Radhis berpikir tentang apa yang telah dibicarakan oleh Ester.Dia hanya bisa terdiam. tapi tetap saja meskipun dalam hatinya merasa berat Radhis masih saja merasa jika ini adalah sesuatu yang benar, “Demi istriku, aku akan menahan perasaan sakit ini. Aku berharap dia juga dapat menahannya.” Ucap Radhis dalam hatinya.“Radhis!” Panggil Ester yang melihat Radhis sedang melamun.“Sudah-sudah. Kembali bekerja.” Jawab Radhis yang sebelumnya merasa sedikit kaget saat dirinya dipanggil oleh Ester."Ok…." Jawab Ester dengan tersenyum penuh arti.Di tempat lain. Diwaktu yang sama, Rachel akhirnya keluar dari kamarnya. Meskipun dia masih belum mau berangkat ke kantor. Kini dia sudah mau keluar dari kamar. "Sedang apa kamu?" Tanya Tania yang baru saja menghampiri putrinya itu.Rachel diam tidak menjawab.Wanita itu sebenarnya masih merasa kesal dengan ibunya yang membiarkan Radhis pergi.Bukan hanya tidak menahannya, tapi Rachel curiga jika ibunya lah penyebab Radhis mengambil keputusan ini.
Dengan di supiri oleh Boas, Dere membawa Rachel, putrinya pergi ke suatu tempat.Cukup jauh mereka berkendara. Bahkan mobil yang mereka kendarai telah cukup lama melewati kediaman lama mereka yang kini, sudah ditempati oleh nenek Xion.“Kita akan kemana?” Tanya Rachel kepada sang ayah yang kini duduk di sampingnya di kursi belakang.Dere dengan tersenyum menenangkan anaknya, seraya berkata, “Tenang saja, ayah akan membawamu ke suatu tempat dimana kamu bisa berteriak dengan lantang untuk membuang semua sampah dalam pikiranmu.”Rachel menatap ke arah luar jendela, semenatara Boas melihat ayah dan anak itu dari kaca spion tengah mobil yang dia kendarai.Setelah cukup lama berkendara, akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju oleh Dere.Ternyata saat ini, Dere membawa Rachel untuk pergi ke sebuah pantai dengan tebing yang sangat tinggi menjulang. Di pinggir tebing itu juga dilengkapi dengan pagar sebatas pinggang orang dewasa, hal itu bertujuan untuk membuat pengunjung yang datang kesa
“Radhis!” Panggil Ester yang datang dengan terburu-buru.Radhis menanggapi ketergesaan Ester dengan sangat santai.Bahkan kini dia tetap membaca berkas yang sedang ada di tangannya, “Ada apa?”“Gawat!” Ucap Ester yang mendekat ke arahnya.Radhis meletakkan berkas yang dia pegang di atas meja.Radhis menatap ke arah mata Ester, memastikan apa yang gawat sebenarnya,Sampai saat Ester berkata, “Kakek Zond akan. Saat ini dia sedang dalam perjalanan dari bandara menuju ke Mansion.”“Oh.. Baiklah, kalau begitu aku akan pul–”“Aku ikut!” Ucap Ester dengan cepat.“Sebaiknya—”“Aku ikut!” Jawab Ester mengulangi kalimatnya saat Radhis seperti hendak melarang Ester untuk ikut dengannya.Dengan sikap yang sepertinya sedang dalam kondisi berat hati, Radhis mengiyakan apa yang diminta oleh Ester, ikut serta untuk menemui kakek Zond.Sesuai dengan apa yang diprediksikan oleh Radhis.Saat ini kakek Zond tengah berbincang dengan Kimy.Pada saat ini, Kimy duduk di samping kakek Zond dengan begitu akrab
Dengan menahan rasa kesal, Rachel menjawab pertanyaan dari Deon. Itupun, Rachel menjawab dengan seperlunya. Tidak lebih dan tidak kurang.“Hmm.” Jawab Rachel.“Rachel … Suamiku … Kesini, Kita kedatangan Deon dan keluarganya ….” Panggil Tania kepada Dere dan juga Rachel.Rachel sebenarnya hendak langsung pergi ke kamarnya, akan tetapi bagaimanapun juga mereka adalah tamu di kediamannya. Karena hal itu, akhirnya mau tidak mau Rachel harus tetap menemui para tamunya.Rachel duduk di dekat Tania, sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga Deon selaku tamu mereka, meskipun sebenarnya saat ini mereka adalah tetangga.Sandra, ibu Deon mulai membuka pembicaraan di antara mereka.Sandra dengan dengan basa basi bertanya, “Bagaimana keadaanmu?”Sebaliknya, Rachel dengan tidak memiliki niatan untuk berbasa basi sama sekali menjawab, “Baik.”Tania menggoyangkan lengan nya pelan untuk menyenggol Rachel. Tania melakukan itu dengan tujuan ingin agar anaknya tidak bersikap dingin kepada Sandra dan j
Ester dan Vivian merasa jika Deon masih saja tidak tahu diri. Akan tetapi itu hanya ada di dalam hati mereka, karena Ester tidak ingin membongkar siapa Radhis sebenarnya, dan Vivian juga tidak ingin Ester tahu jika dirinya sudah mengetahui siapa Radhis sebenarnya.“Apa yang kalian bicarakan?” Tanya Rachel yang baru kembali dari kamar mandi.“Emm? Tidak ada … MAri aku mengantarkanmu pulang.” Jawab Deon berusaha untuk mewakili Ester dan Vivian.Rachel tampak murung. Deon sangat peduli dengan hal itu, alih-alih peduli, sebenarnya saat itu Deon hanya berusaha untuk kembali menarik perhatian dari Rachel. “Mari … aku akan membawamu pulang …” ucapnya.Rachel sepertinya enggan, dan terlihat malas.Deon dengan penuh kesabaran yang terpaksa, berkata kepada Rachel. “Aku berharap kamu tidak mempersulitku, bagaimanapun juga aku diberi tugas oleh tante Tania untuk menjaga dirimu, karena itu, aku akan membawamu pulang.”Rachel yang tidak mau semakin kacau hanya karena perdebatan sepele, lebih memi
“Kalian baru datang?” tanya Tania yang melihat kedatangan Rachel dan Deon.Seperti yang diketahui beberapa saat yang lalu Deon dan Rachel menghadiri acara pembukaan Mighty Mall. Lebih tepatnya acara pemotongan pita sebagai simbol peresmian Mighty Mall .Deon menjawab dengan senyum kebahagiaan, “Tante … Seperti yang tante percayakan kepadaku, aku membawa Rachel dengan selamat, berangkat, dan bahkan pulang,”“Tidak salah Tante mempercayakan Rachel kepadamu …” Ucap Tania yang saat ini duduk di samping suaminya di ruang tamu.“Terimakasih sudah mengantarkan aku pulang. Aku ingin istirahat, kamu bisa pulang sekarang.” Ucap Rachel dengan dingin kepada Deon.Setelah mengucapkan itu Rachel segera pergi ke kamarnya.Mengabaikan panggilan yang dilontarkan Tania kepadanya. Saat Tania, Ibunya, ingin menahan dia agar tetap berada disana.“Huh! Anak yang tidak tahu—”“Tidak apa-apa Tante.” Sahut Deon.“Nak Deon maafkan atas sikap Rachel …”“Tidak apa-apa Tannte, saya akan menghargai apapun yang dil
Radhis hanya terdiam mendengarkan setiap perkataan dari orang tua itu.Radhis merasa jika setiap ucapan yang dikeluarkan olehnya hanyalah sebuah omong kosong belaka.Hanyalah orang yang menikmati suatu hal, sehingga orang tersebut mengagung-agungkan hal tersebut.Disaat gelas milik pasangan itu diberikan, keduanya langsung mencicipi sedikit rasanya.“Hmmm.” Gumam laki-laki tua.“Sayang, ini sangat enak …” wanita bergaun merah bermanja dalam di pundak laki-laki tua itu.Wanita itu mengarahkan wajahnya kepada laki-laki tua tapi melirik ke arah Radhis.“Sayangku adalah laki-laki yang hebat … karena itulah aku menyayangimu …” ucapnya.Sang barista hanya mencibir ke arah Radhis sebagai bentuk jika dirinya sedikit merasa konyol dengan sikap wanita muda itu.Dari paras dan kulit mereka saja sudah dapat dipastikan jika usia keduanya terpaut jauh,Alih-alih sepasang kekasih akan lebih tepat jika wanita muda itu adalah anak dari laki-laki tua yang sedang melingkarkan tangan di pinggangnya itu.
Setelah perginya laki-laki tua bersama dengan kekasihnya, Radhis mempersilahkan Ester untuk di samping dirinya.Selain itu Radhis juga mulai bertanya kepada Ester kenapa dirinya ada disana. Ester hanya terdiam dan meminta sebuah minuman kepada Bartender di harapan mereka. “Berikan dia Koktail.” “Baiklah ….” Jawab bartender itu dengan memutar badannya. “Ruby Rose.” Tambah Radhis yang membuat langkah kaki barista itu terhenti. “Ruby Rose?” Bartender itu bertanya dan menoleh kepada Radhis dengan begitu cepat.Seolah dia sama sekali tidak percaya jika Radhis a
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia