“Apakah benar seperti itu?” tanya Kimy kepada Vivian.Vivian sepertinya mengerti jika Kimy tahu. Jikalau, Radhis, laki laki yang ada di sampingnya adalah direktur dari Geneve yang dimaksudkan oleh dirinyaKarena itu, Vivian menjawab dengan gaya-gaya wanita yang sedang bergunjing atau sikap khas dari wanita-wanita yang sedang ngerumpi, “Benar Nona Kim.”“Rachel dulu seolah benar-benar di di utamakan oleh tuan direktur Geneve.” Tambah Vivian.“Wah… Kalau begitu biarkan aku mengenal nona Rachel lebih dalam lagi.” Jawab Kimy dengan tersenyum genit.“Nona Kimberly, bukan?” tanya Rachel seolah untuk memastikan jika dirinya tidak salah memanggil Kimy.“Iya benar…”“Nona Kimberly jangan percaya dengan gosip yang diucapkan olehnya.” Ucap Rachel.“Nona Rachel tidak perlu sungkan… Kami sebagai wanita seharusnya yang merasa iri dengan Nona.” Ucap Kimy dengan tersenyum.Rachel hanya bisa menunduk dan sedikit melemparkan pandangannya ke arah Radhis.Rachel merasa takut jika Radhis akan cemburu, kar
“Jodoh?” tanya Jolly.“Ada yang bilang jika jodoh kita adalah lawan jenis yang memiliki wajah yang mirip dengan kita—” penjelasan dari Gienis langsung disambar oleh putranya.“Jadi maksud ayah, mungkin saja Nona Kimy adalah wanita yang akan berjodoh dengan tu– dengan Radhis?” Tanya Jolly dengan ekspresi yang seolah terperangah dan setelah itu entah kenapa seolah dengan begitu prihatin menatap ke arah Rachel yang juga menatap dengan tatapan yang tampak begitu tidak percaya ke arah Gienis.Jolly juga menyadari jika Rachel sedang melihat ke arah ayahnya, Jolly menyadari jika ada suatu ketakutan tersendiri dari Rachel yang kemungkinan disebabkan oleh perkataan dari Gienis.“Ayah…” Panggil Jolly saat baru saja ayahnya hendak melanjutkan kalimatnya, “Untuk orang seperti Nona Kimberly memang Radhis adalah pasangan yang—”Terpaksa Gienis menghentikan ucapannya karena Jolly memberikan isyarat untuk mengingatkan ada Rachel disana.Vivian yang ada disana, ikut terdiam dan melihat ke arah Rache
Radhis hanya terdiam saat Kimy bertanya kepada dirinya.Radhis seolah merenungi apa yang telah di tanyakan oleh Kimy.Dalam hatinya kini mulai bimbang dengan keputusan yang telah diambil olehnya.Dia takut jika keputusannya akan semakin membuat istrinya, Rachel, tersiksa.Sampai saat mereka berada di area Mansion, Radhis hanya terdiam dan fokus mengemudikan mobilnya.Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, yang ada hanyalah keheningan.Radhis hanya bisa merenungi akan apa yang sudah terjadi.Sedari saat dirinya terpaksa harus meninggalkan istrinya hanya demi kebaikan Rachel.Sampai akhirnya saat ini ada sebuah pertanyaan dari Kimy.Pertanyaan yang membuat dirinya menjadi sedikit terbawa perasaan.“Hey!” Panggil Kimy saat mereka kini ada di depan pintu masuk Mansion.Kimy memanggil Radhis seperti itu karena dia berhenti disana.Mematung, seolah dia teringat akan sesuatu.“Hey!” sekali lagi Kimy memanggil Radhis.Radhis terhenyak dan tersadar.Dia mulai mengangkat kepalanya yang
Laki-laki tua itu langsung berkata kepada Rachel.“Berdirilah!” katanya dengan keras tapi tetap berusaha untuk meraih lengan Rachel yang mulus.Lengan mulus Rachel terlihat karena dia sedang memakai long dres dengan bela kaki yang sedikit tinggi dan juga tanpa lengan.Belum sampai tangan laki-laki itu menyentuh lengang Rachel.Vivian dengan cepat mendahuluinya, Vivian tidak ingin temannya di sentuh oleh laki-laki yang tidak dikenal.“Hey!” bentak si laki-laki tua.“Beraninya kau mendorongku!” Tambah laki-laki tua itu membentak Vivian karena merasa tidak dihargai.“Tuan… tolong sabar dulu…” Ucap Jolly yang mencoba untuk membantu Vivian dan Rachel.Laki-laki tua itu sepertinya dikenali oleh Jolly.Sepertinya dia juga adalah orang yang cukup berpengaruh menurut Jolly.Seolah Jolly tidak ingat jika Rachel adalah istri dari Radhis. Direktur Geneve, keturunan dari keluarga Zond.“Apa!? Sabar!?” Bentak Laki-laki tua itu.“Apa kau tahu siapa aku?!” Laki-laki itu lanjut menyombongkan dirinya.
