Bram merasa bingung seketika.Dia sangat terkejut saat mendengar Ed memanggil Rachel dengan sebutan Nona dan juga badannya yang membungkuk sebagai bentuk dari rasa hormatnya.Bram mulai merasa jika ini adalah sesuatu yang tidak baik untuk dirinya.“N–Nona?” Tanya Bram.“Maafkan atas kelancangan orang ini Nona.” Ucap Ed.Tidak berhenti disitu, Ed kembali berkata kepada Rachel, “Setelah ini saya akan memberikan hukuman kepadanya agar dia dapat berperilaku sopan untuk kedepannya.”“Tuan Ed!. Mungkin disini ada sebuah kesalah pahaman.” Ucap Bram yang sudah mulai merasa khawatir.Ed mengabaikan Bram untuk yang kesekian kalinya, justru Ed kini menatap ke Vivian.“Nona. Apakah Nona baik-baik saja?”“Tuan Ed… saya baik-baik saja.” Ucap Vivian.“Saya hanya merasa sedikit kesal dan kecewa dengan Laki-laki ini.” Tambah Vivian.“Saya tidak menyangka jika salah satu pemegang saham di Geneve adalah seorang bajingan seperti dirinya.” Ucap Vivian menambahkan.“Hey! Jaga Mulut anda!” Teriak Bram yang
Meskipun tentunya sebenarnya, Vivian tahu.Siapa Direktur yang dimaksudkan oleh Ed. Vivian tentu saja tahu, namun dia memilih untuk tidak memberitahukan kepada Rachel karena , seperti yang lainnya, Vivian tahu jika Radhis tidak ingin ada orang tahu siapa dirinya, dan juga dia merasa jika tidak ingin hal ini tersebar untuk mengurangi saingan cintanya untuk mendapatkan Radhis kedepannya.Rachel bertanya kepada Ed, “Kenapa Tuan merepotkan pak direktur, hanya untuk orang seperti saya Tuan Ed?”“Nona Rachel tenang saja. Saya pastikan orang ini tidak akan lepas dari pak direktur atas apa yang dilakukannya kepada Nona.”Mendengar perbincangan antara Ed dan Rachel, Radhis lantas bertanya kepada Ed melalui panggilan teleponnya.“Apa yang terjadi?”Tanya Radhis dengan Sedikit berteriak.Di tempatnya berada sekarang, sikapnya saat melontarkan pertanyaan kepada Ed membuat Kimy yang ada disana ikut bertanya-tanya.“Ada apa?” Tanya Kimy dengan gerak bibir yang tanpa mengeluarkan suara.Radhis berka
Radhis seketika menjadi bertanya sendiri dalam hatinya.Ada apa dengan Rachel?Kenapa dia mendengar jika sekarang istrinya tidak lagi menjabat sebagai direktur di Wish Corp?Radhis mencoba untuk memanggil Ed.Beberapa kali dipanggil Ed tersadar dari ketertegunannya saat dia mendengar jika Rachel sudah tidak menjabat sebagai direktur Wish Corp lagi.“Maaf, Tuan Muda…” Jawab Ed yang takut jika disangka tidak memperdulikan panggilan dari tuannya.“Apa yang diucapkan oleh mereka itu adalah benar?” Tanya Radhis.Ed kembali bertanya kepada Vivian dan juga Rachel.Pertanyaan dari Ed tidak tertuju pada satu orang karena dia takut jika ternyata Rachel berusaha untuk menutupi sesuatu dari dirinya.karena itu, Ed bertanya, “Apa yang saya dengar ini adalah sebuah kebenaran?” “Benar Tuan Ed… sedari hari ini perusahaan telah diambil alih oleh Nenek Xion.”“Bukankah jika itu terjadi, maka diperlukan persetujuan Tuan Radhis?” Tanya Ed yang merasa jika, hal yang diketahui oleh Rachel adalah pemilik p
“Ini pertama kalinya saya berbicara dengan Nona Rachel secara langsung…” Ucap Radhis yang berpura-pura menjadi orang yang tidak dikenal oleh Rachel. Rachel pun dengan polosnya menjawab, “Iya Tuan…, dan ini adalah sebuah kesempatan yang selalu saya tunggu selama ini.” “Benarkah? maaf jika saya tidak pernah menunjukkan diri di depan Nona, itu karena ada suatu hal yang harus saya lindungi. Jadi saya berharap Nona Rachel bisa mengerti.” Satu pertanyaan besar berada dalam pikiran Rachel, “Seorang Direktur Geneve, meminta maaf kepadaku?” “Nona? Apa nona masih ada disana?” Tanya Radhis. “Maaf Tuan, saya tadi sedikit melamun…” “Melamun?” Radhis sekali lagi bertanya kepada Rachel. Rachel tertawa kecil.Seolah suara dari Direktur yang ada di panggilan telepon itu adalah sebuah suara yang sangat menenangkan bagi dirinya. Meskipun dirinya tidak tahu jika itu adalah adalah suara dari seorang laki-laki yang dia sayangi, Radhis, Suaminya. Tanpa dia sadari, entah kenapa disaat dirinya tertawa.
