Dengan di supiri oleh Boas, Dere membawa Rachel, putrinya pergi ke suatu tempat.Cukup jauh mereka berkendara. Bahkan mobil yang mereka kendarai telah cukup lama melewati kediaman lama mereka yang kini, sudah ditempati oleh nenek Xion.“Kita akan kemana?” Tanya Rachel kepada sang ayah yang kini duduk di sampingnya di kursi belakang.Dere dengan tersenyum menenangkan anaknya, seraya berkata, “Tenang saja, ayah akan membawamu ke suatu tempat dimana kamu bisa berteriak dengan lantang untuk membuang semua sampah dalam pikiranmu.”Rachel menatap ke arah luar jendela, semenatara Boas melihat ayah dan anak itu dari kaca spion tengah mobil yang dia kendarai.Setelah cukup lama berkendara, akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju oleh Dere.Ternyata saat ini, Dere membawa Rachel untuk pergi ke sebuah pantai dengan tebing yang sangat tinggi menjulang. Di pinggir tebing itu juga dilengkapi dengan pagar sebatas pinggang orang dewasa, hal itu bertujuan untuk membuat pengunjung yang datang kesa
“Radhis!” Panggil Ester yang datang dengan terburu-buru.Radhis menanggapi ketergesaan Ester dengan sangat santai.Bahkan kini dia tetap membaca berkas yang sedang ada di tangannya, “Ada apa?”“Gawat!” Ucap Ester yang mendekat ke arahnya.Radhis meletakkan berkas yang dia pegang di atas meja.Radhis menatap ke arah mata Ester, memastikan apa yang gawat sebenarnya,Sampai saat Ester berkata, “Kakek Zond akan. Saat ini dia sedang dalam perjalanan dari bandara menuju ke Mansion.”“Oh.. Baiklah, kalau begitu aku akan pul–”“Aku ikut!” Ucap Ester dengan cepat.“Sebaiknya—”“Aku ikut!” Jawab Ester mengulangi kalimatnya saat Radhis seperti hendak melarang Ester untuk ikut dengannya.Dengan sikap yang sepertinya sedang dalam kondisi berat hati, Radhis mengiyakan apa yang diminta oleh Ester, ikut serta untuk menemui kakek Zond.Sesuai dengan apa yang diprediksikan oleh Radhis.Saat ini kakek Zond tengah berbincang dengan Kimy.Pada saat ini, Kimy duduk di samping kakek Zond dengan begitu akrab
Dengan menahan rasa kesal, Rachel menjawab pertanyaan dari Deon. Itupun, Rachel menjawab dengan seperlunya. Tidak lebih dan tidak kurang.“Hmm.” Jawab Rachel.“Rachel … Suamiku … Kesini, Kita kedatangan Deon dan keluarganya ….” Panggil Tania kepada Dere dan juga Rachel.Rachel sebenarnya hendak langsung pergi ke kamarnya, akan tetapi bagaimanapun juga mereka adalah tamu di kediamannya. Karena hal itu, akhirnya mau tidak mau Rachel harus tetap menemui para tamunya.Rachel duduk di dekat Tania, sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga Deon selaku tamu mereka, meskipun sebenarnya saat ini mereka adalah tetangga.Sandra, ibu Deon mulai membuka pembicaraan di antara mereka.Sandra dengan dengan basa basi bertanya, “Bagaimana keadaanmu?”Sebaliknya, Rachel dengan tidak memiliki niatan untuk berbasa basi sama sekali menjawab, “Baik.”Tania menggoyangkan lengan nya pelan untuk menyenggol Rachel. Tania melakukan itu dengan tujuan ingin agar anaknya tidak bersikap dingin kepada Sandra dan j
Ester dan Vivian merasa jika Deon masih saja tidak tahu diri. Akan tetapi itu hanya ada di dalam hati mereka, karena Ester tidak ingin membongkar siapa Radhis sebenarnya, dan Vivian juga tidak ingin Ester tahu jika dirinya sudah mengetahui siapa Radhis sebenarnya.“Apa yang kalian bicarakan?” Tanya Rachel yang baru kembali dari kamar mandi.“Emm? Tidak ada … MAri aku mengantarkanmu pulang.” Jawab Deon berusaha untuk mewakili Ester dan Vivian.Rachel tampak murung. Deon sangat peduli dengan hal itu, alih-alih peduli, sebenarnya saat itu Deon hanya berusaha untuk kembali menarik perhatian dari Rachel. “Mari … aku akan membawamu pulang …” ucapnya.Rachel sepertinya enggan, dan terlihat malas.Deon dengan penuh kesabaran yang terpaksa, berkata kepada Rachel. “Aku berharap kamu tidak mempersulitku, bagaimanapun juga aku diberi tugas oleh tante Tania untuk menjaga dirimu, karena itu, aku akan membawamu pulang.”Rachel yang tidak mau semakin kacau hanya karena perdebatan sepele, lebih memi
“Kalian baru datang?” tanya Tania yang melihat kedatangan Rachel dan Deon.Seperti yang diketahui beberapa saat yang lalu Deon dan Rachel menghadiri acara pembukaan Mighty Mall. Lebih tepatnya acara pemotongan pita sebagai simbol peresmian Mighty Mall .Deon menjawab dengan senyum kebahagiaan, “Tante … Seperti yang tante percayakan kepadaku, aku membawa Rachel dengan selamat, berangkat, dan bahkan pulang,”“Tidak salah Tante mempercayakan Rachel kepadamu …” Ucap Tania yang saat ini duduk di samping suaminya di ruang tamu.“Terimakasih sudah mengantarkan aku pulang. Aku ingin istirahat, kamu bisa pulang sekarang.” Ucap Rachel dengan dingin kepada Deon.Setelah mengucapkan itu Rachel segera pergi ke kamarnya.Mengabaikan panggilan yang dilontarkan Tania kepadanya. Saat Tania, Ibunya, ingin menahan dia agar tetap berada disana.“Huh! Anak yang tidak tahu—”“Tidak apa-apa Tante.” Sahut Deon.“Nak Deon maafkan atas sikap Rachel …”“Tidak apa-apa Tannte, saya akan menghargai apapun yang dil
Radhis hanya terdiam mendengarkan setiap perkataan dari orang tua itu.Radhis merasa jika setiap ucapan yang dikeluarkan olehnya hanyalah sebuah omong kosong belaka.Hanyalah orang yang menikmati suatu hal, sehingga orang tersebut mengagung-agungkan hal tersebut.Disaat gelas milik pasangan itu diberikan, keduanya langsung mencicipi sedikit rasanya.“Hmmm.” Gumam laki-laki tua.“Sayang, ini sangat enak …” wanita bergaun merah bermanja dalam di pundak laki-laki tua itu.Wanita itu mengarahkan wajahnya kepada laki-laki tua tapi melirik ke arah Radhis.“Sayangku adalah laki-laki yang hebat … karena itulah aku menyayangimu …” ucapnya.Sang barista hanya mencibir ke arah Radhis sebagai bentuk jika dirinya sedikit merasa konyol dengan sikap wanita muda itu.Dari paras dan kulit mereka saja sudah dapat dipastikan jika usia keduanya terpaut jauh,Alih-alih sepasang kekasih akan lebih tepat jika wanita muda itu adalah anak dari laki-laki tua yang sedang melingkarkan tangan di pinggangnya itu.
Setelah perginya laki-laki tua bersama dengan kekasihnya, Radhis mempersilahkan Ester untuk di samping dirinya.Selain itu Radhis juga mulai bertanya kepada Ester kenapa dirinya ada disana. Ester hanya terdiam dan meminta sebuah minuman kepada Bartender di harapan mereka. “Berikan dia Koktail.” “Baiklah ….” Jawab bartender itu dengan memutar badannya. “Ruby Rose.” Tambah Radhis yang membuat langkah kaki barista itu terhenti. “Ruby Rose?” Bartender itu bertanya dan menoleh kepada Radhis dengan begitu cepat.Seolah dia sama sekali tidak percaya jika Radhis a
Orang-orang itu berjalan mendekat ke arah Radhis dan Ester.Setelah itu, laki-laki tua tadi masih dengan kekasihnya berceloteh tidak karuan.Keduanya mencaci. memaki Radhis sepuas hatinya.Dengan sombong mereka bahkan mengancam jika malam itu Radhis tidak akan bisa pulang dengan kakinya.“Orang-orang Ku akan mengambil kakimu malam ini!” Bentak laki-laki tua yang tangannya terkilir itu.“Apa seharusnya aku mematahkan tanganmu?!” Tanya Radhis dengan ekspresi wajah dingin.Bahkan untuk saat ini laki-laki tua itu seolah gemetar.