“Apa kau bilang?”Bram membentak Jolly.“Kau minta aku untuk melepaskan mereka!?” Tambahnya dengan nada yang masih saja membentak.“Tuan Bram… Saya meminta tolong kepada Tuan… Tolong lepaskan mereka.” Ucap Gienis sekali lagi mencoba untuk bersikap ramah kepada Bram dan memohon agar Rachel dan Vivian dilepaskan.Bram tertawa dengan lantang.Bram seolah berada di atas angin.Dia sama sekali tidak tahu siapa Rachel dan siapa Vivian.Bahkan nama keduanya saja, Bram tidak tahu.Jolly ikut membantu Ayahnya untuk menenangkan Bram. Dengan tujuan untuk melepaskan Vivian dan juga Rachel.“Tuan Bram… kami tahu siapa, tuan Bram. Karena itu, tolong lepaskan Nona Rachel dan Nona Vivian, saya akan mewakili mereka untuk meminta maaf kepada Tuan.” Ucap Jolly dengan sesekali melihat ke arah Vivin dan Rachel.Tanpa memperdulikan orang-orang yang ada disana, Bram mulai mendekat ke arah Vivian.Laki-laki itu meraba bagian pinggul Vivian dengan lembut dan terus turun.Sedangkan Vivian seolah.Jolly, Gienis
Jolly sudah tidak tampak disana, hanya ada Gienis, Axel, Rachel, dan juga Vivian yang masih sedang dipegangi oleh anak buah Bram seperti sebelumnya.Vivian masih mencoba untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman anak buah Bram.Namun, sekeras apapun Vivian mencobanya, tetap saja dia tidak dapat dengan mudah untuk melakukan itu.Vivian juga mulai mencoba untuk berontak lagi.Dengan sepenuh tenaga Vivian mulai melemparkan tangannya untuk lepas dari genggaman anak buah Bram.Rachel juga mencoba untuk membantunya dengan berusaha untuk menarik anak buah Bram yang sedang memegangi Vivian.“Lepaskan temanku!” Ucap Rachel saat mencoba untuk melepaskan temannya dari cengkeraman anak buah Bram.Bram memegangi tangan Rachel.Dia menarik wanita itu dan berkata kepada anak buahnya.“Bawa mereka ke kamarku sekarang!”“Tuan tolong hentikan. Tuan akan sangat menyesal jika melakukan hal yang seharusnya tidak tuan lakukan.” Ucap Axel yang mulai resah saat dia mendengar apa yang diucapkan oleh Bram.“Te
Bram menyadari jika itu adalah sebuah suara yang tidak asing baginya.Bram sadar jika itu adalah suara dari Ed.Namun, dia tidak tahu jika ekspresi Ed saat ini adalah sebuah ekspresi yang menyimpan sebuah emosi yang sangat menggebu.Emosi yang dia dapatkan setelah mendengar apa yang telah disampaikan oleh Jolly kepada dirinya.Bram dari awal sama sekali tidak menyangka jika kedatangan Ed disana adalah untuk berurusan dengan nya terkait apa yang telah dia lakukan kepada Rachel dan juga Vivian.Karena itu setelah kedatangan Ed disana.Bram hanya berusaha untuk bersikap manis kepadanya.Senyumnya sangat lebar sampai-sampai membuat beberapa orang yang ada disana merasa jijik.Utamanya Rachel dan juga Vivian.Kedua wanita itu kini merasa jika senyum yang ditampilkan oleh para membuat mereka merasa mual dan terasa ingin muntah. Setiap perkataan yang disampaikan oleh Bram seolah berbentuk sebuah kata kata untuk menjilat dengan tujuan untuk meraih apa yang telah dia inginkan.Satu hal yang j
Bram merasa bingung seketika.Dia sangat terkejut saat mendengar Ed memanggil Rachel dengan sebutan Nona dan juga badannya yang membungkuk sebagai bentuk dari rasa hormatnya.Bram mulai merasa jika ini adalah sesuatu yang tidak baik untuk dirinya.“N–Nona?” Tanya Bram.“Maafkan atas kelancangan orang ini Nona.” Ucap Ed.Tidak berhenti disitu, Ed kembali berkata kepada Rachel, “Setelah ini saya akan memberikan hukuman kepadanya agar dia dapat berperilaku sopan untuk kedepannya.”“Tuan Ed!. Mungkin disini ada sebuah kesalah pahaman.” Ucap Bram yang sudah mulai merasa khawatir.Ed mengabaikan Bram untuk yang kesekian kalinya, justru Ed kini menatap ke Vivian.“Nona. Apakah Nona baik-baik saja?”“Tuan Ed… saya baik-baik saja.” Ucap Vivian.“Saya hanya merasa sedikit kesal dan kecewa dengan Laki-laki ini.” Tambah Vivian.“Saya tidak menyangka jika salah satu pemegang saham di Geneve adalah seorang bajingan seperti dirinya.” Ucap Vivian menambahkan.“Hey! Jaga Mulut anda!” Teriak Bram yang