Rachel sama sekali tidak mengerti, yang dia lakukan sekarang adalah dengan tanpa sadar dia tersipu.“Dekat…” itu bergema di pikirannya.Kata dekat yang dikatakan oleh Radhis membuat Rachel tersipu sampai sampai pipinya menjadi merah.Hal itu tidak berlangsung lama, karena dia tiba-tiba mengingat suaminya, Radhis.Tentu saja saat itu ada sebuah perasaan bersalah saat dirinya sadar, tersipu malu oleh kata-kata dari laki-laki lain.“Nona!” Panggil Radhis lagi.“Iya Tuan.” Jawab Rachel yang tersadar dari lamunannya.“Maaf Nona. Saya mendengar tadi, Nona sudah tidak lagi menjadi direktur di Wish Corp. Benarkah itu?” Tanya Radhis yang sebenarnya memang tidak tahu apa yang sudah terjadi sampai saat Vivian tadi berbicara.Jika tidak, tentu saja tidak mungkin bagi Radhis mengetahui karena itu memang baru terjadi tadi siang, dan Radhis juga terlalu fokus pada hal yang lainnya, untuk menghibur dirinya dari rasa sedihnya terkait perpisahan yang dia alami dengan sang istri.“Saya harus jujur kepa
“Jika memang itu yang Nona inginkan…” Jawab Radhis dengan lembut.“Biarkan saya yang akan menginformasikan masalah ini kepada Suami Anda…” Ucap Radhis, selanjutnya.Rachel terdiam untuk beberapa saat.Dia mempertimbangkan kesopanan dirinya kepada Direktur Geneve.Karena itu akhirnya Rachel berkata kepada Direktur Geneve, “Saya tidak berhak memerintah, ataupun melarang Tuan.”“Karena itu, jika memang itu yang Tuan inginkan, saya tidak akan merasa keberatan.” Tambah Rachel.“Terimakasih atas pengertian dari Nona… Saya seperti ini karena saya merasa jika suami anda seharusnya tahu tentang hal ini.” Ucap Radhis.“Salam untuk suami anda, dan tolong berikan Ponsel ini kembali kepada Ed Ackerley.” Ucap Radhis di akhir kalimatnya berbicara dengan Rachel.Ingin sekali Rachel berkata sejujurnya jika dirinya tidak berada dekat dengan suaminya untuk saat ini. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Dia tidak ingin berkata seperti itu, karena bagaimanapun juga Direktur Geneve adalah seorang laki-laki.
Bram dibawa oleh Ed menggunakan mobil hotel.Sebuah minivan berwarna hitam dengan kaca mobil yang serba gelap.Hal itu bertujuan untuk menjaga kerahasiaan, siapa yang ada di dalam mobil itu.“Kemana Tuan akan membawa saya?” Tanya Bram.“Ini bukan jalan ke Geneve.” Tambahnya saat dirinya menatap ke arah luar jendela dan mengawasi ke sekitar.“Apa kau pikir Tuan Muda akan berada di kantor pada jam ini?” Tanya Ed yang terang saja menganggap Bram seperti orang bodoh.Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Ed. Bram seketika terdiam dan tidak bisa berkata lagi. Itu karena dia tahu jika kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk berargumen.Keterdiaman Bram itu sampai pada saat dirinya masuk ke dalam sebuah gerbang besar berwarna keemasan.“Consolatoria Hill…” Ucap Bram saat dirinya masuk ke dalam gerbang itu dan sekilas melihat tulisan mewah di atas gerbang yang dia lewati.“Bukankah ini adalah Consolatoria Hill…?” Tanya Bram pada dirinya sendiri, seolah dia tidak percaya jika dirinya
Ed segera mendekat ke arah meja dimana tempat koper yang sepertinya berisi uang tunai itu diletakkan.Ed membaca berkas yang ada di atas meja.Disana ternyata ada berkas pemutusan kerja sama dan pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh Bram.“Ini…” ucap Ed tadi, disaat dia membaca isi dokumen di meja.Senyum Ed seolah mencurigakan bagi Bram.Pikiran Bram menjadi tidak karuan.Dia benar-benar khawatir disaat dirinya melihat ekspresi Ed. Ekspresi Ed tersenyum, tetapi senyumannya sangat mencurigakan, dan seperti sebuah senyum yang menunjukan kebahagiaan, dan juga senyum yang menunjukkan sebuah seringai jahat yang terpicu oleh rasa senang karena suatu hal.“Tu–Tuan…” Panggil Bram yang mulai penasaran dengan apa yang di baca oleh Ed.“Ini punyamu!” Ucap Ed saat dia mendekat ke arah Bram dengan memegang berkas tadi dengan satu tangan, dan menyodorkan berkas itu, menempel di dada Bram.Bram menerima uluran berkas dari Ed.Dengan perasaan bercampur aduk, Bram membaca isi dari berkas i