Setelah perginya laki-laki tua bersama dengan kekasihnya, Radhis mempersilahkan Ester untuk di samping dirinya.
Selain itu Radhis juga mulai bertanya kepada Ester kenapa dirinya ada disana.Ester hanya terdiam dan meminta sebuah minuman kepada Bartender di harapan mereka.
“Berikan dia Koktail.”
“Baiklah ….” Jawab bartender itu dengan memutar badannya.
“Ruby Rose.” Tambah Radhis yang membuat langkah kaki barista itu terhenti.
“Ruby Rose?” Bartender itu bertanya dan menoleh kepada Radhis dengan begitu cepat.
Seolah dia sama sekali tidak percaya jika Radhis aOrang-orang itu berjalan mendekat ke arah Radhis dan Ester.Setelah itu, laki-laki tua tadi masih dengan kekasihnya berceloteh tidak karuan.Keduanya mencaci. memaki Radhis sepuas hatinya.Dengan sombong mereka bahkan mengancam jika malam itu Radhis tidak akan bisa pulang dengan kakinya.“Orang-orang Ku akan mengambil kakimu malam ini!” Bentak laki-laki tua yang tangannya terkilir itu.“Apa seharusnya aku mematahkan tanganmu?!” Tanya Radhis dengan ekspresi wajah dingin.Bahkan untuk saat ini laki-laki tua itu seolah gemetar.
Dalam perjalanan pulang ke Mansion.Radhis sempat memikirkan beberapa hal yang bahkan dia sendiri merasa aneh, kenapa bisa dia memikirkannya.Itu adalah kenapa dia bisa memikirkan, seandainya sedari awal yang menjadi istrinya adalah Ester. Apakah Rachel tidak akan menderita seperti ini?Radhis merasa jika Penderitaan Rachel selama ini adalah karena dirinya.Bahkan dengan status dirinya sebagai orang kelas bawah sebelumnya, Rachel mendapatkan tekanan dari orang tuanya dan keluarganya yang lain.Saat kini dirinya sebagai orang kalangan atas.Rachel masih saja harus menerima
Sebenarnya, sedari awal Ed ingin memukul kepala laki-laki Tua itu, atau sekedar hanya memakinya dengan begitu keras karena telah berani menghina Radhis dihadapannya.Akan tetapi, Ed mengurungkan niatnya karena tatapan yang diberikan oleh Radhis.Ed terpaksa membiarkan laki-laki tua itu berbicara semaunya sampai dia benar-benar lega dan berhenti dengan sendirinya.Disaat laki-laki dan perempuan itu sudah berhenti berbicara, barulah saat itu Radhis mulai memancingnya, “Apa hanya itu yang bisa kau ucapkan?”Radhis tersenyum seolah menghina laki-laki tua itu dan juga kekasihnya.“K–kau!”“Cukup!” Teriak ed yang sudah tidak tahan.
“Sebelum itu, bisakah kau mengantarkan aku berbelanja dulu?” Tanya Kimy.“Kau bisa meminta Knox mengantarkanmu, aku akan pergi ke kantor.”Jawab Radhis.“Kalau tidak minta Loren untuk mencarikan mu orang untuk mengantarmu …” Tambahnya.“Baiklah-baiklah… aku tahu ‘Tuan Sibuk’, kalau begitu lanjutkan dulu pekerjaanmu.” Kimy menjawab dengan nada yang penuh akan rasa cemburu dengan pekerjaan yang lebih diutamakan oleh Radhis.Radhis sebenarnya saat itu bukanlah pergi ke kantornya.Melainkan, dia pergi ke Wish Corp. Lebih tepatnya pergi ke seberang gedung kantor Wish Corp. Dia berada disana untuk sekedar menatap gedung itu dengan segala perasaan rindu yang dia miliki. Rindu kepada istrinya, yang lama tidak ditemui.Radhis selalu mendapatkan informasi dimana keberadaan Rachel, dia selalu menatap istrinya dari jauh. Setelah itu, setelah malam tiba, dia akan pergi ke Bar Uncle untuk meredakan perasaan sakit dalam hatinya.“Tuan Muda. Kami mendapatkan sebuah informasi.” Sebuah pesan masuk dari
Betapa terpukulnya Rachel, disaat dirinya mendengar kata-kata “tunggu di rumah”.Itu membuat dirinya menyadari jika Radhis kini tinggal satu rumah dengan dengan seseorang yang kemungkinan besar itu adalah Radhis.Disaat Rachel melamun, Vivian menyadarkannya sebuah sentuhan di pundak.“Kamu kenapa?” Ucap Vivian disaat yang sama diwaktu dirinya menyentuh pundak Rachel.“Tidak– emm bagaimana? apa kamu sudah menemukan apa yang kamu inginkan?” Tanya Rachel kepada Vivian.Dengan tersenyum Vivian menjawab, “Sudah.”Saat itu, Vivian berhenti sejenak seolah sedang memikirkan sesuatu, setelah itu Vivian kembali melanjutkan ucapannya, “Sebagai ucapan terimakasih, bagaimana jika… setelah membayarnya kita akan pergi untuk mencari makan siang…”Akhirnya mereka semua meninggalkan Butik itu dalam waktu yang hampir bersamaan.Namun, tetap saja mereka pergi menuju ke tempat yang berbeda. Dimana, Kimy dan Knox pergi ke mansion Consolatoria Hill sedangkan Rachel dan Vivian pergi ke sebuah restoran pinggi
Vivian yang tidak mendengar apa yang sudah dibicarakan oleh Rachel dan orang di telepon hanya bisa bertanya dengan ekspresi wajah yang sepertinya sangat penasaran.“Ada apa?”“Sepertinya aku harus ke kantor.” Jawab Rachel.“Bukankah di kantor sudah ada Nanny?” Tanya Vivian.Rachel hanya menjawab dengan menunjukkan ekspresi wajah yang sepertinya tidak kalah penuh pertanyaan seperti Vivian. “Justru karena itu aku juga penasaran, itu tadi adalah telepon dari Nanny, tidak biasanya dia menghubungiku hanya untuk sebuah masalah kecil. Aku jadi merasa khawatir. Sepertinya kita harus kembali sekarang.”Setelah dengan gamblang Rachel menuturkan kekhawatirannya, Dia segera membawa Vivian untuk kembali ke kantor Wish Corp.Dalam perjalanan pun Rachel tampak sekali jika sedang dalam keadaan cemas dan khawatir akan sesuatu, itu karena dia mendengar jika nenek Xion sedang menunggunya dan membicarakan suatu kontrak.Sementara, itu adalah sebuah hal yang tidak mungkin.Bagaimanapun juga Nenek Xion sud
Rachel mengambil berkas di meja itu.Setelah dia membuka berkas itu, dia Rachel membuka berkas yang telah diberikan oleh nenek Xion.Selain itu dia juga bertanya, “Apa ini Nek?”Dengan Rachel yang masih membaca isi berkas itu, nenek Xion sembari menjelaskan kepadanya.Itu adalah sebuah berkas perjanjian antara nenek Xion dan juga Tania, ibu Rachel.Di sana tertulis jika Tania telah mendapatkan uang pinjaman sebesar 100 juta dolar dari nenek Xion. Dengan bunga 20 persen yang artinya harus mengembalikan nominal 120 juta dolar.Tenggat waktu yang diberikan sudah lewat dua hari.Dengan itu nenek Xion datang untuk bermaksud melaksanakan isi dari perjanjian itu, dimana jika Tania tidak dapat mengembalikan maka, Rachel akan menyerahkan kursi direktur Wish Corp kepada nenek Xion kembali.“Kenapa bisa disangkut pautkan dengan Wish Corp?” Tany Rachel.“Lihat lebih detail lagi.” Ucap nenek Xion yang terdengar ringan tapi auranya sangat mengancam.Disana memang tertulis sebagai pihak penjamin ad
Nanny segera memikirkan hal-hal yang mungkin sekiranya akan terjadi.Dia mencoba untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan oleh tuannya, Radhis.Nanny sebenarnya saat ini tidak berani memberikan keputusan. Ingin rasanya dia bertanya, “apa perlu kita bertanya kepada Tuan?”Sebelum Nanny bertanya seperti itu, Rachel sudah berkata kepadanya, “Aku berharap Radhis tidak tahu tentang masalah ini. Aku tidak ingin dia semakin terbebani.”Mendengar itu, Nanny menjadi mengerti jika di antara Rachel dan Radhis masih saling memperhatikan dan saling menjaga satu sama lain.Setelahnya, Rachel mengangkat kepalanya dan berkata.“Baiklah, aku mengerti.”“Apa yang akan nona lakukan?” Tanya Nany.Rachel berjalan masuk ke dalam ruangannya dimana ada nenek Xion disana menunggu keputusan nya.“Sebelum itu, apa bisa aku meminta keringanan dua hari untuk mencari uangnya?” Tanya Rachel.“Tentu saja tidak.” Jawab nenek XIon.Setelahnya, Nenek Xion masih menambahkan dengan sebuah perkataan, dimana sebenarnya