“Hai Nona…” Sapa laki-laki paruh baya berbadan tegap itu.“Hmm?” Kimy menanggapinya dengan santai, dan juga sedikit terkesan cuek.“Apa saya mengganggu Anda?” Tanya Laki-laki yang tidak diketahui namanya itu.“Tuan bisa duduk di sini, asalahkan tolong jangan mengganggu aktivitas makan saya.” Jawab Kimy dengan kesan kesal tergambar di raut mukanya.Setelah itu, Kimy melanjutkan makannya, dan sementara laki-laki paruh baya itu hanya memesan segelas minuman.Setelah selesai makan.Kimy masih tetap berada disana, untuk menunggu Radhis.Ternyata, beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi.Dan itu adalah panggilan dari Radhis.“Aku menunggumu! kenapa kamu belum kesini juga?” tanya Kimy.Entah apa jawaban dari Radhis, karena saat itu, volume panggilan telepon itu dikecilkan sampai pada tingkatan paling kecil agar tidak didengarkan oleh orang lain.“Ah! Dasar! Tapi baiklah, aku akan membawakannya untukmu!” Jawab Kimy.“Jangan lupa untuk membalas kebaikanku ini!” Tambahnya sebelum akhirnya dia
Dengan cepat Radhis memacu mobilnya menuju ke Tempat, dimana Kimy sedang di sekap.Begitu cepat dia berkendara. Didukung dengan sportcar miliknya yang tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk kesana relatif cepat.Tidak butuh waktu lama.Kini Radhis sudah berada di depan Villa terbengkalai di tengah hutan.Dengan begitu santai Radhis memberhentikan mobilnya di depan Villa itu. Untuk orang lain mungkin akan berpikir dua kali saat harus berurusan dengan orang-orang yang bertindak sampai menculik dan menyekap seseorang.Tapi, tidak untuk Radhis.Dengan santainya, Radhis memberhentikan mobilnya.Bahkan dirinya disambut dengan begitu meriah.Dua orang berbadan besar, berotot kekar, menghimpit dirinya di kiri dan kenan.Selain itu, di depan pintu juga menunggu Dua orang lainnya yang yang masing-masing memegang pistol.“Dia cukup bodoh untuk datang kesini sendirian!” Ucap orang yang berada di pintu masuk itu.“Benar! Tapi, untuk apa orang itu menyewa seluruh kelompok kita hanya untuk berurusa
“Buugh!!” Suara pukulan begitu keras.Bram tertawa, dia merasa puas saat dia memejamkan matanya membayangkan Radhis yang terkena hantaman yang begitu keras dari sisi kanan kirinya.Namun, itu semua salah saat ternyata, Radhis tidak ada di tempatnya justru kini pukulan itu saling mengenahi orang yang yang telah menghimpit Radhis dari sisi kanan dan kiri tadi.“Hah? Apa yang terjadi?” tanya Bram saat melihat dua orang, dari orang-orang yang disewa olehnya terpental kesisi yang berlawanan, karena pukulan dari temannya sendiri yang sama-sama menghimpit Radhis.Dari arah belakang kedua orang itu, ada Radhis yang berdiri dengan tenang.Ternyata, sebelumnya Radhis menarik dirinya beberapa langkah ke belakang dengan cepat untuk menghindari pukulan dari mereka.“Kenapa kalian diam saja! Dia hanya sendiri! Dia adalah orang yang menggunakan uang, kalian tenang saja! dia tidak ada apa-apanya disaat tidak ada yang mengawalnya!” Bentak Bram kepada para anak buah dari orang paruh baya yang saat ini
Bekas-bekas luka terukir di dada, punggung, dan juga beberapa bagian lengannya.Seolah itu adalah sebuah kabnggaan milik laki-laki paruh baya itu.“Tuan Brog! Hajar Dia! Patahkan kaki tangannya sampai dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi!” Teriak Bram dengan sedikit tertawa, seolah dirinya saat ini sedang mendapatkan sebuah harapan baru dalam hidupnya.Laki-laki paruh baya itu pun, ternyata memiliki nama “Brog”, itu diketahui saat Bram memanggilnya barusan.“Jadi namamu Brog?” Ucap Radhis yang saat ini menggulung lengan kemeja miliknya.“Aku lupa memperkenalkan diri kepadamu.” Ucap Brog dengan tersenyum penuh keyakinan, bahwa dirinya akan menang.“Aku adalah Brogie. Pemimpin dari kelompok ini… kami– sudah, sepertinya tidak ada gunanya bercerita kepada dirimu, ayo kita mulai pertarungan kita!” Brogie mengambil kuda-kuda untuk menyerang.Dengan tubuh yang tua namun kekar, Brogie masih dapat bergerak dengan gesit.Pergerakannya sangat cepat. Seolah dalam satu langkah Brog kini sudah bera
Saat ini Radhis sudah kembali.Dirinya tidak kembali ke kantor, melainkan membawa Kimy ke Mansion.Di mansion, Kimy Radhis segera menyuruh Kimy untuk mandi, membersihkan badan.Radhis juga memerintahkan kepada Nora untuk menyiapkan cemilan manis dan teh hangat untuk Kimy.Itu semua Radhis lakukan karena, dia yakin, terlihat sekuat apapun Kimy, Atau, terlihat sesantai apapun. Radhis tahu jika sebenarnya, Kimy sempat mengalami ketakutan.Karena itu, Radhis berusaha agar mental Kimy tidak terpengaruh, ataupun mengalami trauma.Setelah mandi.Kimy menuju balkon yang ada di lantai dua, bukan balkon kamar, tapi balkon yang ada di depan, tepat di depan teras lantai satu.Sepertinya, tadi sebelum Kimy pergi untuk membersihkan badan, Radhis memberitahunya jika, dirinya akan ditunggu di sana.Radhis dan Kimy menikmati teh yang disuguhkan oleh Nora, dan kue manis untuk memulihkan moodnya.Kimy masih tampak santai, tersenyum saat dirinya memakan kue yang disuguhkan oleh Nora, akan tetapi, Radhis
Kini ketiga Wanita cantik itu dalam perjalanan pulang, Dengan Rachel yang mengemudi.Rachel mengemudikan mobil A8 nya sendiri, tanpa pengawalan dari Nanny ataupun dari Boas.Dalam perjalanan kembali ke hotel tempat Vivian menginap itu, Vivian bertanya kepada Rachel.“Apa kamu serius?”“Serius untuk mencoba menjadi aktris?” tambahnya bertanya.“Aktris apa? Ini hanya sebuah iklan.” Ucap Rachel.Vivian menjelaskan kepada Rachel, jika dirinya juga tahu jika itu hanyalah sebuah iklan.Akan tetapi, apakah memang Rachel berminat untuk menjadi seorang artis iklan?Belum lagi, apakah Rachel bisa berakting untuk iklan itu.“Aku pernah ikut drama semasa di perguruan tinggi.” Ucap Rachel seolah dirinya kini benar-benar ingin ikutan membintangi iklan yang disebutkan oleh pemuda yang mencari aktris sebelumnya.Ester mencoba untuk tidak ikut bertanya terlebih dahulu.Dia ingin tahu sebesar apa tekad Rachel untuk mengubah haluannya dari seorang pengusaha, menjadi seorang aktris.Sampai pada saat Este
Kini hari berganti.Setelah apa yang sudah dilakukan oleh dirinya, bersama dengan Vivian dan Ester, membuat Rachel merasa lelah dan terbangun di jam 9 pagi.Hari itupun Rachel terbangun karena dibangunkan oleh ibunya.Andainya tidak di bangunkan oleh sang ibu belum tentu jika dirinya akan terbangun.Rachel sedikit merasa kesal kepada sang ibu.selain karena dibangunkan disaat dirinya belum ingin terbangun, juga marah disaat dia ingat jika, karena sang ibu, dirinya tidak lagi bekerja sebagai direktur di Wish Corp.Karena itu, disaat dirinya mendengar atau merasa kesal kepada sang ibu, meskipun itu hanyalah sebuah masalah sepele, maka rasa kesalnya akan melebihi yang semestinya.“Aku sudah bangun…!” Teriak Rachel dari dalam kamarnya disaat ibunya masih menggedor pintu kamarnya dari arah luar.“Baiklah, jika memang begitu. Ibu hanya mau bilang jika, Nanny meninggalkan beberapa laporan untukmu, aku akan meletakkannya di di depan pintumu.” Ucap Tania sebelum akhirnya suaranya tidak lagi te
Seperti apa yang dia bilang sebelumnya.Saat ini, disaat matahari sudah mulai berada di atas kepala, Rachel sedang menghubungi kontak yang ada di kartu nama yang diberikan oleh pemuda yang sempat ditemui olehnya saat berada di mall bersama dengan Vivian dan Ester.Rachel menghubungi pemuda itu, untuk mengabarkan jika dirinya kemungkinan akan mau untuk bermain dalam iklan yang mereka berdua bicarakan sebelumnya.Tapi meskipun begitu, Rachel mengawalinya dengan menanyakan produk apa yang akan mereka iklankan.Tentu saja iklan itu, tetap disambut dengan begitu antusias oleh pemuda yang mengundang dirinya untuk menjadi bintang dalam iklan yang akan dikerjakan oleh perusahaan tempat dirinya bekerja.“Iklan yang akan nona mainkan adalah sebuah iklan produk kecantikan…” Ucap pemuda itu.“Untuk lebih jelasnya Nona bisa datang ke perusahaan kami.” tambahnya.“Apakah akan ada casting, atau semacamnya?” Tanya Rachel.Mungkin dirinya memang ingin mencoba menjadi bintang iklan itu, akan tetapi ji
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia