Ed segera mendekat ke arah meja dimana tempat koper yang sepertinya berisi uang tunai itu diletakkan.Ed membaca berkas yang ada di atas meja.Disana ternyata ada berkas pemutusan kerja sama dan pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh Bram.“Ini…” ucap Ed tadi, disaat dia membaca isi dokumen di meja.Senyum Ed seolah mencurigakan bagi Bram.Pikiran Bram menjadi tidak karuan.Dia benar-benar khawatir disaat dirinya melihat ekspresi Ed. Ekspresi Ed tersenyum, tetapi senyumannya sangat mencurigakan, dan seperti sebuah senyum yang menunjukan kebahagiaan, dan juga senyum yang menunjukkan sebuah seringai jahat yang terpicu oleh rasa senang karena suatu hal.“Tu–Tuan…” Panggil Bram yang mulai penasaran dengan apa yang di baca oleh Ed.“Ini punyamu!” Ucap Ed saat dia mendekat ke arah Bram dengan memegang berkas tadi dengan satu tangan, dan menyodorkan berkas itu, menempel di dada Bram.Bram menerima uluran berkas dari Ed.Dengan perasaan bercampur aduk, Bram membaca isi dari berkas i
Lampu dinyalakan oleh Kimy, saat pintu sudah ditutup oleh Nora dari luar, dan Semua orang yang berurusan dengan masalah Bram telah pergi dari sana. “Aku merasa itu sudah cukup…” Jawab Radhis atas apa yang ditanyakan oleh Kimy. Kimy tertawa.Setelah itu, dia berkata, “Cukup Katamu?” “Itu lebih dari cukup, seharusnya.” Tambah Kimy dengan tertawa. Radhis terdiam, merasa dirinya ditertawakan oleh Kimy.Setelah itu, Kimy masih berbicara lagi, “Satu tangan dipatahkan, dan karirnya akan dihancurkan, karena telah mengganggu seorang wanita.” “Mengganggu katamu?” tanya Radhis. “Itu lebih seperti percobaan pelecehan.” Tambah Radhis, dengan matanya yang teramat tajam. “Sudahlah-sudahlah…” Ucap Kimy. “Tidak ada yang namanya berlebihan untuk sebuah cinta.”Tambah Kimy dengan berjalan, dan membuka pintu ruang baca Radhis, untuk kemudian keluar dari sana. Radhis kini sendiri di dalam Ruangan baca miliknya.Sudah hampir lebih dari satu bulan, semenjak dirinya berpisah dari sang istri. Terkada
***Satu hari kini telah berselang.Pagi hari pertama, yang dialami Rachel, tanpa harus terburu-buru untuk pergi ke kantor.Saat ini wanita cantik itu, sedang duduk di pergola yang ada di sudut taman, yang ada di halaman Villa miliknya.Dia berada disana, untuk menikmati teh nya dan bermain ponsel.Wanita itu, kini sedang mengenakan celana pendek Trouser Short dan juga memakai sebuah kamisol. Menambah keseksian yang dimiliki olehnya.Bagian dadanya yang berisi, terbentuk jelas di kamisolnya.Kecantikan dan keseksian, seorang Rachel memang tidak diragukan.Itulah kenapa dulu, cucu dari keluarga Wish ini masih saja menjadi idaman, bahkan incaran para laki-laki, pengusaha di Auckland. Meskipun mereka semua tahu, jika Rachel sudah bersuami.“Anak Ayah sedang menikmati istirahat kerja?” Dere menyapa putrinya dari arah belakang.“Eh– Ayah…” Ucap Rachel saat dirinya memutar kepalanya, melihat ke arah belakang, dan mendapati ayahnya, Dere, berjalan menuju ke arah dirinya.“Akhirnya aku bisa m
Tengah hari.Saat ini Rachel dan juga Ester sedang berada di Hotel tempat Vivian menginap.Dia sengaja tidak menginap di Emperor-Lux karena dirinya tidak ingin terlalu berada di kawasan Radhis ataupun Ed Ackerley.Dia lebih memilih untuk menginap di Phase De-Lier.Sebuah Hotel yang hampir sama mewahnya dengan Emperor-Lux.“Sebenarnya, kenapa Anda lebih memilih untuk tinggal di hotel?” tanya Ester.“Bisakah kamu tidak berkata begitu sopan kepadaku? aku merasa sangat tidak terbiasa…” ucap Vivian.“Lagi pula kita tidak sedang bekerja bukan?” Tambahnya.Setelah itu, Rachel yang menyahuti ucapan keduanya, “Sudah-sudah… yang jelas pada hari ini, tidak ada yang namanya asisten atau wakil direktur Geneve.” Ucap Rachel disaat dirinya menatap ke arah Ester.Tidak hanya berhenti di sana, Rachel melayangkan tatapannya ke arah Vivian, dengan berkata “tidak ada juga CEO dari Mighty Mall.”Dengan menunduk sejenak dan kemudian mengangkat kepalanya, Rachel berkata. “Ini adalah waktunya para gadis unt
“Hai Nona…” Sapa laki-laki paruh baya berbadan tegap itu.“Hmm?” Kimy menanggapinya dengan santai, dan juga sedikit terkesan cuek.“Apa saya mengganggu Anda?” Tanya Laki-laki yang tidak diketahui namanya itu.“Tuan bisa duduk di sini, asalahkan tolong jangan mengganggu aktivitas makan saya.” Jawab Kimy dengan kesan kesal tergambar di raut mukanya.Setelah itu, Kimy melanjutkan makannya, dan sementara laki-laki paruh baya itu hanya memesan segelas minuman.Setelah selesai makan.Kimy masih tetap berada disana, untuk menunggu Radhis.Ternyata, beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi.Dan itu adalah panggilan dari Radhis.“Aku menunggumu! kenapa kamu belum kesini juga?” tanya Kimy.Entah apa jawaban dari Radhis, karena saat itu, volume panggilan telepon itu dikecilkan sampai pada tingkatan paling kecil agar tidak didengarkan oleh orang lain.“Ah! Dasar! Tapi baiklah, aku akan membawakannya untukmu!” Jawab Kimy.“Jangan lupa untuk membalas kebaikanku ini!” Tambahnya sebelum akhirnya dia
Dengan cepat Radhis memacu mobilnya menuju ke Tempat, dimana Kimy sedang di sekap.Begitu cepat dia berkendara. Didukung dengan sportcar miliknya yang tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk kesana relatif cepat.Tidak butuh waktu lama.Kini Radhis sudah berada di depan Villa terbengkalai di tengah hutan.Dengan begitu santai Radhis memberhentikan mobilnya di depan Villa itu. Untuk orang lain mungkin akan berpikir dua kali saat harus berurusan dengan orang-orang yang bertindak sampai menculik dan menyekap seseorang.Tapi, tidak untuk Radhis.Dengan santainya, Radhis memberhentikan mobilnya.Bahkan dirinya disambut dengan begitu meriah.Dua orang berbadan besar, berotot kekar, menghimpit dirinya di kiri dan kenan.Selain itu, di depan pintu juga menunggu Dua orang lainnya yang yang masing-masing memegang pistol.“Dia cukup bodoh untuk datang kesini sendirian!” Ucap orang yang berada di pintu masuk itu.“Benar! Tapi, untuk apa orang itu menyewa seluruh kelompok kita hanya untuk berurusa
“Buugh!!” Suara pukulan begitu keras.Bram tertawa, dia merasa puas saat dia memejamkan matanya membayangkan Radhis yang terkena hantaman yang begitu keras dari sisi kanan kirinya.Namun, itu semua salah saat ternyata, Radhis tidak ada di tempatnya justru kini pukulan itu saling mengenahi orang yang yang telah menghimpit Radhis dari sisi kanan dan kiri tadi.“Hah? Apa yang terjadi?” tanya Bram saat melihat dua orang, dari orang-orang yang disewa olehnya terpental kesisi yang berlawanan, karena pukulan dari temannya sendiri yang sama-sama menghimpit Radhis.Dari arah belakang kedua orang itu, ada Radhis yang berdiri dengan tenang.Ternyata, sebelumnya Radhis menarik dirinya beberapa langkah ke belakang dengan cepat untuk menghindari pukulan dari mereka.“Kenapa kalian diam saja! Dia hanya sendiri! Dia adalah orang yang menggunakan uang, kalian tenang saja! dia tidak ada apa-apanya disaat tidak ada yang mengawalnya!” Bentak Bram kepada para anak buah dari orang paruh baya yang saat ini
Bekas-bekas luka terukir di dada, punggung, dan juga beberapa bagian lengannya.Seolah itu adalah sebuah kabnggaan milik laki-laki paruh baya itu.“Tuan Brog! Hajar Dia! Patahkan kaki tangannya sampai dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi!” Teriak Bram dengan sedikit tertawa, seolah dirinya saat ini sedang mendapatkan sebuah harapan baru dalam hidupnya.Laki-laki paruh baya itu pun, ternyata memiliki nama “Brog”, itu diketahui saat Bram memanggilnya barusan.“Jadi namamu Brog?” Ucap Radhis yang saat ini menggulung lengan kemeja miliknya.“Aku lupa memperkenalkan diri kepadamu.” Ucap Brog dengan tersenyum penuh keyakinan, bahwa dirinya akan menang.“Aku adalah Brogie. Pemimpin dari kelompok ini… kami– sudah, sepertinya tidak ada gunanya bercerita kepada dirimu, ayo kita mulai pertarungan kita!” Brogie mengambil kuda-kuda untuk menyerang.Dengan tubuh yang tua namun kekar, Brogie masih dapat bergerak dengan gesit.Pergerakannya sangat cepat. Seolah dalam satu langkah Brog kini sudah bera