“Apa kau bilang?”Bram membentak Jolly.“Kau minta aku untuk melepaskan mereka!?” Tambahnya dengan nada yang masih saja membentak.“Tuan Bram… Saya meminta tolong kepada Tuan… Tolong lepaskan mereka.” Ucap Gienis sekali lagi mencoba untuk bersikap ramah kepada Bram dan memohon agar Rachel dan Vivian dilepaskan.Bram tertawa dengan lantang.Bram seolah berada di atas angin.Dia sama sekali tidak tahu siapa Rachel dan siapa Vivian.Bahkan nama keduanya saja, Bram tidak tahu.Jolly ikut membantu Ayahnya untuk menenangkan Bram. Dengan tujuan untuk melepaskan Vivian dan juga Rachel.“Tuan Bram… kami tahu siapa, tuan Bram. Karena itu, tolong lepaskan Nona Rachel dan Nona Vivian, saya akan mewakili mereka untuk meminta maaf kepada Tuan.” Ucap Jolly dengan sesekali melihat ke arah Vivin dan Rachel.Tanpa memperdulikan orang-orang yang ada disana, Bram mulai mendekat ke arah Vivian.Laki-laki itu meraba bagian pinggul Vivian dengan lembut dan terus turun.Sedangkan Vivian seolah.Jolly, Gienis
Jolly sudah tidak tampak disana, hanya ada Gienis, Axel, Rachel, dan juga Vivian yang masih sedang dipegangi oleh anak buah Bram seperti sebelumnya.Vivian masih mencoba untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman anak buah Bram.Namun, sekeras apapun Vivian mencobanya, tetap saja dia tidak dapat dengan mudah untuk melakukan itu.Vivian juga mulai mencoba untuk berontak lagi.Dengan sepenuh tenaga Vivian mulai melemparkan tangannya untuk lepas dari genggaman anak buah Bram.Rachel juga mencoba untuk membantunya dengan berusaha untuk menarik anak buah Bram yang sedang memegangi Vivian.“Lepaskan temanku!” Ucap Rachel saat mencoba untuk melepaskan temannya dari cengkeraman anak buah Bram.Bram memegangi tangan Rachel.Dia menarik wanita itu dan berkata kepada anak buahnya.“Bawa mereka ke kamarku sekarang!”“Tuan tolong hentikan. Tuan akan sangat menyesal jika melakukan hal yang seharusnya tidak tuan lakukan.” Ucap Axel yang mulai resah saat dia mendengar apa yang diucapkan oleh Bram.“Te
Bram menyadari jika itu adalah sebuah suara yang tidak asing baginya.Bram sadar jika itu adalah suara dari Ed.Namun, dia tidak tahu jika ekspresi Ed saat ini adalah sebuah ekspresi yang menyimpan sebuah emosi yang sangat menggebu.Emosi yang dia dapatkan setelah mendengar apa yang telah disampaikan oleh Jolly kepada dirinya.Bram dari awal sama sekali tidak menyangka jika kedatangan Ed disana adalah untuk berurusan dengan nya terkait apa yang telah dia lakukan kepada Rachel dan juga Vivian.Karena itu setelah kedatangan Ed disana.Bram hanya berusaha untuk bersikap manis kepadanya.Senyumnya sangat lebar sampai-sampai membuat beberapa orang yang ada disana merasa jijik.Utamanya Rachel dan juga Vivian.Kedua wanita itu kini merasa jika senyum yang ditampilkan oleh para membuat mereka merasa mual dan terasa ingin muntah. Setiap perkataan yang disampaikan oleh Bram seolah berbentuk sebuah kata kata untuk menjilat dengan tujuan untuk meraih apa yang telah dia inginkan.Satu hal yang j
Bram merasa bingung seketika.Dia sangat terkejut saat mendengar Ed memanggil Rachel dengan sebutan Nona dan juga badannya yang membungkuk sebagai bentuk dari rasa hormatnya.Bram mulai merasa jika ini adalah sesuatu yang tidak baik untuk dirinya.“N–Nona?” Tanya Bram.“Maafkan atas kelancangan orang ini Nona.” Ucap Ed.Tidak berhenti disitu, Ed kembali berkata kepada Rachel, “Setelah ini saya akan memberikan hukuman kepadanya agar dia dapat berperilaku sopan untuk kedepannya.”“Tuan Ed!. Mungkin disini ada sebuah kesalah pahaman.” Ucap Bram yang sudah mulai merasa khawatir.Ed mengabaikan Bram untuk yang kesekian kalinya, justru Ed kini menatap ke Vivian.“Nona. Apakah Nona baik-baik saja?”“Tuan Ed… saya baik-baik saja.” Ucap Vivian.“Saya hanya merasa sedikit kesal dan kecewa dengan Laki-laki ini.” Tambah Vivian.“Saya tidak menyangka jika salah satu pemegang saham di Geneve adalah seorang bajingan seperti dirinya.” Ucap Vivian menambahkan.“Hey! Jaga Mulut anda!” Teriak Bram yang
Meskipun tentunya sebenarnya, Vivian tahu.Siapa Direktur yang dimaksudkan oleh Ed. Vivian tentu saja tahu, namun dia memilih untuk tidak memberitahukan kepada Rachel karena , seperti yang lainnya, Vivian tahu jika Radhis tidak ingin ada orang tahu siapa dirinya, dan juga dia merasa jika tidak ingin hal ini tersebar untuk mengurangi saingan cintanya untuk mendapatkan Radhis kedepannya.Rachel bertanya kepada Ed, “Kenapa Tuan merepotkan pak direktur, hanya untuk orang seperti saya Tuan Ed?”“Nona Rachel tenang saja. Saya pastikan orang ini tidak akan lepas dari pak direktur atas apa yang dilakukannya kepada Nona.”Mendengar perbincangan antara Ed dan Rachel, Radhis lantas bertanya kepada Ed melalui panggilan teleponnya.“Apa yang terjadi?”Tanya Radhis dengan Sedikit berteriak.Di tempatnya berada sekarang, sikapnya saat melontarkan pertanyaan kepada Ed membuat Kimy yang ada disana ikut bertanya-tanya.“Ada apa?” Tanya Kimy dengan gerak bibir yang tanpa mengeluarkan suara.Radhis berka
Radhis seketika menjadi bertanya sendiri dalam hatinya.Ada apa dengan Rachel?Kenapa dia mendengar jika sekarang istrinya tidak lagi menjabat sebagai direktur di Wish Corp?Radhis mencoba untuk memanggil Ed.Beberapa kali dipanggil Ed tersadar dari ketertegunannya saat dia mendengar jika Rachel sudah tidak menjabat sebagai direktur Wish Corp lagi.“Maaf, Tuan Muda…” Jawab Ed yang takut jika disangka tidak memperdulikan panggilan dari tuannya.“Apa yang diucapkan oleh mereka itu adalah benar?” Tanya Radhis.Ed kembali bertanya kepada Vivian dan juga Rachel.Pertanyaan dari Ed tidak tertuju pada satu orang karena dia takut jika ternyata Rachel berusaha untuk menutupi sesuatu dari dirinya.karena itu, Ed bertanya, “Apa yang saya dengar ini adalah sebuah kebenaran?” “Benar Tuan Ed… sedari hari ini perusahaan telah diambil alih oleh Nenek Xion.”“Bukankah jika itu terjadi, maka diperlukan persetujuan Tuan Radhis?” Tanya Ed yang merasa jika, hal yang diketahui oleh Rachel adalah pemilik p
“Ini pertama kalinya saya berbicara dengan Nona Rachel secara langsung…” Ucap Radhis yang berpura-pura menjadi orang yang tidak dikenal oleh Rachel. Rachel pun dengan polosnya menjawab, “Iya Tuan…, dan ini adalah sebuah kesempatan yang selalu saya tunggu selama ini.” “Benarkah? maaf jika saya tidak pernah menunjukkan diri di depan Nona, itu karena ada suatu hal yang harus saya lindungi. Jadi saya berharap Nona Rachel bisa mengerti.” Satu pertanyaan besar berada dalam pikiran Rachel, “Seorang Direktur Geneve, meminta maaf kepadaku?” “Nona? Apa nona masih ada disana?” Tanya Radhis. “Maaf Tuan, saya tadi sedikit melamun…” “Melamun?” Radhis sekali lagi bertanya kepada Rachel. Rachel tertawa kecil.Seolah suara dari Direktur yang ada di panggilan telepon itu adalah sebuah suara yang sangat menenangkan bagi dirinya. Meskipun dirinya tidak tahu jika itu adalah adalah suara dari seorang laki-laki yang dia sayangi, Radhis, Suaminya. Tanpa dia sadari, entah kenapa disaat dirinya tertawa.
Rachel sama sekali tidak mengerti, yang dia lakukan sekarang adalah dengan tanpa sadar dia tersipu.“Dekat…” itu bergema di pikirannya.Kata dekat yang dikatakan oleh Radhis membuat Rachel tersipu sampai sampai pipinya menjadi merah.Hal itu tidak berlangsung lama, karena dia tiba-tiba mengingat suaminya, Radhis.Tentu saja saat itu ada sebuah perasaan bersalah saat dirinya sadar, tersipu malu oleh kata-kata dari laki-laki lain.“Nona!” Panggil Radhis lagi.“Iya Tuan.” Jawab Rachel yang tersadar dari lamunannya.“Maaf Nona. Saya mendengar tadi, Nona sudah tidak lagi menjadi direktur di Wish Corp. Benarkah itu?” Tanya Radhis yang sebenarnya memang tidak tahu apa yang sudah terjadi sampai saat Vivian tadi berbicara.Jika tidak, tentu saja tidak mungkin bagi Radhis mengetahui karena itu memang baru terjadi tadi siang, dan Radhis juga terlalu fokus pada hal yang lainnya, untuk menghibur dirinya dari rasa sedihnya terkait perpisahan yang dia alami dengan sang istri.“Saya harus jujur kepa