” Ucap Rachel saat dirinya memutar kepalanya, melihat ke arah belakang, dan mendapati ayahnya, Dere, berjalan menuju ke arah dirinya.“Akhirnya aku bisa m
Tengah hari.Saat ini Rachel dan juga Ester sedang berada di Hotel tempat Vivian menginap.Dia sengaja tidak menginap di Emperor-Lux karena dirinya tidak ingin terlalu berada di kawasan Radhis ataupun Ed Ackerley.Dia lebih memilih untuk menginap di Phase De-Lier.Sebuah Hotel yang hampir sama mewahnya dengan Emperor-Lux.“Sebenarnya, kenapa Anda lebih memilih untuk tinggal di hotel?” tanya Ester.“Bisakah kamu tidak berkata begitu sopan kepadaku? aku merasa sangat tidak terbiasa…” ucap Vivian.“Lagi pula kita tidak sedang bekerja bukan?” Tambahnya.Setelah itu, Rachel yang menyahuti ucapan keduanya, “Sudah-sudah… yang jelas pada hari ini, tidak ada yang namanya asisten atau wakil direktur Geneve.” Ucap Rachel disaat dirinya menatap ke arah Ester.Tidak hanya berhenti di sana, Rachel melayangkan tatapannya ke arah Vivian, dengan berkata “tidak ada juga CEO dari Mighty Mall.”Dengan menunduk sejenak dan kemudian mengangkat kepalanya, Rachel berkata. “Ini adalah waktunya para gadis unt
“Hai Nona…” Sapa laki-laki paruh baya berbadan tegap itu.“Hmm?” Kimy menanggapinya dengan santai, dan juga sedikit terkesan cuek.“Apa saya mengganggu Anda?” Tanya Laki-laki yang tidak diketahui namanya itu.“Tuan bisa duduk di sini, asalahkan tolong jangan mengganggu aktivitas makan saya.” Jawab Kimy dengan kesan kesal tergambar di raut mukanya.Setelah itu, Kimy melanjutkan makannya, dan sementara laki-laki paruh baya itu hanya memesan segelas minuman.Setelah selesai makan.Kimy masih tetap berada disana, untuk menunggu Radhis.Ternyata, beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi.Dan itu adalah panggilan dari Radhis.“Aku menunggumu! kenapa kamu belum kesini juga?” tanya Kimy.Entah apa jawaban dari Radhis, karena saat itu, volume panggilan telepon itu dikecilkan sampai pada tingkatan paling kecil agar tidak didengarkan oleh orang lain.“Ah! Dasar! Tapi baiklah, aku akan membawakannya untukmu!” Jawab Kimy.“Jangan lupa untuk membalas kebaikanku ini!” Tambahnya sebelum akhirnya dia
Dengan cepat Radhis memacu mobilnya menuju ke Tempat, dimana Kimy sedang di sekap.Begitu cepat dia berkendara. Didukung dengan sportcar miliknya yang tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk kesana relatif cepat.Tidak butuh waktu lama.Kini Radhis sudah berada di depan Villa terbengkalai di tengah hutan.Dengan begitu santai Radhis memberhentikan mobilnya di depan Villa itu. Untuk orang lain mungkin akan berpikir dua kali saat harus berurusan dengan orang-orang yang bertindak sampai menculik dan menyekap seseorang.Tapi, tidak untuk Radhis.Dengan santainya, Radhis memberhentikan mobilnya.Bahkan dirinya disambut dengan begitu meriah.Dua orang berbadan besar, berotot kekar, menghimpit dirinya di kiri dan kenan.Selain itu, di depan pintu juga menunggu Dua orang lainnya yang yang masing-masing memegang pistol.“Dia cukup bodoh untuk datang kesini sendirian!” Ucap orang yang berada di pintu masuk itu.“Benar! Tapi, untuk apa orang itu menyewa seluruh kelompok kita hanya untuk berurusa
“Buugh!!” Suara pukulan begitu keras.Bram tertawa, dia merasa puas saat dia memejamkan matanya membayangkan Radhis yang terkena hantaman yang begitu keras dari sisi kanan kirinya.Namun, itu semua salah saat ternyata, Radhis tidak ada di tempatnya justru kini pukulan itu saling mengenahi orang yang yang telah menghimpit Radhis dari sisi kanan dan kiri tadi.“Hah? Apa yang terjadi?” tanya Bram saat melihat dua orang, dari orang-orang yang disewa olehnya terpental kesisi yang berlawanan, karena pukulan dari temannya sendiri yang sama-sama menghimpit Radhis.Dari arah belakang kedua orang itu, ada Radhis yang berdiri dengan tenang.Ternyata, sebelumnya Radhis menarik dirinya beberapa langkah ke belakang dengan cepat untuk menghindari pukulan dari mereka.“Kenapa kalian diam saja! Dia hanya sendiri! Dia adalah orang yang menggunakan uang, kalian tenang saja! dia tidak ada apa-apanya disaat tidak ada yang mengawalnya!” Bentak Bram kepada para anak buah dari orang paruh baya yang saat ini
Bekas-bekas luka terukir di dada, punggung, dan juga beberapa bagian lengannya.Seolah itu adalah sebuah kabnggaan milik laki-laki paruh baya itu.“Tuan Brog! Hajar Dia! Patahkan kaki tangannya sampai dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi!” Teriak Bram dengan sedikit tertawa, seolah dirinya saat ini sedang mendapatkan sebuah harapan baru dalam hidupnya.Laki-laki paruh baya itu pun, ternyata memiliki nama “Brog”, itu diketahui saat Bram memanggilnya barusan.“Jadi namamu Brog?” Ucap Radhis yang saat ini menggulung lengan kemeja miliknya.“Aku lupa memperkenalkan diri kepadamu.” Ucap Brog dengan tersenyum penuh keyakinan, bahwa dirinya akan menang.“Aku adalah Brogie. Pemimpin dari kelompok ini… kami– sudah, sepertinya tidak ada gunanya bercerita kepada dirimu, ayo kita mulai pertarungan kita!” Brogie mengambil kuda-kuda untuk menyerang.Dengan tubuh yang tua namun kekar, Brogie masih dapat bergerak dengan gesit.Pergerakannya sangat cepat. Seolah dalam satu langkah Brog kini sudah bera
Saat ini Radhis sudah kembali.Dirinya tidak kembali ke kantor, melainkan membawa Kimy ke Mansion.Di mansion, Kimy Radhis segera menyuruh Kimy untuk mandi, membersihkan badan.Radhis juga memerintahkan kepada Nora untuk menyiapkan cemilan manis dan teh hangat untuk Kimy.Itu semua Radhis lakukan karena, dia yakin, terlihat sekuat apapun Kimy, Atau, terlihat sesantai apapun. Radhis tahu jika sebenarnya, Kimy sempat mengalami ketakutan.Karena itu, Radhis berusaha agar mental Kimy tidak terpengaruh, ataupun mengalami trauma.Setelah mandi.Kimy menuju balkon yang ada di lantai dua, bukan balkon kamar, tapi balkon yang ada di depan, tepat di depan teras lantai satu.Sepertinya, tadi sebelum Kimy pergi untuk membersihkan badan, Radhis memberitahunya jika, dirinya akan ditunggu di sana.Radhis dan Kimy menikmati teh yang disuguhkan oleh Nora, dan kue manis untuk memulihkan moodnya.Kimy masih tampak santai, tersenyum saat dirinya memakan kue yang disuguhkan oleh Nora, akan tetapi, Radhis
Kini ketiga Wanita cantik itu dalam perjalanan pulang, Dengan Rachel yang mengemudi.Rachel mengemudikan mobil A8 nya sendiri, tanpa pengawalan dari Nanny ataupun dari Boas.Dalam perjalanan kembali ke hotel tempat Vivian menginap itu, Vivian bertanya kepada Rachel.“Apa kamu serius?”“Serius untuk mencoba menjadi aktris?” tambahnya bertanya.“Aktris apa? Ini hanya sebuah iklan.” Ucap Rachel.Vivian menjelaskan kepada Rachel, jika dirinya juga tahu jika itu hanyalah sebuah iklan.Akan tetapi, apakah memang Rachel berminat untuk menjadi seorang artis iklan?Belum lagi, apakah Rachel bisa berakting untuk iklan itu.“Aku pernah ikut drama semasa di perguruan tinggi.” Ucap Rachel seolah dirinya kini benar-benar ingin ikutan membintangi iklan yang disebutkan oleh pemuda yang mencari aktris sebelumnya.Ester mencoba untuk tidak ikut bertanya terlebih dahulu.Dia ingin tahu sebesar apa tekad Rachel untuk mengubah haluannya dari seorang pengusaha, menjadi seorang aktris.Sampai pada saat Este