Nanny segera memikirkan hal-hal yang mungkin sekiranya akan terjadi.Dia mencoba untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan oleh tuannya, Radhis.Nanny sebenarnya saat ini tidak berani memberikan keputusan. Ingin rasanya dia bertanya, “apa perlu kita bertanya kepada Tuan?”Sebelum Nanny bertanya seperti itu, Rachel sudah berkata kepadanya, “Aku berharap Radhis tidak tahu tentang masalah ini. Aku tidak ingin dia semakin terbebani.”Mendengar itu, Nanny menjadi mengerti jika di antara Rachel dan Radhis masih saling memperhatikan dan saling menjaga satu sama lain.Setelahnya, Rachel mengangkat kepalanya dan berkata.“Baiklah, aku mengerti.”“Apa yang akan nona lakukan?” Tanya Nany.Rachel berjalan masuk ke dalam ruangannya dimana ada nenek Xion disana menunggu keputusan nya.“Sebelum itu, apa bisa aku meminta keringanan dua hari untuk mencari uangnya?” Tanya Rachel.“Tentu saja tidak.” Jawab nenek XIon.Setelahnya, Nenek Xion masih menambahkan dengan sebuah perkataan, dimana sebenarnya
Di waktu yang sama, Rachel sedang Memasuki rumahnya bersama dengan Nanny.Dia membawa Box yang berisi barang-barang nya yang dibawa oleh mereka dari kantor Wish Corp.“Rachel!” Panggil Tania saat dia melihat adanya Rachel.Rachel yang merasa kesal kepada ibunya tentu saja tidak menjawab panggilan ibunya itu.Meskipun sebenarnya, cara Tania memanggilnya sangat lembut dan seolah menunjukkan suatu penyesalan akan sesuatu.“Kenapa kamu, tidak menjawab panggilan ibu Rachel?” Tanya Tania saat Rachel mengabaikannya.Tania mendekat ke arah Rachel.“Ibu tolong. Aku butuh menenangkan diri.” Ucap Rachel saat Tania mulai memegang tangannya.“Rachel… Ibu bisa menjelaskan semuanya.” Ucap Tania dengan menarik tangan Rachel untuk duduk di sofa ruang tamu Villa A1.Rachel dapat ditarik oleh Tania karena sudah tidak punya tenaga. Bahkan, tenaga untuk menolaknya pun Rachel tidak punya.Ternyata, ketegaran Rachel saat di Wish Corp hanya untuk menenangkan Nanny yang notabenenya adalah orang yang dipercaya
Ingatan masa lalu membuat diri nya mengingat sebuah kejadian dimana dia dibuat mabuk oleh Jolly dan kemudian tidak ingat apa yang telah terjadi.Sesungguhnya adalah pertolongan dari Radhis yang menyelamatkan dirinya dari cengkraman Jolly sewaktu masih menjadi seorang bajingan yang ingin menikmati keindahan tubuhnya.“Selamat malam Nona” Sapa Jolly dengan membungkuk kepada Rachel dan juga Vivian.Akan tetapi, Jolly lebih mengutamakan membungkuknya kepada Rachel.Itu karena dia menghormati Rachel yang menjadi istri dari Radhis.Selain itu, Jolly juga kurang mengenal Vivian.Karena itu Jolly hanya sekedar menganggukkan kepalanya untuk memberikan sapaan kepada Vivian.Vivian memperkenalkan diri kepada semua yang ada disana.Ada Gienis dan juga jolly, sekaligus Axel, sebagai manajer keuangan untuk ikut memperkirakan biaya dan keuntungan yang akan didapatkan oleh keuntungan Hi-Hant.“Kamu ada disini?” Tanya Rachel kepada Axel dengan badan yang masih sedikit bergetar setelah melihat adanya J
Vivian yang sadar jika Radhis tidak ingin ketahuan siapa jati dirinya, mencoba untuk bersikap seperti biasanya, sekaligus membantu Rachel dari kecanggungan dirinya.“Radhis… lama tidak bertemu… Bagaimana kabarmu?”Kimy langsung menyambut ucapan dari Vivian.“Kalian saling kenal?” Tanya Kimy.“Tentu saja kami kenal. Radhis masih berstatus suami temanku, Rachel.” Jawab Vivian sambil menoleh ke Rachel untuk menatapnya dengan tatapan yang penuh kasih seorang teman.Mungkin sampai saat ini Vivian masih memiliki perasaan kepada Radhis, akan tetapi Vivian juga tidak mau jika temannya merasa sedih karena harus berpisah dengan suaminya.“Suami?” tannya Vivian yang merasa kaget saat tahu jika Rachel adalah istri dari Radhis.“Iya…. Dia adalah Rachel, istriku.” sahut Radhis.“Sudah duduklah.” Tambahnya meminta Vivian untuk duduk di salah satu kursi yang ada disana.“Baiklah-baiklah, kita bicarakan saja sambil duduk.” Ucap Vivian.Vivian dan Rachel juga ikut duduk untuk waktu yang bersamaan.Ra
“Apakah benar seperti itu?” tanya Kimy kepada Vivian.Vivian sepertinya mengerti jika Kimy tahu. Jikalau, Radhis, laki laki yang ada di sampingnya adalah direktur dari Geneve yang dimaksudkan oleh dirinyaKarena itu, Vivian menjawab dengan gaya-gaya wanita yang sedang bergunjing atau sikap khas dari wanita-wanita yang sedang ngerumpi, “Benar Nona Kim.”“Rachel dulu seolah benar-benar di di utamakan oleh tuan direktur Geneve.” Tambah Vivian.“Wah… Kalau begitu biarkan aku mengenal nona Rachel lebih dalam lagi.” Jawab Kimy dengan tersenyum genit.“Nona Kimberly, bukan?” tanya Rachel seolah untuk memastikan jika dirinya tidak salah memanggil Kimy.“Iya benar…”“Nona Kimberly jangan percaya dengan gosip yang diucapkan olehnya.” Ucap Rachel.“Nona Rachel tidak perlu sungkan… Kami sebagai wanita seharusnya yang merasa iri dengan Nona.” Ucap Kimy dengan tersenyum.Rachel hanya bisa menunduk dan sedikit melemparkan pandangannya ke arah Radhis.Rachel merasa takut jika Radhis akan cemburu, kar
“Jodoh?” tanya Jolly.“Ada yang bilang jika jodoh kita adalah lawan jenis yang memiliki wajah yang mirip dengan kita—” penjelasan dari Gienis langsung disambar oleh putranya.“Jadi maksud ayah, mungkin saja Nona Kimy adalah wanita yang akan berjodoh dengan tu– dengan Radhis?” Tanya Jolly dengan ekspresi yang seolah terperangah dan setelah itu entah kenapa seolah dengan begitu prihatin menatap ke arah Rachel yang juga menatap dengan tatapan yang tampak begitu tidak percaya ke arah Gienis.Jolly juga menyadari jika Rachel sedang melihat ke arah ayahnya, Jolly menyadari jika ada suatu ketakutan tersendiri dari Rachel yang kemungkinan disebabkan oleh perkataan dari Gienis.“Ayah…” Panggil Jolly saat baru saja ayahnya hendak melanjutkan kalimatnya, “Untuk orang seperti Nona Kimberly memang Radhis adalah pasangan yang—”Terpaksa Gienis menghentikan ucapannya karena Jolly memberikan isyarat untuk mengingatkan ada Rachel disana.Vivian yang ada disana, ikut terdiam dan melihat ke arah Rache
Radhis hanya terdiam saat Kimy bertanya kepada dirinya.Radhis seolah merenungi apa yang telah di tanyakan oleh Kimy.Dalam hatinya kini mulai bimbang dengan keputusan yang telah diambil olehnya.Dia takut jika keputusannya akan semakin membuat istrinya, Rachel, tersiksa.Sampai saat mereka berada di area Mansion, Radhis hanya terdiam dan fokus mengemudikan mobilnya.Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, yang ada hanyalah keheningan.Radhis hanya bisa merenungi akan apa yang sudah terjadi.Sedari saat dirinya terpaksa harus meninggalkan istrinya hanya demi kebaikan Rachel.Sampai akhirnya saat ini ada sebuah pertanyaan dari Kimy.Pertanyaan yang membuat dirinya menjadi sedikit terbawa perasaan.“Hey!” Panggil Kimy saat mereka kini ada di depan pintu masuk Mansion.Kimy memanggil Radhis seperti itu karena dia berhenti disana.Mematung, seolah dia teringat akan sesuatu.“Hey!” sekali lagi Kimy memanggil Radhis.Radhis terhenyak dan tersadar.Dia mulai mengangkat kepalanya yang
Laki-laki tua itu langsung berkata kepada Rachel.“Berdirilah!” katanya dengan keras tapi tetap berusaha untuk meraih lengan Rachel yang mulus.Lengan mulus Rachel terlihat karena dia sedang memakai long dres dengan bela kaki yang sedikit tinggi dan juga tanpa lengan.Belum sampai tangan laki-laki itu menyentuh lengang Rachel.Vivian dengan cepat mendahuluinya, Vivian tidak ingin temannya di sentuh oleh laki-laki yang tidak dikenal.“Hey!” bentak si laki-laki tua.“Beraninya kau mendorongku!” Tambah laki-laki tua itu membentak Vivian karena merasa tidak dihargai.“Tuan… tolong sabar dulu…” Ucap Jolly yang mencoba untuk membantu Vivian dan Rachel.Laki-laki tua itu sepertinya dikenali oleh Jolly.Sepertinya dia juga adalah orang yang cukup berpengaruh menurut Jolly.Seolah Jolly tidak ingat jika Rachel adalah istri dari Radhis. Direktur Geneve, keturunan dari keluarga Zond.“Apa!? Sabar!?” Bentak Laki-laki tua itu.“Apa kau tahu siapa aku?!” Laki-laki itu lanjut menyombongkan dirinya.
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia