Tepat di depan rumah sakit, Rachel menemui adanya Boas dan Nanny.Rachel seketika berlari mendekat ke arah keduanya, lepas dari dekapan Tania.“Kalian? Kalian ada disini? Apa suamiku juga ada disini?” Tanya Rachel kepada Boas dan juga Nanny.Kedua orang itu hanya bisa menunduk.Mereka berdua seolah tidak bisa berkata apa-apa kepada Rachel.“Kenapa kalian berdua terdiam?” Tanya Rachel.“K–kami…”“Kenapa?” Tanya Rachel dengan tegas, selain itu, Rachel juga bertanya lagi kepada keduanya. “Dimana suamiku sekarang?!”“Bagaimanapun juga ini adalah perintah terakhir dari Tuan… kita harus melakukannya.” Ucap Boas kepada Nanny.“Ada apa ini sebenarnya? kenapa kalian saling berbisik seperti itu?!” Bentak Rachel yang merasa sedih dan juga kesal.“saya tidak tahu keberadaan Tuan Radhis sekarang!” Jawab Boas dan Nanny secara bersamaan bagaikan dipandu oleh seseorang.“Satu hal yang ditugaskan kepada kami sebelum beliau pergi adalah untuk mengabdikan diri kepada Nona Rachel…” Tambah Nanny atas apa
Di Mansion Consolatoria Hill.Radhis sedang duduk di ruang baca miliknya.Pada saat ini, secara tiba-tiba Kimy masuk bersama dengan Nora yang sedang membawakan sebuah minuman untuk Radhis.Ada rasa penasaran dalam pikiran Nora.Siapa Kimy sebenarnya?“Kenapa kau tidak pulang? Sedari tadi kau mengurung diri di ruangan ini, tidakkah Istrimu akan mencarimu?” Tanya Kimy dengan berdiri di samping Rak buku dan membuka beberapa halaman buku yang dia temukan di saat yang sama dengan saat dia bertanya kepada Radhis.“Aku tidak akan kembali kesana dari sekarang.”Kimy kaget sampai-sampai buku yang dia pegang lepas dari tangannya dan terjatuh dengan sendirinya. Itu semua karena jawaban Radhis.Padahal, pada saat Radhis menjawab barusan dia berkata dengan sangat santai dan tetap menatap ke arah buku yang dia baca.“Apa maksud Tuan?” Tanya Nora yang tidak bisa menahan mulutnya untuk bertanya kepada Radhis.Kimy terhenyak dan seketika melayangkan pandangan tidak percaya kepada Nora, seolah Kimy ber
***Matahari pagi telah terbit.Ini adalah hari ketiga setelah Rachel mengalami penyekapan, dan hari ketiga sejak terakhir kali dirinya melihat wajah suaminya.Ini juga hari ketiga Rachel mengurung diri dalam kamarnya.Rachel masih saja merasa sedih dan sesak dalam hati, mengingat ibunya yang berkata jika Suaminya, Radhis, berkata akan pergi dari hidupnya.Nanny selalu setia menemani Rachel saat diri nya pulang dari urusan Wish Corp.Bagaimanapun juga Wish Corp masih perlu di urus. Karena itu, meskipun Rachel mengurung diri dalam kamarnya Nanny masih harus pergi ke kanto untuk melakukan pekerjaan, sekaligus mengurus tugas-tugasnya dan juga Rachel untuk keberlangsungan Wish Corp.Proyek-proyek Wish Corp sepertinya berjalan lancar. Mulai dari pembangunan Mighty Mall dan yang lainnya.Sedangkan Radhis, sudah mulai rajin datang ke Geneve.Meskipun masih dengan dandanan lamanya, gaya berpakaian lama yang biasa dia pakai. Pakaian casual, sama sekali tidak mencerminkan jika dirinya adalah s
Radhis berpikir tentang apa yang telah dibicarakan oleh Ester.Dia hanya bisa terdiam. tapi tetap saja meskipun dalam hatinya merasa berat Radhis masih saja merasa jika ini adalah sesuatu yang benar, “Demi istriku, aku akan menahan perasaan sakit ini. Aku berharap dia juga dapat menahannya.” Ucap Radhis dalam hatinya.“Radhis!” Panggil Ester yang melihat Radhis sedang melamun.“Sudah-sudah. Kembali bekerja.” Jawab Radhis yang sebelumnya merasa sedikit kaget saat dirinya dipanggil oleh Ester."Ok…." Jawab Ester dengan tersenyum penuh arti.Di tempat lain. Diwaktu yang sama, Rachel akhirnya keluar dari kamarnya. Meskipun dia masih belum mau berangkat ke kantor. Kini dia sudah mau keluar dari kamar. "Sedang apa kamu?" Tanya Tania yang baru saja menghampiri putrinya itu.Rachel diam tidak menjawab.Wanita itu sebenarnya masih merasa kesal dengan ibunya yang membiarkan Radhis pergi.Bukan hanya tidak menahannya, tapi Rachel curiga jika ibunya lah penyebab Radhis mengambil keputusan ini.
Dengan di supiri oleh Boas, Dere membawa Rachel, putrinya pergi ke suatu tempat.Cukup jauh mereka berkendara. Bahkan mobil yang mereka kendarai telah cukup lama melewati kediaman lama mereka yang kini, sudah ditempati oleh nenek Xion.“Kita akan kemana?” Tanya Rachel kepada sang ayah yang kini duduk di sampingnya di kursi belakang.Dere dengan tersenyum menenangkan anaknya, seraya berkata, “Tenang saja, ayah akan membawamu ke suatu tempat dimana kamu bisa berteriak dengan lantang untuk membuang semua sampah dalam pikiranmu.”Rachel menatap ke arah luar jendela, semenatara Boas melihat ayah dan anak itu dari kaca spion tengah mobil yang dia kendarai.Setelah cukup lama berkendara, akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju oleh Dere.Ternyata saat ini, Dere membawa Rachel untuk pergi ke sebuah pantai dengan tebing yang sangat tinggi menjulang. Di pinggir tebing itu juga dilengkapi dengan pagar sebatas pinggang orang dewasa, hal itu bertujuan untuk membuat pengunjung yang datang kesa
“Radhis!” Panggil Ester yang datang dengan terburu-buru.Radhis menanggapi ketergesaan Ester dengan sangat santai.Bahkan kini dia tetap membaca berkas yang sedang ada di tangannya, “Ada apa?”“Gawat!” Ucap Ester yang mendekat ke arahnya.Radhis meletakkan berkas yang dia pegang di atas meja.Radhis menatap ke arah mata Ester, memastikan apa yang gawat sebenarnya,Sampai saat Ester berkata, “Kakek Zond akan. Saat ini dia sedang dalam perjalanan dari bandara menuju ke Mansion.”“Oh.. Baiklah, kalau begitu aku akan pul–”“Aku ikut!” Ucap Ester dengan cepat.“Sebaiknya—”“Aku ikut!” Jawab Ester mengulangi kalimatnya saat Radhis seperti hendak melarang Ester untuk ikut dengannya.Dengan sikap yang sepertinya sedang dalam kondisi berat hati, Radhis mengiyakan apa yang diminta oleh Ester, ikut serta untuk menemui kakek Zond.Sesuai dengan apa yang diprediksikan oleh Radhis.Saat ini kakek Zond tengah berbincang dengan Kimy.Pada saat ini, Kimy duduk di samping kakek Zond dengan begitu akrab
Dengan menahan rasa kesal, Rachel menjawab pertanyaan dari Deon. Itupun, Rachel menjawab dengan seperlunya. Tidak lebih dan tidak kurang.“Hmm.” Jawab Rachel.“Rachel … Suamiku … Kesini, Kita kedatangan Deon dan keluarganya ….” Panggil Tania kepada Dere dan juga Rachel.Rachel sebenarnya hendak langsung pergi ke kamarnya, akan tetapi bagaimanapun juga mereka adalah tamu di kediamannya. Karena hal itu, akhirnya mau tidak mau Rachel harus tetap menemui para tamunya.Rachel duduk di dekat Tania, sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga Deon selaku tamu mereka, meskipun sebenarnya saat ini mereka adalah tetangga.Sandra, ibu Deon mulai membuka pembicaraan di antara mereka.Sandra dengan dengan basa basi bertanya, “Bagaimana keadaanmu?”Sebaliknya, Rachel dengan tidak memiliki niatan untuk berbasa basi sama sekali menjawab, “Baik.”Tania menggoyangkan lengan nya pelan untuk menyenggol Rachel. Tania melakukan itu dengan tujuan ingin agar anaknya tidak bersikap dingin kepada Sandra dan j
Ester dan Vivian merasa jika Deon masih saja tidak tahu diri. Akan tetapi itu hanya ada di dalam hati mereka, karena Ester tidak ingin membongkar siapa Radhis sebenarnya, dan Vivian juga tidak ingin Ester tahu jika dirinya sudah mengetahui siapa Radhis sebenarnya.“Apa yang kalian bicarakan?” Tanya Rachel yang baru kembali dari kamar mandi.“Emm? Tidak ada … MAri aku mengantarkanmu pulang.” Jawab Deon berusaha untuk mewakili Ester dan Vivian.Rachel tampak murung. Deon sangat peduli dengan hal itu, alih-alih peduli, sebenarnya saat itu Deon hanya berusaha untuk kembali menarik perhatian dari Rachel. “Mari … aku akan membawamu pulang …” ucapnya.Rachel sepertinya enggan, dan terlihat malas.Deon dengan penuh kesabaran yang terpaksa, berkata kepada Rachel. “Aku berharap kamu tidak mempersulitku, bagaimanapun juga aku diberi tugas oleh tante Tania untuk menjaga dirimu, karena itu, aku akan membawamu pulang.”Rachel yang tidak mau semakin kacau hanya karena perdebatan sepele, lebih memi