Jolly sudah tidak tampak disana, hanya ada Gienis, Axel, Rachel, dan juga Vivian yang masih sedang dipegangi oleh anak buah Bram seperti sebelumnya.Vivian masih mencoba untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman anak buah Bram.Namun, sekeras apapun Vivian mencobanya, tetap saja dia tidak dapat dengan mudah untuk melakukan itu.Vivian juga mulai mencoba untuk berontak lagi.Dengan sepenuh tenaga Vivian mulai melemparkan tangannya untuk lepas dari genggaman anak buah Bram.Rachel juga mencoba untuk membantunya dengan berusaha untuk menarik anak buah Bram yang sedang memegangi Vivian.“Lepaskan temanku!” Ucap Rachel saat mencoba untuk melepaskan temannya dari cengkeraman anak buah Bram.Bram memegangi tangan Rachel.Dia menarik wanita itu dan berkata kepada anak buahnya.“Bawa mereka ke kamarku sekarang!”“Tuan tolong hentikan. Tuan akan sangat menyesal jika melakukan hal yang seharusnya tidak tuan lakukan.” Ucap Axel yang mulai resah saat dia mendengar apa yang diucapkan oleh Bram.“Te
Bram menyadari jika itu adalah sebuah suara yang tidak asing baginya.Bram sadar jika itu adalah suara dari Ed.Namun, dia tidak tahu jika ekspresi Ed saat ini adalah sebuah ekspresi yang menyimpan sebuah emosi yang sangat menggebu.Emosi yang dia dapatkan setelah mendengar apa yang telah disampaikan oleh Jolly kepada dirinya.Bram dari awal sama sekali tidak menyangka jika kedatangan Ed disana adalah untuk berurusan dengan nya terkait apa yang telah dia lakukan kepada Rachel dan juga Vivian.Karena itu setelah kedatangan Ed disana.Bram hanya berusaha untuk bersikap manis kepadanya.Senyumnya sangat lebar sampai-sampai membuat beberapa orang yang ada disana merasa jijik.Utamanya Rachel dan juga Vivian.Kedua wanita itu kini merasa jika senyum yang ditampilkan oleh para membuat mereka merasa mual dan terasa ingin muntah. Setiap perkataan yang disampaikan oleh Bram seolah berbentuk sebuah kata kata untuk menjilat dengan tujuan untuk meraih apa yang telah dia inginkan.Satu hal yang j
Bram merasa bingung seketika.Dia sangat terkejut saat mendengar Ed memanggil Rachel dengan sebutan Nona dan juga badannya yang membungkuk sebagai bentuk dari rasa hormatnya.Bram mulai merasa jika ini adalah sesuatu yang tidak baik untuk dirinya.“N–Nona?” Tanya Bram.“Maafkan atas kelancangan orang ini Nona.” Ucap Ed.Tidak berhenti disitu, Ed kembali berkata kepada Rachel, “Setelah ini saya akan memberikan hukuman kepadanya agar dia dapat berperilaku sopan untuk kedepannya.”“Tuan Ed!. Mungkin disini ada sebuah kesalah pahaman.” Ucap Bram yang sudah mulai merasa khawatir.Ed mengabaikan Bram untuk yang kesekian kalinya, justru Ed kini menatap ke Vivian.“Nona. Apakah Nona baik-baik saja?”“Tuan Ed… saya baik-baik saja.” Ucap Vivian.“Saya hanya merasa sedikit kesal dan kecewa dengan Laki-laki ini.” Tambah Vivian.“Saya tidak menyangka jika salah satu pemegang saham di Geneve adalah seorang bajingan seperti dirinya.” Ucap Vivian menambahkan.“Hey! Jaga Mulut anda!” Teriak Bram yang
Meskipun tentunya sebenarnya, Vivian tahu.Siapa Direktur yang dimaksudkan oleh Ed. Vivian tentu saja tahu, namun dia memilih untuk tidak memberitahukan kepada Rachel karena , seperti yang lainnya, Vivian tahu jika Radhis tidak ingin ada orang tahu siapa dirinya, dan juga dia merasa jika tidak ingin hal ini tersebar untuk mengurangi saingan cintanya untuk mendapatkan Radhis kedepannya.Rachel bertanya kepada Ed, “Kenapa Tuan merepotkan pak direktur, hanya untuk orang seperti saya Tuan Ed?”“Nona Rachel tenang saja. Saya pastikan orang ini tidak akan lepas dari pak direktur atas apa yang dilakukannya kepada Nona.”Mendengar perbincangan antara Ed dan Rachel, Radhis lantas bertanya kepada Ed melalui panggilan teleponnya.“Apa yang terjadi?”Tanya Radhis dengan Sedikit berteriak.Di tempatnya berada sekarang, sikapnya saat melontarkan pertanyaan kepada Ed membuat Kimy yang ada disana ikut bertanya-tanya.“Ada apa?” Tanya Kimy dengan gerak bibir yang tanpa mengeluarkan suara.Radhis berka
Radhis seketika menjadi bertanya sendiri dalam hatinya.Ada apa dengan Rachel?Kenapa dia mendengar jika sekarang istrinya tidak lagi menjabat sebagai direktur di Wish Corp?Radhis mencoba untuk memanggil Ed.Beberapa kali dipanggil Ed tersadar dari ketertegunannya saat dia mendengar jika Rachel sudah tidak menjabat sebagai direktur Wish Corp lagi.“Maaf, Tuan Muda…” Jawab Ed yang takut jika disangka tidak memperdulikan panggilan dari tuannya.“Apa yang diucapkan oleh mereka itu adalah benar?” Tanya Radhis.Ed kembali bertanya kepada Vivian dan juga Rachel.Pertanyaan dari Ed tidak tertuju pada satu orang karena dia takut jika ternyata Rachel berusaha untuk menutupi sesuatu dari dirinya.karena itu, Ed bertanya, “Apa yang saya dengar ini adalah sebuah kebenaran?” “Benar Tuan Ed… sedari hari ini perusahaan telah diambil alih oleh Nenek Xion.”“Bukankah jika itu terjadi, maka diperlukan persetujuan Tuan Radhis?” Tanya Ed yang merasa jika, hal yang diketahui oleh Rachel adalah pemilik p
“Ini pertama kalinya saya berbicara dengan Nona Rachel secara langsung…” Ucap Radhis yang berpura-pura menjadi orang yang tidak dikenal oleh Rachel. Rachel pun dengan polosnya menjawab, “Iya Tuan…, dan ini adalah sebuah kesempatan yang selalu saya tunggu selama ini.” “Benarkah? maaf jika saya tidak pernah menunjukkan diri di depan Nona, itu karena ada suatu hal yang harus saya lindungi. Jadi saya berharap Nona Rachel bisa mengerti.” Satu pertanyaan besar berada dalam pikiran Rachel, “Seorang Direktur Geneve, meminta maaf kepadaku?” “Nona? Apa nona masih ada disana?” Tanya Radhis. “Maaf Tuan, saya tadi sedikit melamun…” “Melamun?” Radhis sekali lagi bertanya kepada Rachel. Rachel tertawa kecil.Seolah suara dari Direktur yang ada di panggilan telepon itu adalah sebuah suara yang sangat menenangkan bagi dirinya. Meskipun dirinya tidak tahu jika itu adalah adalah suara dari seorang laki-laki yang dia sayangi, Radhis, Suaminya. Tanpa dia sadari, entah kenapa disaat dirinya tertawa.
Rachel sama sekali tidak mengerti, yang dia lakukan sekarang adalah dengan tanpa sadar dia tersipu.“Dekat…” itu bergema di pikirannya.Kata dekat yang dikatakan oleh Radhis membuat Rachel tersipu sampai sampai pipinya menjadi merah.Hal itu tidak berlangsung lama, karena dia tiba-tiba mengingat suaminya, Radhis.Tentu saja saat itu ada sebuah perasaan bersalah saat dirinya sadar, tersipu malu oleh kata-kata dari laki-laki lain.“Nona!” Panggil Radhis lagi.“Iya Tuan.” Jawab Rachel yang tersadar dari lamunannya.“Maaf Nona. Saya mendengar tadi, Nona sudah tidak lagi menjadi direktur di Wish Corp. Benarkah itu?” Tanya Radhis yang sebenarnya memang tidak tahu apa yang sudah terjadi sampai saat Vivian tadi berbicara.Jika tidak, tentu saja tidak mungkin bagi Radhis mengetahui karena itu memang baru terjadi tadi siang, dan Radhis juga terlalu fokus pada hal yang lainnya, untuk menghibur dirinya dari rasa sedihnya terkait perpisahan yang dia alami dengan sang istri.“Saya harus jujur kepa
“Jika memang itu yang Nona inginkan…” Jawab Radhis dengan lembut.“Biarkan saya yang akan menginformasikan masalah ini kepada Suami Anda…” Ucap Radhis, selanjutnya.Rachel terdiam untuk beberapa saat.Dia mempertimbangkan kesopanan dirinya kepada Direktur Geneve.Karena itu akhirnya Rachel berkata kepada Direktur Geneve, “Saya tidak berhak memerintah, ataupun melarang Tuan.”“Karena itu, jika memang itu yang Tuan inginkan, saya tidak akan merasa keberatan.” Tambah Rachel.“Terimakasih atas pengertian dari Nona… Saya seperti ini karena saya merasa jika suami anda seharusnya tahu tentang hal ini.” Ucap Radhis.“Salam untuk suami anda, dan tolong berikan Ponsel ini kembali kepada Ed Ackerley.” Ucap Radhis di akhir kalimatnya berbicara dengan Rachel.Ingin sekali Rachel berkata sejujurnya jika dirinya tidak berada dekat dengan suaminya untuk saat ini. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Dia tidak ingin berkata seperti itu, karena bagaimanapun juga Direktur Geneve adalah seorang laki-laki.
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia