Untuk para pembaca. saya mohon maaf atas keterlambatan update “sang penguasa”. Ada beberapa masalah serius yang harus saya hadapi akhir-akhir ini. Mohon doa nya agar masalah ini cepat selesai dan saya akan berusaha tetap fokus. Sekali lagi saya mohon maaf. dan akan mencoba untuk lebih giat lagi. dalam menulis “Sang Penguasa Tak Terjamah.” Salam santun “inOz_eL”
Rachel sama sekali tidak mengerti, yang dia lakukan sekarang adalah dengan tanpa sadar dia tersipu.“Dekat…” itu bergema di pikirannya.Kata dekat yang dikatakan oleh Radhis membuat Rachel tersipu sampai sampai pipinya menjadi merah.Hal itu tidak berlangsung lama, karena dia tiba-tiba mengingat suaminya, Radhis.Tentu saja saat itu ada sebuah perasaan bersalah saat dirinya sadar, tersipu malu oleh kata-kata dari laki-laki lain.“Nona!” Panggil Radhis lagi.“Iya Tuan.” Jawab Rachel yang tersadar dari lamunannya.“Maaf Nona. Saya mendengar tadi, Nona sudah tidak lagi menjadi direktur di Wish Corp. Benarkah itu?” Tanya Radhis yang sebenarnya memang tidak tahu apa yang sudah terjadi sampai saat Vivian tadi berbicara.Jika tidak, tentu saja tidak mungkin bagi Radhis mengetahui karena itu memang baru terjadi tadi siang, dan Radhis juga terlalu fokus pada hal yang lainnya, untuk menghibur dirinya dari rasa sedihnya terkait perpisahan yang dia alami dengan sang istri.“Saya harus jujur kepa
“Jika memang itu yang Nona inginkan…” Jawab Radhis dengan lembut.“Biarkan saya yang akan menginformasikan masalah ini kepada Suami Anda…” Ucap Radhis, selanjutnya.Rachel terdiam untuk beberapa saat.Dia mempertimbangkan kesopanan dirinya kepada Direktur Geneve.Karena itu akhirnya Rachel berkata kepada Direktur Geneve, “Saya tidak berhak memerintah, ataupun melarang Tuan.”“Karena itu, jika memang itu yang Tuan inginkan, saya tidak akan merasa keberatan.” Tambah Rachel.“Terimakasih atas pengertian dari Nona… Saya seperti ini karena saya merasa jika suami anda seharusnya tahu tentang hal ini.” Ucap Radhis.“Salam untuk suami anda, dan tolong berikan Ponsel ini kembali kepada Ed Ackerley.” Ucap Radhis di akhir kalimatnya berbicara dengan Rachel.Ingin sekali Rachel berkata sejujurnya jika dirinya tidak berada dekat dengan suaminya untuk saat ini. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Dia tidak ingin berkata seperti itu, karena bagaimanapun juga Direktur Geneve adalah seorang laki-laki.
Bram dibawa oleh Ed menggunakan mobil hotel.Sebuah minivan berwarna hitam dengan kaca mobil yang serba gelap.Hal itu bertujuan untuk menjaga kerahasiaan, siapa yang ada di dalam mobil itu.“Kemana Tuan akan membawa saya?” Tanya Bram.“Ini bukan jalan ke Geneve.” Tambahnya saat dirinya menatap ke arah luar jendela dan mengawasi ke sekitar.“Apa kau pikir Tuan Muda akan berada di kantor pada jam ini?” Tanya Ed yang terang saja menganggap Bram seperti orang bodoh.Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Ed. Bram seketika terdiam dan tidak bisa berkata lagi. Itu karena dia tahu jika kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk berargumen.Keterdiaman Bram itu sampai pada saat dirinya masuk ke dalam sebuah gerbang besar berwarna keemasan.“Consolatoria Hill…” Ucap Bram saat dirinya masuk ke dalam gerbang itu dan sekilas melihat tulisan mewah di atas gerbang yang dia lewati.“Bukankah ini adalah Consolatoria Hill…?” Tanya Bram pada dirinya sendiri, seolah dia tidak percaya jika dirinya
Ed segera mendekat ke arah meja dimana tempat koper yang sepertinya berisi uang tunai itu diletakkan.Ed membaca berkas yang ada di atas meja.Disana ternyata ada berkas pemutusan kerja sama dan pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh Bram.“Ini…” ucap Ed tadi, disaat dia membaca isi dokumen di meja.Senyum Ed seolah mencurigakan bagi Bram.Pikiran Bram menjadi tidak karuan.Dia benar-benar khawatir disaat dirinya melihat ekspresi Ed. Ekspresi Ed tersenyum, tetapi senyumannya sangat mencurigakan, dan seperti sebuah senyum yang menunjukan kebahagiaan, dan juga senyum yang menunjukkan sebuah seringai jahat yang terpicu oleh rasa senang karena suatu hal.“Tu–Tuan…” Panggil Bram yang mulai penasaran dengan apa yang di baca oleh Ed.“Ini punyamu!” Ucap Ed saat dia mendekat ke arah Bram dengan memegang berkas tadi dengan satu tangan, dan menyodorkan berkas itu, menempel di dada Bram.Bram menerima uluran berkas dari Ed.Dengan perasaan bercampur aduk, Bram membaca isi dari berkas i
Lampu dinyalakan oleh Kimy, saat pintu sudah ditutup oleh Nora dari luar, dan Semua orang yang berurusan dengan masalah Bram telah pergi dari sana. “Aku merasa itu sudah cukup…” Jawab Radhis atas apa yang ditanyakan oleh Kimy. Kimy tertawa.Setelah itu, dia berkata, “Cukup Katamu?” “Itu lebih dari cukup, seharusnya.” Tambah Kimy dengan tertawa. Radhis terdiam, merasa dirinya ditertawakan oleh Kimy.Setelah itu, Kimy masih berbicara lagi, “Satu tangan dipatahkan, dan karirnya akan dihancurkan, karena telah mengganggu seorang wanita.” “Mengganggu katamu?” tanya Radhis. “Itu lebih seperti percobaan pelecehan.” Tambah Radhis, dengan matanya yang teramat tajam. “Sudahlah-sudahlah…” Ucap Kimy. “Tidak ada yang namanya berlebihan untuk sebuah cinta.”Tambah Kimy dengan berjalan, dan membuka pintu ruang baca Radhis, untuk kemudian keluar dari sana. Radhis kini sendiri di dalam Ruangan baca miliknya.Sudah hampir lebih dari satu bulan, semenjak dirinya berpisah dari sang istri. Terkada
***Satu hari kini telah berselang.Pagi hari pertama, yang dialami Rachel, tanpa harus terburu-buru untuk pergi ke kantor.Saat ini wanita cantik itu, sedang duduk di pergola yang ada di sudut taman, yang ada di halaman Villa miliknya.Dia berada disana, untuk menikmati teh nya dan bermain ponsel.Wanita itu, kini sedang mengenakan celana pendek Trouser Short dan juga memakai sebuah kamisol. Menambah keseksian yang dimiliki olehnya.Bagian dadanya yang berisi, terbentuk jelas di kamisolnya.Kecantikan dan keseksian, seorang Rachel memang tidak diragukan.Itulah kenapa dulu, cucu dari keluarga Wish ini masih saja menjadi idaman, bahkan incaran para laki-laki, pengusaha di Auckland. Meskipun mereka semua tahu, jika Rachel sudah bersuami.“Anak Ayah sedang menikmati istirahat kerja?” Dere menyapa putrinya dari arah belakang.“Eh– Ayah…” Ucap Rachel saat dirinya memutar kepalanya, melihat ke arah belakang, dan mendapati ayahnya, Dere, berjalan menuju ke arah dirinya.“Akhirnya aku bisa m
Tengah hari.Saat ini Rachel dan juga Ester sedang berada di Hotel tempat Vivian menginap.Dia sengaja tidak menginap di Emperor-Lux karena dirinya tidak ingin terlalu berada di kawasan Radhis ataupun Ed Ackerley.Dia lebih memilih untuk menginap di Phase De-Lier.Sebuah Hotel yang hampir sama mewahnya dengan Emperor-Lux.“Sebenarnya, kenapa Anda lebih memilih untuk tinggal di hotel?” tanya Ester.“Bisakah kamu tidak berkata begitu sopan kepadaku? aku merasa sangat tidak terbiasa…” ucap Vivian.“Lagi pula kita tidak sedang bekerja bukan?” Tambahnya.Setelah itu, Rachel yang menyahuti ucapan keduanya, “Sudah-sudah… yang jelas pada hari ini, tidak ada yang namanya asisten atau wakil direktur Geneve.” Ucap Rachel disaat dirinya menatap ke arah Ester.Tidak hanya berhenti di sana, Rachel melayangkan tatapannya ke arah Vivian, dengan berkata “tidak ada juga CEO dari Mighty Mall.”Dengan menunduk sejenak dan kemudian mengangkat kepalanya, Rachel berkata. “Ini adalah waktunya para gadis unt
“Hai Nona…” Sapa laki-laki paruh baya berbadan tegap itu.“Hmm?” Kimy menanggapinya dengan santai, dan juga sedikit terkesan cuek.“Apa saya mengganggu Anda?” Tanya Laki-laki yang tidak diketahui namanya itu.“Tuan bisa duduk di sini, asalahkan tolong jangan mengganggu aktivitas makan saya.” Jawab Kimy dengan kesan kesal tergambar di raut mukanya.Setelah itu, Kimy melanjutkan makannya, dan sementara laki-laki paruh baya itu hanya memesan segelas minuman.Setelah selesai makan.Kimy masih tetap berada disana, untuk menunggu Radhis.Ternyata, beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi.Dan itu adalah panggilan dari Radhis.“Aku menunggumu! kenapa kamu belum kesini juga?” tanya Kimy.Entah apa jawaban dari Radhis, karena saat itu, volume panggilan telepon itu dikecilkan sampai pada tingkatan paling kecil agar tidak didengarkan oleh orang lain.“Ah! Dasar! Tapi baiklah, aku akan membawakannya untukmu!” Jawab Kimy.“Jangan lupa untuk membalas kebaikanku ini!” Tambahnya sebelum akhirnya dia
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia